Anda di halaman 1dari 1

I get it. Ternyata sudah sejauh ini perjalanan yang sudah ku tempuh.

Berusaha dengan keras


mewujudkan mimpi-mimpi yang pernah kita bahas dulu. Kau bilang, wujudkan. Wujudkan mimpi-mimpi
kita meski harus tanpa dirimu. Ternyata sudah jauh pula kita berbeda, Mas.

Layaknya orang asing yang pernah memiliki kenangan bersama. Munafik rasanya jika aku mengaku
sudah melupakan semuanya.

Banyak laki-laki yang datang memintaku untuk menjadi pasangannya. Tapi ternyata hatiku masih
terpaut dengan kisah lalu kita. Bagaimana mungkin kamu bisa membangun hubungan baru diatas
hancurnya perasaan itu? Atau kau sudah dulu mencintainya?

Lagu glimpse of us seolah menjadi gambar keadaanku saat ini. Dia yang ku pilih menjadi pasanganku
yang entah muaranya nanti akan seperti apa, tapi sesempurna dia mengapa itu bukan kamu?

Kami mendatangi tempat-tempat dimana kita dulu pernah datangi juga, Mas. Aku dan dia mewujudkan
apa yang tidak pernah aku dan kamu wujudkan.

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang ada dikepalaku, tapi baiknya memang tidak usah ada jawabannya.

Aku selalu ingin menanyakan bagaimana kabarmu, tapi nyaliku tidak sampai melakukannya. Untuk apa
aku mengganggu rumah tangga yang susah payah kau bangun dengan perasaan hancur dan
cucuran air matamu itu? Bukankah hadirku nanti hanya akan menjadi kesedihan bagimu?

Mencintai memang tidak harus memiliki, betapa nelangsanya perasaanku saat menulis semua tulisanku
yang hanya tentang dirimu.

Bagaimana caranya agar aku dapat mengikhlaskanmu? Kamu terlalu berkesan untuk hidupku saat itu.

Kadang, mungkin memang ini cara Tuhan

Anda mungkin juga menyukai