Anda di halaman 1dari 3

-1-

PERBANDINGAN IDEOLOGI –IDEOLOGI NEGARA

1. Ideologi Liberalisme, di masa Orde Lama.


Pada tanggal 1 Nopember 1945 dikeluarkan “Maklumat Politik” yang memuat
Kebijaksanaan pemerintah tentang “Politik Luar Negeri” yang secara Khusus ditujukan
kepada Kerajaan Jepang dan Beland, Politik dalam negeri tentang berbagai suku dalam
bangsa Indonesia.
Untuk memperoleh Citra yang baik terhadap Luar Negeri bahwa Pemerintah RI
melaksanakan demokrasi dengan dikeluarkannya “Maklumat No. X pada tanggal 16
Oktober 1945 yang mengizinkan terbentuknya partai – partai Politik dengan syarat
tujuannya tetap memelihara Persatuan dan Kesatuan bangsa.
Atas dasar ketentuan tersebut, Lahirlah Partai – partai Politik yang berdasarkan
Ideologi Golongan, yang mencerminkan bermacam Orientasi dan Cita-cita politik
dalam masyarakat Indonesia seperti: tradisi leluhur, tradisi Islam, tradisi Jawa, Hindu
Nasionalisme radikal, komunisme, sosialisme demokrat, medernis dan skuler.
Sejak diberlakukannya sistem multi partai pusat kekuasaan mengalami
perubahan, yaitu dari sistem Presidentil menjadi Parlementer, sehingga kekuasaan
tidak lagi berada pada Presiden tetapi berada pada Parlemen yang dijabat oleh
seorang Perdana Menter. Dengan demikian Perdana Menteri yang menjalankan
kekuasaan eksekutif, sedangkan Presiden hanya sebagai Lambang Pemersatu.
Pengalaman dalam periode demokrasi Parlementer menimbulkan benturan dan
pergolakan-pergolakan yang mengganggu stabilitas Nasional.
Perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
mengalami pasang surut, Dalam keadaan demikian UUD mengalami 3 (tiga) kali
perubahan, yaitu :
a. Undang – Undang Dasar 1945
b. Konstitusi Republik Indonesia Serikat
c. Undang – Undang Dasar Sementara tahun 1950

Untuk mempersiapkan Undang – Undang dasar yang tetap, dilaksanakanlah Pemilihan


Umum I pada tahun 1955 dan kemudian berhasil membentuk “Badan Konstituante” tahun
1956. Badan inilah yang diserahi tugas untuk menyusun dan membentuk UUD Negara RI.
Di dalam Sidang – sidang Badan Konstituante yang membicarakan tentang “Dasar
Negara” menunjukan seakan – akan merupakan pengulangan pada sidang BPUPKI dan PPKI.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 telah sepakati bahwa “PANCASILA “ adalah sebagai “DASAR
NEGARA RI”.
Perbedaan yang terjadi pada sidang badan Konstituante tersbut tentang Dasar Negara
adalah :

a. Sebagian . . . . . .
-2-

a. Sebagian yang menghendaki Dasar Negara adalah Islam.


b. Sebagian lainnya menghendaki Dasar Negara adalah Pancasila ( Nasionalisme ) .

Selain daripada itu beberapa hal yang telah dapat dirumuskan dan disepakati oleh
Badan tersebut, adalah tentang “hak-hak asasi manusia dan beberapa masalah lainnya.
Dan tidak merjadi perolehan suara yang seimbang. Sedangkan menurut Tata tertib
mengharuskan 2/3(dua pertiga) suara dari jumlah anggota yang hadir. Cara musyawarah
untuk mufakat tidak dapat ditempuh, karena masing – masing golongan
mempertahankan pendapatnya. Akibatnya menimbulkan krisis eksistensi negara RI. Inilah
konsekuensi pilihan sistem demokrasi liberal. Pilihan ini diambil untyk menunjukan
kepada dunia internasional bahwa pemerintah Indonesia bukan pendukung Fasisme
Jepang yang bertentangan dengan demokrasi Zaman Baru.
Gagalnya Badan Konstituante membentuk Undang – undang Dasr melahirkan
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang isisnya:
a. Membubarkan Badan Konstituante.
b. Menyatakan tidak berlakunya UUD Sementara 1950.
c. Kembali Ke Undang – Undang Dasar 1945.
d. Dibentuknya MPR Sementara dan DPA Sementara.

Dekrit tersebut diumumkan dengan “Keputusan Negara RI No.150 tahun 1959” yang
dimuat dalam Lembaran Negara RI No.t5 tahun 1959. Pada Lembaran Negara
tersebut dilampirkan satu Naskah Undang-Undang Dasar 1945.

2. Ideologi Komunisme
Dengan diberlakukannya kembali Undang-Undang Dasar 1945 (Periode 1959 – 1965),
terjadilah penafsiran baru terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang bersumber dari Konsepsi
“ Nasionalisme, Agama dan Komunisme” (NASAKOM).
Pada Periode ini Pancasila ditafsirkan sebagai “Alat Pemersatu” yang berarti bahwa
kalau Persatuan sudah terbentuk, maka “PANCASILA” sebagai Ideologi Negara tidak
diperlukan lagi dan harus diganti dengan Ideologi lain. Pandangan dan Penafsiran tersebut
jelas bertentangan dengan konsensus bangsa kita yang disepakati bahwa Pancasila adalah
dasar dan ideologi Negara Republik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945 Oleh PPKI, dan tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945.
Merubah atau mengganti Pancasila sebagai Ideologi dan Falsafah Negara sama
halnya dengan mengganti dan merubah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dengan
kata lain membubarkan Negara Kesatuan RI. Selain dari pada itu bangsa Indonesia yang
Plural (majemuk) Persatuan dan Kesatuan masih harus tetap dipertahankan dengan
berlandaskan Pancasila. Karena dengan Ideologi Negara yang bermacam-macam akan
menimbulkan terpecah belahnya bangsa Indonesia dan tidak mustahil terjadinya
disintergasi Bangsa.
Gerakan anti . . . . .
-3-

Gerakan anti Pancasila, Puncaknya adalah terjadinya tragedi Nasional, yaitu adanya
Gerakan 30 September 1965 oleh PKI dengan menggunakan Oknum-Oknum Militer dan
hampir semua Lapisan Rakyat Indonesia, seperti petani, nelayan, buruh, guru – guru dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai