Anda di halaman 1dari 2

Alasan Dibalik Ribuan Pasukan Militer China Padati

Demonstrasi Hong Kong

Hong Kong saat ini dalam keadaan terguncang. Aksi demonstrasi besar-besaran yang telah terjadi
sejak awal Juni lalu berujung kekerasan dan membuat situasi di Hong Kong menjadi kacau. Demo besar-
besaran ini dipicu ketika pemerintah eksekutif Hong Kong membahas rancangan undang-undang
ekstradisi. RUU itu memungkinkan tahanan Hong Kong termasuk warga asing diekstradisi ke China.
RUU itu dilihat sebagian besar warga Hong Kong semakin mengancam demokrasi dan hukum di daratan
Hong Kong. Para pengunjuk rasa percaya bahwa RUU ekstradisi tersebut akan merusak aturan hukum
kota dan menempatkan banyak orang dalam resiko ekstradisi ke China dengan status Kejahatan Politik.
Massa juga mempertanyakan asas keadilan dan transparasi sistem pengadilan China. Meskipun kedua
bangsa ini serumpun, akan tetapi kedua sistem daratan ini jauh berbeda.China dengan sistem politik
komunis dan Hong Kong yang liberal.

Jutaan orang dilaporkan telah turun ke jalan mulai dari mahasiswa, buruh, pengusaha, aktivis pro-
demokrasi dan berbagai kalangan lainnya. Demonstrasi juga telah memakan tujuh korban jiwa, puluhan
hingga ratusan orang terluka dan ratusan orang ditahan dalam aksi demonstrasi itu. Layanan transportasi
publik ditangguhkan di sejumlah wilayah. Ratusan penerbangan menuju dan dari Hong Kong dibatalkan.
Dampak yang dialami juga menyebabkan gangguan pada pusat bisnis dunia tersebut. Sejumlah sektor
sudah terlihat mengalami kerugian, mulai dari pariwisata hingga ekspor dan impor. Lalu bagaimana sikap
China menghadapi demonstrasi yang terjadi sebagai pemerintah yang bertanggung jawab atas tanah bekas
kolonial Inggris itu. Tentu China tidak akan berdiam diri jika situasi terus memburuk dan menjadi
ancaman bagi kedaulatan Negara.

Untuk mengantapasi hal terburuk yang mungkin terjadi di Hong Kong, pemerintah China telah
menggilir secara bergantian sejumlah pasukannya di pangkalan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang
terdapat di Hong Kong Akibat rotasi itu, angkatan bersenjata dari tiga matra: darat, udara, dan laut
memasuki wilayah Hong Kong dan dikabarkan diam-diam telah telah melipatgandakan pasukan
keamanannya di Hong Kong hingga ribuan pasukan atau yang terhitung sudah 12.000 tentara sudah
masuk ke Hong Kong. Para tentara itu melintasi perbatasan dan masuk ke Hong Kong dengan truk dan
mobil lapis baja, dengan bus serta kapal.1 China kini telah mengumpulkan pasukan aktif terbesarnya dari
pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dan peralatan anti huru-hara lainnya. Para pasukan itu
termasuk Polisi Bersenjata Rakyat (PAP), anti-kerusuhan paramiliter daratan dan pasukan keamanan
internal dibawah komando terpisah dari PLA. Kerusuhan di Hong Kong tidak hanya untuk menjaga
ketertiban umum dan penanganan bencana tapi juga menjadi ajang unjuk kekuatan sebagai pengingat bagi
warga Hong Kong, bahwa Beijing bersedia dan siap mengambil kendali atas wilayah mereka melalui
penggunaan kekuatan. Tidak hanya sebagai pengingat bagi warga Hong Kong unjuk kekuatan ini juga
dapat dikatakan sebagai ajang unjuk gigi kekuatan Militer ke Amerika Serikat. PAP sebagai elemen
utama dalam upaya pemimpin China Xi Jinping untuk memperkuat kendali Partai Komunis yang
1
www.cnbcindonesia.com. Sstt.. Diam-diam 12.000 Tentara China Sudah Masuk Hong Kong. Diakses melalui
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191001115951-4-103468/sstt-diam-diam-1200-tentara-china-sudah-masuk-
hong-kong. diakses tanggal 03 Oktober 2019.
berkuasa atas negara berpenduduk 1,4 militer sambil membangun militer yang kuat yang dapat
meggantikan Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan. Banyaknya media internasional yang menyorot
kerusuhan di Hong Kong menjadi pesan unjuk kekuatan China dalam mengirim peringatan ke negara lain,
khususnya kepada pemerintahan Donald Trumph.

Nama : Luthfi Fahreza (L1A016050)

Anda mungkin juga menyukai