Anda di halaman 1dari 7

LAMPIRAN : TEKS PUISI

PUISI WAJIB

1. TANAH AIR MATA

Oleh : Sutardji Calzoum Bachri

Tanah airmata tanah tumpah dukaku


mata air airmata kami

airmata tanah air kami


di sinilah kami berdiri
menyanyikan airmata kami

di balik gembur subur tanahmu


kami simpan perih kami

di balik etalase megah gedung-gedungmu


kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa

kami coba kuburkan duka lara


tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana

bumi memang tak sebatas pandang


dan udara luas menunggu

namun kalian takkan bisa menyingkir


ke manapun melangkah

kalian pijak airmata kami


ke manapun terbang

kalian kan hinggap di air mata kami


ke manapun berlayar

kalian arungi airmata kami


kalian sudah terkepung takkan bisa
mengelak takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata
PUISI PILIHAN

2. MAKNA SEBUAH TITIPAN


WS. Rendra

Sering kali aku berkata,


Ketika orang memuji milikku,

Bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,


Bahwa mobilku hanya titipan Nya,
Bahwa rumahku hanya titipan Nya,
Bahwa hartaku hanya titipan Nya,
Bahwa putraku hanya titipan Nya,

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,


Mengapa Dia menitipkan padaku?

Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?


Dan kalau bukan milikku,

Apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?


Mengapa hatiku justru terasa berat,

ketika titipan itu diminta kembali oleh- Nya ?


Ketika diminta kembali,

Kusebut itu sebagai musibah


Kusebut itu sebagai ujian, Kusebut
itu sebagai petaka, Kusebut dengan
panggilan apa saja

untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,

Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,


Aku ingin lebih banyak harta,

Ingin lebih banyak mobil,


Lebih banyak rumah,
Lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, Kutolak
kemiskinan,

Seolah "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:


Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,

dan bukan Kekasih.

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",

dan menolak keputusanNya

yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,

hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

"Ketika langit dan bumi bersatu,

bencana dan keberuntungan sama saja"


3. DOA
Karya: Chamim Kohari

Ya  Allah
Sebagaimana para Nabi
Kami ingin mengembala
Kambing dalam jiwa kami
Membangun rumah Ibrahim
dalam diri kami
Menggenggam kesabaran Ayub
Menancapkan keyakinan Ya’qub
Hingga kami dapat menyongsong
dan membelai-belai takdirMu

Ya  Allah
Berilah kami daya
Untuk menakhlukkan
dan membanting keakuan kami
ke tingkat yang paling rendah
Sebagaimana Musa
Tersungkur di bukit Tursina

Ya  Allah
Fir’aun-fir’aun telah bergentayangan
Mengancam peradaban agung
Peninggalan para  Rasul
Berilah kami kekuatan cinta kasih Isa
dan keteladanan Muhammad
Untuk bekal menghadapi tipu dayanya
Mengimbangi gonjang-ganjing dunia

Bimbinglah kami
Menapaki jalan kebenaran
yang telah dirintis oleh kekasihMu
hingga ke Shidratul Muntaha
untuk antri menunggu panggilanMu

Ya  Allah
Sungguh
Tanpa rahmatMu
Kami tak pantas bersimpuh di istanaMu
4. IBU
Karya: Chamim Kohari

Sejuk pandangmu
Menyembunyikan air mata
Gemuruh di dadaku
Membahana
Meluluh lantakkan kalbuku
Izinkan aku memetik rembulan
Bersama lautan teduhmu

Kau ajari aku


Berlayar di ombak samudera
Mengeja cakrawala
Menghitung bintang

Kau adalah  Suraya
Lentera jagad di saat gelap
Penyejuk hati
di waktu sendiri

Kini kau telah tenggelam


Bersama cinta kasihmu

Sebagai tanda bhakti


Aku wujudkan
sorot mata hatimu
dengan langkahku
bersama tangis
dan doa  doa
untukmu selalu
5. DIPONEGORO
Oleh: Chairil Anwar

Dimasa pembangunan ini


Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Didepan sekali tuan menanti


Tak gentar lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

MAJU

Ini barisan tak bergenderang- berpalu


Kepercayaan tanda menyerbu

Sekali berarti
Sudah itu mati

MAJU

Bagimu negeri
Menyediakan api

Punah diatas menghamba


Binasa diatas ditinda
Sungguh pun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang
6. SEPERTI BIASA
Karya: Izzah Haizam Kholilah

Menjelang Ramadhan tiba


Seperti biasa
Aku diajak ayah-bunda
Berziarah ke makam keluarga
Untuk berdo’a
Dan mengingat bahwa hidup tak selamanya

Seperti biasa
Menjelang Ramadhan tiba
Aku diingatkan buya
Agar puasa sebulan sempurna

Menjaga hati
Menjaga mata
Menjaga mulut
Menjaga telinga
Menjaga tangan
Menjaga kaki
Semua harus dijaga
Agar puasa bisa diterima

Seperti biasa
disaat puasa
Tidak boleh mencuri sempat
Meminum air di kamar mandi
Makan roti di kamar sendiri
Makan nasi di saat rumah sepi
Jangan mencuri-mencuri
Pasti Allah melihat sendiri

Sedang di kanan-kiri
Rakib dan Atid
Siap menjadi saksi

Ayo puasa
sebelum kita mati

Anda mungkin juga menyukai