Anda di halaman 1dari 7

Judul buku : Epidemiologi Lingkungan Teori dan Aplikasi

Penulis : Ramadhan Sitepu


Penerbit : Bumi Medika (2016)
Kota terbit :Jakarta
Hal 10-12

 Model Gordon (John Gordon) -> segitiga epidemiologi


Meliputi agent, pejamu dan lingkungan. Dalam studi epidemiologi, model ini lebih sering
digunakan untuk penyakit menular. Interaksi ketiga elemen ini terjadi karena adanya faktor
penentu dari setiap elemen tersebut.
a. Faktor agent penentunya adalah : jumlahnya bila hidup dan konsentrasinya bila tidak
hidup, infektifitas/patogenitas/virulensi bila hidup dan toksisitas atau reaktivitas bila tidak
hidup.
b. Faktor pejamu penentunya adalah derajat kepekaan, imunitas terhadap agent penyakit
atau toleransi terhadap agent yang mati, status gizi, pengetahuan, pendidikan dan
perilaku.
c. Faktor lingkungan penentunya adalah kualitas dan kuantitas berbagai kompartemen
lingungan, yang utamanya berperan sebagai faktor yang menentukkan terjadi atau
tidaknya transmisi agen ke pejamu. Komponen lingkungan dapat berupa udara, tanah, air,
makanan, perilaku, higiene perorangan, vektor.

Apabila terjadi ketidakseimbangan diantara ketiganya, maka solusi alternatif dapat ditentukan
sebagai berikut.

a. Tindakan terhadap lingkungan : memperbaiki kualitas lingkungan (baik dari sumber daya
maupun penertiban perilaku masyarakat)
b. Tindakan terhadap pejamu : memberikan vaksinasi agar pejamu lebih kuat terhadap agent
penyakit.
c. Tindakan terhadap agent : pembuatan program jangka panjang/pendek
 Agent : organisme hidup atau kuman infektif yang dapat menimbulkan suatu penyakit.
Ex: kimiawi, fisik (radiasi), biologis , nutrisi, metazoa, virus, jamur, bakteri, dll
 Host/pejamu : manusia; orang yang rentan terhadap suatu penyakit.
Ex : umur, jenis kelamin, hubungan keluarga/hereditas, suku, ras, fungsi fisiologis, status
kesehatan, anatomi tubuh, gaya hidup, kuantitas respon tubuh, kehidupan sosial pekerjaan.
 Lingkungan : lingkungan merupakan semua faktor luar dari individu dan sangat
mempengaruhi kehidupan individu karena menentukan hubungan interaksi antara agent
dengan pejamu.
Ex ; lingkungan fisik, biologis, sosial.
 Lingkungan sosial : semua bentuk kehidupan sosial, politik, dan organisasi, serta institusi
yang mempengaruhiindividu dalam membentuk masyarakat tersebut.
Ex: bentuk organisasi masyarakat, sistem yankes, sistem ekonomi, kepadatan penduduk,
kebiasaan hidup masyarakat, dan kepadatan rumah.
 Pada penyakit SARS, lingkungan yang dapat mendukung seseorang untuk terkontaminasi
virus adalah lingkungan yang memang sudah terjangkit virus SARS. Sehingga kebersihan
lingkungan harus diperhatikan agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan virus.
Judul buku : Epidemiologi untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Penulis : Najmah, S.KM, M.PH
Penerbit : Rajawali Pers (2016)
Kota terbit :Jakarta
Hal 78-92

 Variabel confounding/perancu/pengganggu : distorsi oleh variabel lainnya dalam


memprediksi hubungan antara faktor exposure dan outcome.
 Faktor perancu terkadang tidak dapat terpisahkan antara suatu asosiasi. Pengaruh faktor
perancu bisa memperbesar/memperkecil hubungan sebenarnya.
 3 kondisi untuk menetapkan faktor perancu :
1. Ada hubungan antara variabel independen dan variabel perancu
2. Ada hubungan antara variabel dependen dan variabel perancu
3. Variabel perancu bukan merupakan faktor intermediate (antara) diantara variabel
eksposur dan outcome.
 Cara mengontrol faktor perancu :
1. Restriksi/ matching
2. Stratifikasi (ex. Dengan menggunakan metode mantel haenszal)
3. Analisis regresi logistik/regresi berganda.
Judul buku : Research Design Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed
Penulis : John W. Creswell
Penerbit : Pustaka Pelajar (2017)
Kota terbit : Yogyakarta
Hal 78

 Variabel confounding/spurious sebenarnya tidak diukur/diobservasi dalam penelitian.


Variabel ini ada, tetapi pengaruhnya tidak dapat dilacak secara langsung.

PPT Bu desi

 Variabel pengganggu/ non eksperimental : variabel yang secara teoritis berpengaruh terhadap
variabel terikat, tetapi pada penelitian yang dirancang, tidak dikehendaki pengaruhnya.
 Pengendalian var. Pengganggu:
1. Penyamaan kondisi variabel = pembatasan subjek, randomisasi, matching
2. Uji statistik = ikut diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel terikat.

Judul buku : handout metopen


Penulis : trisno agung wibowo
Kota terbit : Yogyakarta

 Variabel perancu : variabel yang tidak diteliti tetapi dapat mempengaruhi hasil penelitian (karena
berhubungan dengan variabel bebasdan variabel tergantung) serta bukan variabel antara.
 Kriteria variabel perancu :
1. Faktor risiko dari penyakit yang diteliti
2. Mempunyai hubungan dengan paparan
3. Bukan merupakan bentuk antara dalam hubungan antara paparan dan penyakit.
 Pengendalian confounder :
1. Sebelum pengumpulan data : matching ( pemilihan kontrol sampai kontrol tersebut sama
dengan kasus dalam hal karakteristiknya. 2 jenis matching = matching frekuensi, matching
individu), randomisasi ( pengalokasian subjek penelitian dari sampel secara acak), retriksi
( membatasi subjek penelitian pada karakteristi tertentu saja).
2. Setelah data terkumpul : analisis stratifikasi, analisis multivariate (jika confounding banyak
dan akan dikontrol bersamaan serta diasumsikan hubungan variabel2 tsb linier).
 Studi cross sectional :
+ : mudah, murah, berguna untuk menemukan paparan yang erat dengan karakteristik individu
 : sulit mengetahui apakah paparan mendahuili akibat/tidak
Judul buku : Panduan Epidemiologi bagi pengelola kesehatan kabupaten
Penulis :JP. Vaughan & RH Morrow
Penerbit : ITB Bandung (1993)
Kota terbit : Bandung
Hal 59-197

 Faktor musim mempengaruhi kesakitan, kematian dan pemanfaatan pelayanan kesehatan


1. Faktor musim terutama mempengaruhi rakyat miskin yang tergolong rawan karena
rendahnya pendapatan dan ketergantungan bekal makanan -> malgizi akan lebih banyak
ditemui pada waktu/musim tertentu di setiap tahun.
2. Selama musim dingin orang cenderung berkumpul bersama sehingga dapat meningkatkan
penyebaran penyakit infeksi yang penularannya melalui udara dan kontak, seperti
penyakit saluran napas dan campak.
3. Pada bulan-bulan yang sulit, masyarakat cenderung kurang menggunakan sarana
kesehatan yang ada, pengawasan oleh petugas kesehatan masyarakat dan balai
pengobatan menjadi kurang efektif, dan persediaan obat-obatan penting mungkin sekali
berkurang.
 Unsur-unsur yang perlu dilaksanakan di kabupaten :
1. Pendidikan mengenai pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan
2. Peningkatan penyaluran makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Pelayananan kesehatan ibu dan anak -> KB
5. Imunisasi untuk mencegah penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengawasan setempat dalam hal penyakit yang bersifat endemi dan
wabah
7. Pengobatan penyakit umum dan penanganan kecelakaan secara memadai
8. Penyediaan dan penyaluran obat esensial
 Strategi pelaksanaan pelayanan kesehatan primer di kabupaten :
1. Melatih dan memanfaatkan anggota masyarakat sebagai petugas kesehatan
2. Mengikutsertakan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan
3. Mengadakan koordinasi lintas sektoran terutama antara bidang pertanian, pendidikan,
perumahan, sanitasi dan penyediaan air
4. Menjalin kerjasama antara organisasi kesehatan, terutama antara lembaga pemerintah dan
non pemerintah, serta antara praktek pengobatan tradisional dan dokter praktek swasta
5. Desentralisasi oleh departemen kesehatan, dan pemantapan sistem kesehatan di
kabupaten.
 Golongan beresiko tinggi :
1. Wanita usia 15-45 tahun yang mencakup 1/5 total populasi
2. Bayi dan balita yang mencakup 1/5 total populasi. Proporsi kematian yang tinggi akibat
malgizi dan penyakit menular.
3. Para pekerja, terutama yang menggunakan mesin dan bahan kimia berbahaya, sama
halnya dengan buruh kasar dan pekerja bangunan.
4. Orang lanjut usia yang menderita penyakit kronis
5. Orang yang kontak dengan penderita penyakit infeksi
6. Kelompok sosial-ekonomi dan budaya tertentu. Ex: keluarga miskin, buruh tani,
pendatang baru.
Judul buku : Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Kesehatan
Penulis : amalina tri susilasi, trisno agung wibowo
Penerbit : graha cendekia (2015)
Kota terbit : Yogyakarta

 Penelitian asosiatif/hubungan : bertujuan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel atau


lebih. Penelitian ini dapat membangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengontrol suatu gejala/fenomena.
 3 jenis penelitian asosiatif : simetris ( muncul bersamaan), kausal (sebab akibat),
interaktif/resiprokal (saling mempengaruhi)
 Kelebihan cross sectional :
1. Mudah, hasil cepat
2. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus
3. Meminimalisir drop out (loss to follow up) karena dilakukan pada 1 waktu.
4. Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya yang lebih konklusi.
5. Generalisasi cukup memadai karena memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat
umum
6. Dapat dimasukan kedalam tahap pertama penelitian kohort/experimen
 Kekurangan :
1. Sulit menentukan sebab akibat karna pengambilan data dilakukan pada 1 waktu
2. Butuh jumlah subjek yang lebih banyak
3. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit , insiden maupun prognosis
4. Tidak praktis untuk penelitian kasus yang panjang
5. Kemungkinan bias prevalens/bias insiden karena kesalahan penafsiran faktor risiko sebagai
efek penyakit pada periode tertentu
 Teknik sampling non probability sampling -> purposive sampling/judgmental sampling : peneliti
memilih responden berdasarkan pada pertimbangan subjektif dan praktis bahwa responden dapat
memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai