Anda di halaman 1dari 19

Pengambilan Spesimen Darah Vena

A. Definisi
Flebotomi (Phlebotomy) berasal dari bahasa Yunani, yaitu Phlebos yang
berarti vena dan Tome yang artinya insisi. Flebotomi dalam praktek
laboratorium klinik, ada 3 macam, yaitu flebotomi melalui tusukan vena
(venipuncture), flebotomi melalui tusukan kulit (skinpuncture), dan flebotomi
melalui tusukan arteri atau nadi. Flebotomi saat ini lebih banyak dilakukan
dengan tusukan vena atau venipuncture dengan menggunakan jarum dan
peralatan pendukungnya. (Davis,2010)
Venipuncture adalah mengambil darah untuk sampel dengan jarum yang
dimasukkan ke pembuluh darah vena, biasanya di lengan bawah.
(www.kamuskesehatan.com)
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya
diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan
siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak
ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau
vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica
harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri
brachialis dan syaraf median. (Davis,2010)
Pengambilan darah vena adalah cara pengambilan darah dengan menusuk
area pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Pengambilan darah
vena yaitu suatu pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa
cubiti, vena saphena magna / vena supervisiallain yang cukup besar untuk
mendapatkan sampel darah yang baik dan representatif dengan menggunakan
spuit atau vacuntainer. (Aziz, 2004)

B. Tujuan
Mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi
persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi (Rakhman,
2014)

C. Lokasi
Pengambilan spesimen darah vena secara rutin dapat diambil dari 3 vena
yaitu vena pada area antecubital yang posisinya di depan siku, pada bagian
tengah area median cubital dan tengan vena cephalic.

Gambar 1. Vena cephalic, vena median cubital, vena basilic


Sumber : Mary Louise & Turgeon Clinical Hematology

Pada pengambilan darah vena ( Venipucture), contoh darah umumnya


diambil dari vena median cubital pada anterior lengan ( sisi dalam lipatan
siku). Vena ini dekat dengan permukaan kulit, cukup besar dan tidak ada
pasokan saraf besar. Apabila tidk memungkinkan, vena chepalika atau vena
basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipucture pada vena basilica harus
dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis
dan syaraf median.

Gambar 2. Vena sefalis dan vena basialis


Sumber : cephalicvein.com
Sebagian besar darah yang dipakai adalah darah dari vena cubiti pada
orang dewasa. Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
pegambilan darah vena adalah mengkaji area/pembuluh darah vena tempat
darah akan diambil. Perawat memastikan vena yang diambil darahnya memiliki
ukuran yang cukup besar dan untuk meyakinkan dapat dilakukan palpasi,
tempat pengambilan tidak dalam keadaan trauma atau luka. Sebelum diambil
dilakukan pembendungan pada bagian proksimal pada vena agar mudah dalam
penusukan jarum, area pengambilan darah harus disterilisasi dengan alcohol
sebelum ditusuk jarum.
Jika vena cephalika dan basilica tidak bisa digunakan, maka pengambilan
darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan
pengambilan dengan sangat hati-hati dengan menggunakan jarum yang
ukurannya lebih kecil (bonnie, k davis, phlebotomy from student to
profesional)

Gambar 3. Vena di pergelangan tangan


Sumber : cursoenarm.net

D. Indikasi
1. Pasien untuk pemeriksaan SGPT (serum glutamic piruvic transaminase)
atau alanin amonio transferase.
Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi adanya kerusakan hepatoseluler.
2. Pasien dengan pemeriksaan albumin.
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin
yang disintesis hepar, yang dapat digunakan untuk menentukan adanya
gangguan hepar seperti sirosis, luka bakar, gangguan ginjal atau kehilangan
protein dalam jumlah banyak.
3. Pasien dengan pemeriksaan bilirubin (total, direk dan indirek).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi kadar bilirubin, adanya
ikterus obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis, dan sirosis.
Bilirubin indirek dapat mendeteksi adanya anemia, malaria, dan lain-lain.
4. Pasien dengan diabetes (pemeriksaan gula darah puasa.)
Pemeriksaan gula darah dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes, atau
reaksi hipoglikemik.
5. Paesien dengan pemeriksaan gula darah posprandial.
Pemeriksaan gula darah ini bertujuan mendeteksi adanya diabetes, atau
reaksi hipoglikemik, yang dilakukan 2 jam setelah makan.
6. Pasien dengan gagal ginjal (pemeriksaan hematokrit.)
Pemeriksaan hematokrit dilakukan untuk mengukur konsentrasi sel-sel
darah merah dalam darah, yang dapat mendeteksi adanya anemia,
kehilangan darah, gagal ginjal kronis, defisiensi vitamin B dan C.
Peningkatan kadar hematokrit dapat diidentifikasi pada dehidrasi, asidosis,
trauma, pembedahan, dan lain-lain.
7. Pasien dengan anemia (pemeriksaan hemoglobin)
Pemeriksaan hemoglobin bertujuan untuk mendeteksi anemia dan penyakit
ginjal. Peningkatan hemoglobin dapat terjadi pada dehidrasi, penyakit paru
obstruksi kronis, gagal jantung kongestif, dan lain-lain.
8. Pasien dengan trombositopenia (pemeriksaan trombosit)
Pemeriksaan trombosit bertujuan untuk mendeteksi adanya
trombositopenia yang berhubungan dengan perdarahan, dan trombositosis
yang menyebabkan peningkatan pembekuan.
9. Pasien dengan pemeriksaan masa tromboplastin parsial (PTT).
Masa tromboplastin parsial teraktivasi (APTT). Pemeriksaan yang
bertujuan untuk mendeteksi defisiensi faktor pembekuan kecuali faktor VII
dan VIII, mendeteksi variasi trombosit, dan memonitor terapi heparin.
10. Pasien dengan pemeriksaan pemeriksaan elektrolit
11. Pasien dengan pemeriksaan sel darah putih
12. Pasien dengan pemeriksaan laju endap darah. (Aziz, 2008)

E. Kontraindikasi
1. Daerah intravena line
Pengambilan darah tidak akan bisa diambil dari lengan dimana lengan
tersebut tertempel infus intravena.
2. Mastectomy
Jangan melakukan pengambilan sampel darah pada vena dengan sisi
lengan dimana dilakukan suatu tindakan mastectomy, karena mastectomy
dapat menyebabkan lymphostasis di lengan. Pengambilan darah pada vena
dapat meningkatkan potensi infeksi atau bahaya untuk pembuluh getah
bening.
Gambar 4. Lengan pada penderita mastectomy
Sumber : infokankerpayudara.com
3. Hematoma
Pengambilan darah yang dilakukan pada daerah hematoma akan sangat
menyakitkan bagi pasien.
4. Daerah lengan yang mengalami luka bakar, di tato atau bekas luka parut
Daerah lengan yang mengalami luka bakar, memiliki bekas parut atau di
tato akan sulit untuk dilakukan pengambilan sampel darah sebab selain
sirkulasi darah yang smelemah, sulit untuk ditusuk atau dilakukan injeksi,
area tersebut juga sangat rentan terhadap infeksi dan dapat menyebabkan
rasa sakit bagi pasien.
5. Lengan dengan edema
Edema adalah bengkak yang disebabkan penumpukan cairan pada
jaringan. Penumpukan cairan pada jaringan di lengan pasien akan mengubah
hasil pengambilan darah. (Robin, 2016)

Gambar 5. Lengan yang mengalami edema


Sumber

:www.google.co.id/search?q=edema+pada+lengan&clien

F. Komplikasi
Dalam pengambilan darah vena yang salah dapat menyebabkan komplikasi,
antara lain:
1. Pingsan (Syncope)
Pingsan adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadaran beberapa
saat karena penurunan tekanan darah. Gejala dapat berupa rasa pusing,
keringat dingin, pengelihatan kabur, nadi cepat, bahkan bisa sampai
muntah. Pingsan dapat disebabkan karena pasien mengalami rasa takut
yang berlebihan atau karena pasien puasa terlalu lama.
Sebelum dilakukan phlebotomi hendaknya seorang phlebotomis
menanyakan apakah pasien memiliki kecenderungan untuk pingsan saat
dilakukan pengambilan darah. Jika benar maka pasien diminta untuk
berbaring. Phlebotomis hendaknya memberikan pengertian kepada pasien
agar pasien merasa nyaman dan tidak takut. Agar pasien tidak takut,
phlebotomist sebaiknya mengajak pasien berbicara agar perhatiannya
teralihkan.
Pengambilan darah vena pada orang pingsan harus diberi oksigen agar
pembuluh darah membuka, sebab pada orang pingsan pembuluh darahnya
menutup.
Cara Mengatasi:
a. Hentikan pengambilan darah
b. Pasien dibaringkan di tempat tidur, kepala dimiringkan ke salah satu
sisi
c. Tungkai bawah ditinggikan (lebih tinggi dari posisi kepala)
d. Longgarkan baju dan ikat pinggang pasien
e. Minta pasien untuk menarik nafas panjang
f. Minta bantuan kepada dokter
g. Jika pasien belum sempat dibaringkan, minta pasien menundukkan
kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang
2. Hematoma
Terjadi karena :
a. Vena terlalu kecil untuk jarum yang dipakai
b. Jarum menembus seluruh dinding vena
c. Jarum dilepaskan pada saat tourniquet masih dipasang
d. Tusukan berkali-kali
e. Tusukan tidak tepat
f. Pembuluh darah yang rapuh
Cara mengatasi:
Jika terjadi hematoma lepaskan jarum dan tekan dengan kuat sehingga
darah tidak menyebar dan mencegah pembengkakan. Apabila ingin cepat
hilang, kompres dengan air hangat seraya diurut dan diberi salep
trombopop.
3. Petechiae
Bintik kecil merah dapat muncul karena pendarahan kapiler di
bawah kulit. Ini karena kelainan pembuluh darah. Jika terjadi setelah
dibendung dapat dikarenakan pembendungan yang terlalu lama.
4. Nyeri pada bekas tusukan
Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan
penanganan khusus. Nyeri bisa timbul akibat alkohol yang belum kering
atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.
Cara pencegahan :
a. Setelah kulit didesinfeksi, tunggu alkohol hingga mengering sebelum
dilakukan pengambilan darah.
b. Penarikan jarum jangan terlalu kuat.
5. Vena kolaps
Terjadi karena penarikan plunger terlalu lama atau terlalu cepat.
6. Pendarahan berlebihan
Pendarahan yang berlebihan terjadi karena terganggunya sistem
koagulasi darah pada pasien. Hal ini bisa terjadi karena :
a. Pasien melakukan pengobatan dengan obat antikoagulan sehingga
menghambat pembekuan darah.
b. Pasien menderita gangguan pembekuan darah.
c. Pasien mengidap penyakit hati kronis sehingga pembentukan
protrombin dan fibrinogennya terganggu.
Cara mengatasi :
a. Menekan kuat pada tempat pendarahan
b. Memanggil dokter untuk penanganan selanjutnya
7. Kerusakan vena
Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali pada tempat
yang sama sehingga meyebabkan kerusakan dan peradangan setempat. Hal
ini mengakibatkan pembuluh darah menutup.
Pencegahannya dengan menghindari pengambilan berulang kali
pada tempat yang sama.
8. Komplikasi neurologis
Komplikasi neurologis dapat bersifat lokal karena tertusuknya
syaraf dilokasi penusukan. Hal ini dapat menimbulkan keluhan nyeri atau
kesemutan yang menjalar ke lengan. Serangan kejang juga dapat terjadi.
Cara mengatasi :
a. Hentikan pengambilan darah
b. Baringkan pasien dengan kepala dimiringkan ke salah satu sisi,
bebaskan jalan nafas dan hindari agar lidah tidak tergigit
c. Hubungi dokter
9. Terambilnya darah arteri
Salah penusukan dapat mengakibatkan terambilnya darah arteri
karena phlebotomis menusuk pembuluh darah arteri. Jadi, seorang
phlebotomis harus bisa menentukan pembuluh darah yang akan ditusuk.
10. Alergi
Alergi bisa terjadi karena bahan-bahan yang dipakai dalam
phlebotomi, misalnya alergi terhadap antiseptik dan plester. Gejala alergi
bisa ringan atau berat, berupa kemerahan dan gatal.
Phlebotomis hendaknya menanyakan apakah pasien memiliki
riwayat alergi terhadap bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses
pengambilan darah. Jika pasien alergi terhadap alkohol 70% maka dapat
diganti dengan larutan iodium atau dengan betadine.
Cara mengatasi :
a. Tenangkan pasien dan beri penjelasan
b. Panggil dokter untuk penanganan selanjutnya (Robin,2016)

G. Alat Pengambilan Sampel Darah Vena


1. Spuit ukuran 5-10cc.
2. Kapas alkohol dan tempatnya.
3. Antikoagulan (untuk mencegah hemolisis).
4. Botol/tabung penampung darah.
5. Karet pembendung.
6. Sarung tangan bersih. (Aziz,2008)

H. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jeaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil spuit sesuai dengan ukuran 5-10ml
5. Tentukan vena yang akan diambil darahnya
6. Desinfeksi dengan kapas alkohol
7. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung di bagian atas vena yang
akan diambil darahnya
8. Lakukan pengambilan darah dengan cara menusukkan vena degan jarum
spuit menghadap keatas dengan sudut 30-45 derajat terhadap kulit,
kemusian lepas karet pembendung dan lakukan pengambilan darah
9. Setelah darah diambil, masukkan ke dalam botol penampung yang telah
diberi antikoagulan sesuai dengan jenis pemeriksaan dan tean daerah
penusukan selama 2-5 menit
10. Catat tanggal pengambilan
11. Buka sarung tangan
12. Cuci tangan (Aziz,2008)

Gambar 6. Prosedur pengambilan darah vena


Sumber : Phlebotomy from student to profetional , Bonie K. Davis

Gambar 7. Teknik pengambilan darah vena


Sumber : Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak

DAFTAR PUSTAKA

Davis, Bonnie. K. (2010). Phlebotomy from Student to Professional. Penrose:


Delmare Cangage Learning.
Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak.


Jakarta: EGC.
Rakhman, A., Khodijah. (2014). Buku panduan praktek laboratorium:
keterampilan dasar dalam keperawatan 2. Yogyakarta: Deepublish

Warekois, Robin. S. (2016). Phlebotomy : Worktext and Procedures Manual.


United Stated: Elsevier

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN


DARAH VENA
NO KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI SKALA PENILAIAN
DILAKUKAN TIDA
K
A TAHAP PREINTERAKSI
1.Melakukan pengecekan program terapi
2.Mencuci tangan
3.Memakai sarung tangan
4.Menempatkan alat didekat pasien
 Spuit ukuran 5-10cc.
 Kapas alkohol dan tempatnya.
 Antikoagulan (untuk mencegah hemolisis).
 Botol/tabung penampung darah.
 Karet pembendung.
 Sarung tangan bersih
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapans ebelum
kegiatan
C TAHAP KERJA
1. Menjaga privasi klien
2. Berikan kesempatan klien untuk bertanya sebelum
kegiatan dilakukan
3. Mengatur posisi klien dengannyaman
4. Cari vena yang akan ditusuk (superfisisal,
cukupbesar, lurus, tidak ada peradangan, tidak
diiinfus).
5. Letakkan tangan lurus serta ekstensikan dengan
bantuan tangan kiri operator atau diganjal dengan
telapak menghadap keatas sambil mengepal.
6. Lakukan desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan
kapas steril yang telah dibasahi alcohol 70% dan
biarkan sampai kering.
7. Lakukan pembendungan pada daerah proximal kira-
kira 4-5 jari dari tempat penusukan agar vena tampak
lebih jelas (bila tourniquet berupa ikatan simpul
terbuka dan arahnya keatas)
8. Ambil spuit dengan ukuran sesuai jumlah darah yang
akan diambil, cek jarum dan karetnya.
9. Pegangspuitdengan tangan kanan, kencangkan
jarumnya dandorong penghisap sampai
keujungdepan.
10. Fiksasi pembuluhdarah yang akan ditusuk dengan
ibu jari tangan kiri.
11. Tusukkan jarum dengan sisi menghadap keatas
membentuk sudut 15-30° sampai ujung jarum masuk
kedalam vena dan terlihat darah dari pangkal jarum.
12. Fiksasi spuit dengan tangan kiri dengan membentuk
sudut.
13. Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai
didapatkan volume darah yang didinginkan.
14. Kepalan tangandibuka, lepaskan bendungan dan
letakkan kapas alcohol 70% di atas jarum, cabut
jarum dengan menekan kapas menggunakan tangan
kanan pada bekas tusukan selama beberapa meni
tuntuk mencegah perdarahan, plester, tekan dengan
telunjuk dan ibu jari penderita selama ± 5 menit.
15. Lepaskanjarum, alirkan darah dalam wadah melalui
dindingnya supaya tidak terjadi hemolisa.
16. Tuangkan darah kedalam botol penampungan yang
volumenya sesuai (sesuaidenganjenispemeriksaan
yang diminta).
17. Jika menggunakan antikoagulan, kocok botol
beberapa menit agar antikoagulan tercampur dengan
darah dan tidak terjadi pembekuan.
D TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat
5. Melepas sarung tangan
6. Cuci tangan
E DOKUMENTASI
1. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Pengambilan Spesimen Darah Arteri

A. Definisi

Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil darah


arteri yaitu pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding
tebal dan kaku. Sedangkan analisa gas darah adalah prosedur untuk menilai
tekanan parsial oksigen, karbondioksida dan pH (konsentrasi ion hydrogen)
di darah arteri. Mengambil sampel darah arteri membutuhkan suntikan
perkutan pada arteri brachialis, radial atau femoralis. Juga bisa didapatkan
dari arterial line. ( Aziz, 2008)

B. Lokasi

Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri yang paling


sering unutk pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis,
dan arteri femoralis.
Gambar 1. Arteri pada bagian tangan

Sumber : Phlebotomy : Worktext and Procedures Manual

Faktor utama mengapa arteri radialis area sampling yang paling disukai:
a) mudah untuk mengakses
b) arteri radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba,
stabil, dan mudak ditusuk
c) memiliki jaminan aliran darah.
Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau menjadi terhambat, arteri
ulnaris akan memasok darah ke jaringan biasanya dipasok oleh arteri radial.
Untuk menilai arteri radial untuk sampling, harus melakukan tes Allen
dimodifikasi untuk menjamin patensi arteri ulnaris.
Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut:
1) Melenyapkan denyut radial dan ulnar secara bersamaan dengan menekan
di kedua pembuluh darah di pergelangan tangan.
2) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya sampai kulit
terlihat pucat.
3) Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi arteri radial.
Perhatikan kembalinya warna kulit dalam waktu 15 detik
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radial tidak dapat
diakses, maka arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan
sampel vena lebih besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada
pembuluh darah besar terletak di dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial
terletak sejajar dengan arteri brakialis dan akan menyebabkan rasa sakit pasien
jika Anda secara tidak sengaja mengenainya dengan jarum.
Arteri femoralis adalah area sampling arteri yang paling tidak disukai
karena merupakan arteri relatif dalam; terletak berdekatan dengan saraf
femoralis dan vena, dan tidak memiliki jaminan aliran darah. Tusukan dari
arteri femoralis biasanya digunakan untuk situasi muncul atau untuk pasien
hipotensi parah yang memiliki perfusi perifer yang buruk. (Robin, 2016)

Gambar 2. Tes Allen pada pergelangan tangan


Sumber : Phlebotomy : Worktext and Procedures Manual

C. Indikasi
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien dengan edema pulmo
3. Pasien akut respiratory distress sindrom (ARDS)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Klien syok
7. Post pembedahan coronary arteri bypass
8. Resusitasi cardiac arrest
9. Klien dengan perubahan status respiratory
10. Anestesi yang terlalu lama. (Davis, 2010)

D. Kontraindikasi
1. Denyut arteri tidak terasa
2. Modifikasi allen test negative
3. Cidera saraf
4. Arteriospasme atau spasme pembulu arteri
5. Emboli udara atau bekuan darah
6. Anaphilaksis yang timbul dari anastesi local
7. Kontaminasi. (Robin, 2016)

E. Komplikasi
1. Hematoma
2. Perdarahan. (Davis,2010)

F. Alat Pengambilan Spesimen Darah Arteri


1. Spuit berisi heparin 0,1 cc
2. Kapas alkohol dan tempatnya
3. Penutup jarum dari karet
4. Sarung tangan bersih. (Aziz, 2008)

G. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil spuit dengan ukuran sesuai (5ml) kemudian isi dengan heparin 0,1
cc, basahi bagian dalam spuit dengan heparin dengan cara mengguncang-
guncangkan botol
5. Tentukan arteri tang akan diambil darahnya
6. Pasang bantalan atau sejenisnya jika mengambil darah di area pergelangan
tangan
7. Desinfeksi dengan kapas alkoho;
8. Raba arteri dengan jari tangan, lakukan penusukan dengan posisis tegak
lurus, ambil darah sebanyak 2,5-5 cc atau sesuai dengan program
9. Setelah darah diambil tutup spuit dengan karet atau penutup kedap udara
10. Lakukan penekanan pada daerah pengambilan dengan kapas alkohol
11. Catat tanggal pengambilan
12. Buka sarung tangan
13. Cuci tangan. (Aziz, 2008)

Gambar 2. Teknik pengambilan darah pada arteri


Sumber : Phlebotomy : Worktext and Procedures Manual

DAFTAR PUSTAKA
Davis, Bonnie. K. (2010). Phlebotomy from Student to Professional. Penrose:
Delmare Cangage Learning.

Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak.


Jakarta: EGC.
Warekois, Robin. S. (2016). Phlebotomy : Worktext and Procedures Manual.
United Stated: Elsevier

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN


DARAH ARTERI

NO KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI SKALA PENILAIAN


DILAKUKAN TIDAK
A TAHAP PREINTERAKSI
5. Melakukan pengecekan program terapi
6. Mencuci tangan
7. Memakai sarung tangan
8. Menempatkan alat didekat pasien
- Disposable spuit 25 cc
- Perlak/alas
- Heparin
- Kapas alcohol
- Bak spuit
- Bengkok
- Penutup udara dari karet
- Wadah berisi es ( baskom atau kantong
plastic )
- Label untuk menuliskan status klien yang
meliputi : nama, tanggal dan waktu, apakah
menerima O2, bila ya berapa liter dan
dengan rute apa.
- Sarung tangan

B TAHAP ORIENTASI
4. Memberi salam dan menyapa nama pasien
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
6. Menanyakan persetujuan dan kesiapan sebelum
kegiatan
C TAHAP KERJA
18. Menjaga privasi klien
19. Berikan kesempatan klien untuk bertanya
sebelum kegiatan dilakukan
20. Mengatur posisi klien dengan nyaman
21. Membersihkan kulit di area tusukan dengan
kapas alcohol.
22. Palpasi denyutan dengan telunjuk dan jari
tengah.
23. Suntikan harus dengan sudut 15-30° atau
kurang di tangan berlawanan
24. Sementara memfiksasi arteri dan dengan sudut
jarum mengarah ke atas,
25. masukkan jarum ke tepat di bawah permukaan
kulit.
26. Dorong jarum perlahan-lahan sampai terlihat
denyut berkedip darah di pusat jarum. Berhenti
dan pertahankan posisi ini sampai terkumpul 2-
4 cc darah dalam alat suntik.
27. Jika jarum masuk terlalu jauh, tarik perlahan-
lahan sampai mengalir darah ke jarum suntik.
28. Setelah mendapatkan jumlah darah yang
diinginkan, tarik jarum dan terapkan tekanan ke
area tusukan dengan ukuran 4 × 4. Setelah
tekanan diterapkan selama 2 menit, periksa area
untuk perdarahan, aliran, atau rembesan darah.
Jika ada, terapkan tekanan sampai pendarahan
terhenti.
29. Pegang jarum suntik tegak lurus dan tekan
jarum suntik dengan lembut sehingga
gelembung udara naik ke bagian atas jarum
suntik sehingga dapat dikeluarkan.
30. Cap jarum suntik dan letakkan spuit dalam
kantong es (mendinginkan sampel akan
mencegah metabolisme lebih lanjut dari darah).
D TAHAP TERMINASI
7. Evaluasi perasaan klien
8. Simpulkan hasil kegiatan
9. Lakukan kontrak untuk kegatan selanjutnya
10. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat
11. Melepas sarung tangan
12. Cuci tangan
E DOKUMENTASI
2. Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai