Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yoanna Adventha Putrian

NPM : 202123040

Kelas :A

Prodi : S1 Keperawatan

Semester : 2 (dua)

Krisis Kesehatan Mental pada Masa Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 merupakan hal yang tidak disangka oleh siapa pun dan harus dihadapi oleh
seluruh masyarakat di dunia. Virus Covid-19 muncul secara tiba-tiba dan ditetapkan sebagai
pandemi yang menghadirkan ketidakpastian sehingga mengubah banyak tatanan kehidupan, mulai
dari segi ekonomi, pendidikan, sosial, budaya maupun kesehatan. Kesehatan fisik maupun mental
menjadi aspek penting dalam menghadapi pandemi. Hal ini menjadi fokus penulis dalam
membahas dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental masyarakat. Selain krisis
ekonomi, apakah pandemi Covid-19 menyebabkan krisis kesehatan mental yang menjadi ancaman
bagi masyarakat di seluruh dunia?

World Health Organization (2001) menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan suatu kondisi
dari kesejahteraan yang disadari dan di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan secara wajar, untuk bekerja secara produktif, dan berperan serta di
komunitas atau lingkungannya. Definisi kesehatan mental tersebut pun disusul dengan penjelasan
mengenai karakteristik individu dengan sehat mental oleh Lowenthal (2006) yang mengacu pada
kondisi atau sifat-sifat positif, seperti kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang
positif, karakter kuat, serta sifat-sifat baik atau pula kebajikan (virtues). Kesehatan mental dapat
dipahami salah satunya dengan mengenal psikologi positif dimana ajaran ini bertujuan agar
individu mampu mencapai kebahagiaan sehingga ia dapat memenuhi fungsi psikologis positif dan
mencapai kesejahteraan psikologis. Berbagai penjelasan tentang kesehatan mental ini menggiring
kita untuk melihat seberapa penting dan besarnya peran kesehatan mental dalam kehidupan sehari-
hari serta dalam menjadi manusia yang seutuhnya.
Segala keterbatasan yang dituntut oleh kondisi pandemi menjadi sebuah risiko sekaligus ancaman
bagi masyarakat terhadap tercapainya diri dengan mental yang sehat. Imbauan untuk tetap hanya
di rumah atau isolasi mandiri dengan dibuntuti berkurangnya interaksi sosial, perlunya adaptasi,
dan terjadinya berbagai perubahan situasi dan kondisi kehidupan menimbulkan banyak emosi
negatif yang beragam, seperti khawatir, cemas, ataupun sedih. Badan Pusat Statistik pada 1 Juni
2020 melakukan survei tentang tingkat kekhawatiran masyarakat akibat pandemi Covid-19, yakni
kekhawatiran saat keluar rumah dengan skala khawatir atau sangat khawatir sebesar 69,43%,
kekhawatiran pada masifnya pemberitaan media tentang Covid-19 sebesar 65,03%, kekhawatiran
pada kesehatan keluarga sebesar 57,27%, dan kekhawatiran pada kesehatan diri sebesar 48,53%.
Data ini kemudian dapat menjadi sebuah rujukan bagi kondisi mental masyarakat, khususnya di
Indonesia, dalam menghadapi pandemi Covid-19 bahwa, dengan didukung oleh data dari Ipsos
pada 15 Oktober 2020, kesehatan mental 54% masyarakat Indonesia menurun.

Selain menyerang kondisi fisik, virus Covid-19 ini jelas menyerang pula kondisi mental individu.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran masyarakat pada golongan yang rentan dan
lemah, ketidaksabaran akan kembali hidup secara normal, timbulnya kecemasan terhadap
kesehatan diri, kesepian, serta munculnya emosi marah karena terbatasnya kebebasan yang
disebabkan oleh penyelenggaraan isolasi mandiri (Ipsos, April 2020). Masyarakat, terutama anak-
anak dan remaja, yang terisolasi berisiko mengalami gangguan kesehatan mental hingga hal ini
terjawab oleh seorang psikolog bahwa anak-anak merasa cemas dan terjadi peningkatan kasus
depresi di beberapa negara. Tidak berhenti di situ, kekerasan dalam rumah tangga pun meningkat
akibat pengadaan isolasi dan tenaga kesehatan serta pasien terinfeksi virus Covid-19 pun rentan
mengalami gangguan kesehatan mental sehingga mereka butuh adanya peningkatan akan
dukungan psikologis. Kondisi mental yang terjadi pada skala global inilah yang menjadi sebuah
ancaman terkait munculnya krisis kesehatan mental, sebagaimana dinyatakan oleh pakar kesehatan
PBB.

Keterangan Tugas:

1. Perbaikilah satuan kebahasaan yang terdapat dalam artikel di atas (kalimat yang tidak
efektif, penggunaan tanda baca dan ejaan yang tidak baku, serta diksi yang tidak tepat)!
2. Pilihlah lima kalimat yang telah diperbaiki (kalimat tunggal dan majemuk), lalu analisislah
kelima kalimat tersebut berdasarkan fungsi dan kategori!

JAWAB :

1. Berbagai penjelasan tentang kesehatan mental menggiring kita untuk melihat

S (FV) P (FN)

seberapa penting peran kesehatan mental dalam kehidupan manusia

O (FV) Ket. Tujuan

2. Segala keterbatasan dalam kondisi pandemi menjadi resiko sekaligus ancaman

S (FV) P (FV)

bagi masyarakat untuk tercapainya kesehatan mental setiap individu

O (FN) Ket. Tujuan

3. Selain menyerang kondisi fisik, Covid-19 juga menyerang kondisi mental individu

O (FV) S (FN) P (FV)

4. Masyarakat, terutama anak – anak dan remaja yang terisolasi

S (FN)
beresiko mengalami gangguan kesehatan mental

P (FV)

hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan kasus depresi di beberapa negara

O (FV) Ket. Tempat

5. Kondisi mental yang terjadi pada skala global

S (FN)

menjadi sebuah ancaman terhadap munculnya krisis kesehatan mental,

P (FV)

sebagaimana telah dinyatakan oleh pakar kesehatan PBB

O (FV)

Anda mungkin juga menyukai