Anda di halaman 1dari 2

Rasti

Sekolah Pinggiran Sriwijaya

Asal Usul Danau Ranau

Assalamualaykum Wr. Wb

Penonton…ohh Penonton..

Salam Kenal Semuanya..


Nama Saya rasti
Rasti sekarang naik ke kelas 4
rasti Berasal dari Sekolah Pinggiran Sriwijaya

Kali ini Indah akan bercerita tentang cerita rakyat daerah yang berjudul “Asal Usul
Danau Ranau”

alkisah pada zaman dahulu kala di sebuah desa yang subur di tepi sebuah paya-
paya (rawa) yang luas tinggallah seorang tetua adat.

Paya-paya tersebut ditumbuhi oleh pohon-pohon Reranau. Di samping itu tumbuh


pula sebatang pohon Hara yang sangat besar. Di pohon ini banyak sekali burung-
burung yang bersarang dan di antaranya terdapat sepasang burung yang besar sekali
dan menjadi pimpinan diantaranya.

Mata pencaharian penduduk desa itu adalah mencari ikan serta bercocok tanam
dengan berladang dan menggarap sawah. Karena suburnya daerah ini, banyak orang
yang berdatangan dan bermukim serta mencari nafkah dengan bercocok tanam.

Untuk itu, mereka membuka lahan-lahan baru yang masih subur, namun makin lama
penduduk berladang sampai ke puncak-puncak bukit dan gunung-gunung bahkan
sampai ke hutan larangan.

Mereka selalu berpindah-pindah mencari lahan baru yang masih subur. Larangan
serta aturan adat dalam berladang sudah tidak diindahkan lagi oleh penduduk,
mereka tidak mau lagi mendengar petuah yang diberikan oleh pemimpin adat.

Seiring dengan perkembangan zaman, jumlah penduduk semakin banyak dan


kesibukan orang tua untuk mengasuh anak-anaknya makin meningkat.

Akibatnya anak-anak kurang diperhatikan sehingga mereka tidak hanya bermain


tetapi sudah mulai merusak. Mereka mulai mengganggu burung-burung dan
mengambil sarangnya di sekitar paya-paya dan yang hidup di pohon-pohon. Anak-
anak ini menangkap burung dan mengambil sarangnya untuk dijadikan permainan.

Melihat keadaan ini, kedua burung besar itu menjadi sangat marah. Mereka mulai
menyerang orang-orang yang lewat serta orang yang berada di dekat sarangnya.
Nampaknya kedua burung besar itu melakukan protes atas gangguan terhadap
kehidupannya.

Penduduk mulai mencoba mengusir burung tersebut dengan jalan menebang pohon
Hara namun tidak berhasil, bahkan kedua burung itu menjadi semakin ganas.
Beberapa orang sepakat untuk mengadukan berita ini pada tetua adat yang selama
ini mereka lupakan dan memohon bantuannya untuk mengusir kedua burung
tersebut.

Setelah berbincang-bincang dan mendapat petuah, mereka akhirnya pulang.


Sementara itu, tetua adat memohon petunjuk dan kekuatan untuk memusnahkan
kedua burung yang telah menyebabkan malapetaka bagi orang kampung.

Setelah beberapa waktu penduduk laki-laki dikumpulkan dan pada hari yang telah
ditentukan dengan dipimpin oleh tetua adat, masyarakat beramai-ramai pergi ke
tepi paya-paya. Tidak lama kemudian, kedua burung itu datang menyerang, namun
tetua adat telah siap menghadapinya dengan mengerahkan segala kekuatan dan
kesaktiannya. Akhirnya, tetua adat dapat mengusir kedua burung ganas itu.

Kemudian atas petunjuk dari tetua adat, maka penduduk akhirnya berusaha untuk
menebang pohon Hara dan pohon Reranau. Tetapi kedua pohon itu seolah memiliki
kekuatan sehingga tidak mempan ditebang. Setelah tetua adat menancapkan
kapaknya, barulah penduduk beramai-ramai dapat menebangnya, pohon Hara itu
akhirnya tumbang.

Dari pohon Hara yang ditebang itu keluarlah mata air, makin lama makin banyak
yang akhirnya menggenangi paya-paya tersebut.

Kini terbentuklah sebuah danau yang besar dan indah, yang disebut dengan Danau
Ranau. Untuk menghormati jasa tetua adat, maka penduduk memberinya gelar
“Singa Juru” yang berarti pemimpin gagah berani dan bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai