a. Sebagian . . . . . .
-2-
Selain daripada itu beberapa hal yang telah dapat dirumuskan dan disepakati oleh
Badan tersebut, adalah tentang “hak-hak asasi manusia dan beberapa masalah lainnya.
Dan tidak merjadi perolehan suara yang seimbang. Sedangkan menurut Tata tertib
mengharuskan 2/3(dua pertiga) suara dari jumlah anggota yang hadir. Cara musyawarah
untuk mufakat tidak dapat ditempuh, karena masing – masing golongan
mempertahankan pendapatnya. Akibatnya menimbulkan krisis eksistensi negara RI. Inilah
konsekuensi pilihan sistem demokrasi liberal. Pilihan ini diambil untyk menunjukan
kepada dunia internasional bahwa pemerintah Indonesia bukan pendukung Fasisme
Jepang yang bertentangan dengan demokrasi Zaman Baru.
Gagalnya Badan Konstituante membentuk Undang – undang Dasr melahirkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isisnya:
a. Membubarkan Badan Konstituante.
b. Menyatakan tidak berlakunya UUD Sementara 1950.
c. Kembali Ke Undang – Undang Dasar 1945.
d. Dibentuknya MPR Sementara dan DPA Sementara.
Dekrit tersebut diumumkan dengan “Keputusan Negara RI No.150 tahun 1959” yang
dimuat dalam Lembaran Negara RI No.t5 tahun 1959. Pada Lembaran Negara
tersebut dilampirkan satu Naskah Undang-Undang Dasar 1945.
2. Ideologi Komunisme
Dengan diberlakukannya kembali Undang-Undang Dasar 1945 (Periode 1959 – 1965),
terjadilah penafsiran baru terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang bersumber dari Konsepsi
“ Nasionalisme, Agama dan Komunisme” (NASAKOM).
Pada Periode ini Pancasila ditafsirkan sebagai “Alat Pemersatu” yang berarti bahwa
kalau Persatuan sudah terbentuk, maka “PANCASILA” sebagai Ideologi Negara tidak
diperlukan lagi dan harus diganti dengan Ideologi lain. Pandangan dan Penafsiran tersebut
jelas bertentangan dengan konsensus bangsa kita yang disepakati bahwa Pancasila adalah
dasar dan ideologi Negara Republik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945 Oleh PPKI, dan tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945.
Merubah atau mengganti Pancasila sebagai Ideologi dan Falsafah Negara sama
halnya dengan mengganti dan merubah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dengan
kata lain membubarkan Negara Kesatuan RI. Selain dari pada itu bangsa Indonesia yang
Plural (majemuk) Persatuan dan Kesatuan masih harus tetap dipertahankan dengan
berlandaskan Pancasila. Karena dengan Ideologi Negara yang bermacam-macam akan
menimbulkan terpecah belahnya bangsa Indonesia dan tidak mustahil terjadinya
disintergasi Bangsa.
Gerakan anti . . . . .
-3-
Gerakan anti Pancasila, Puncaknya adalah terjadinya tragedi Nasional, yaitu adanya
Gerakan 30 September 1965 oleh PKI dengan menggunakan Oknum-Oknum Militer dan
hampir semua Lapisan Rakyat Indonesia, seperti petani, nelayan, buruh, guru – guru dan lain
sebagainya.