Ekonomi secara etimologis terdiri atas dua kata, yaitu Oikos dan Nomos. Oikos berarti rumah tangga, dan Nomos berarti aturan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi berari aturan aturan yang terdapat dalam rumah tangga. Namun, secara umum ekonomi memiliki tiga peninjauan pengertian, yaitu ditinjau dari cara, aktivitas dan institusi. Ditinjau dari cara ekonomi berkaitan tentang cara cara untuk mengelola kebutuhan secara efisien. Ditinjau dari aktivitas ekonomi adalah kegiatan kegiatan untuk mengelola sumber daya alam. Adapun ditinjau dari institusi, ekonomi merupakan suatu sistem dan juga aturan yang mengatur. Adapun beberapa sistem ekonomi yang banyak diterapkan diseluruh dunia yaitu, sistem ekonomi tradisional, sistem ekonomi terpusat atau komando atau otoriter, sistem ekonomi sosialis, sistem ekonomi campuran, dan Indonesia sendiri menggunakan sistem ekonomi pancasila. Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu, politikos yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga Negara. Artinya adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik (wikipedia :2018). Adapun politik menurut Laswell(1936) “Siapa mendapat apa, bagaimana dan kapan”, sedangkan menurut Easton(1981) politik adalah ilmu tentang negara. Ekonomi membahas tentang kelangkaan atau scarcity, yang disebabkan oleh keinginan tidak terbatas yang dimiliki oleh manusia tapi sumber daya yang tersedia itu terbatas adanya. Oleh karena itu, politik hadir di dalam ekonomi sebagai cara-cara atau tindakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang didalamnya terdapat aturan aturan dan kebijakan kebijakan. Ekonomi politik disini adalah suatu tindakan dengan menggunakan analisis ekonomi untuk tujuan politik, berbeda halnya dengan politik ekonomi yang menggunakan analisis politik untuk mencapai tujuan ekonomi.
B. PERKEMBANGAN EKONOMI POLITIK
1. Zaman Pra-Klasik Pada zaman ini terdapat dua kubu yang dipelopori oleh pedagang yang disebut dengan merkantilis dan fisokrat yang dipelopori oleh petani. Kelompok merkantilis mempercayai bahwa kemakmuran suatu negara dapat diukur melalui banyaknya logam mulia yang ada dalm negara itu. Namun, pernyataan ini ditentang oleh kaum fisokrat yang menyatakan bahwa kemakmuran disuatu negara diukur melalui produktifitas negara itu sendiri. 2. Zaman Klasik Pada zaman ini muncul Adam Smith (1776) yang dalam bukunya “The Wealth of Nation” mencetuskan teori bahwa terdapat Invisible Hand dalam suatu mekanisme pasar, teori Inilah yang kemudian memunculkan paham liberalisme. 3. Zaman Neo Klasik Pada zaman ini terdapat dua paham yang berkembang, yaitu teori ekonomi neoliberal yang dipelopori oleh Keyness dan teori ekonomi sosialis yang dipelopori oleh Karl Marx. Teori ekonomi neoliberal menyatakan bahwa dalam suatu sistem ekonomi harus ada campur tangan pemerintah atau pemerintahlah yang memiliki peran paling besar didalmnya.Sedangkan dalam teori sosials, pemerintah hanya berperan sebagai distributor dan semua orang mendapatkan jumlah yang sama. C. REFLEKSI EKONOMI POLITIK DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Ekonomi dan politik adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, contoh kasus yang paling hangatdibicrakan mengenai hal ini yaitu tentang kasus dijadikannya Universitas Hasanuddin sebagai PTN-BH. Hal ini dianggap sebagai bentuk ekonomi politik yang diterapkan dalam lingkungan pendidikan. Hal ini dikarenakan oleh dikuranginya subsidi dari pemerintah untuk menunjang pendanaan di universitas, sehingga universitas harus mampu mengelola dana dengan baik dan mendatangkan investor investor untuk menambahkan modal. Selain itu, dengan dijadikannya sebagai PTN-BH, hal ini juga memengaruhi biaya kuliah yang harus dikeluarkan mahasiswa untuk menempuh pendidikan. Banyak juga yang berpendapat bahwa dengan adanya PTN-BH ini, universitas mampu mendapatkan suntikan modal lebih sehingga pembangunan akan terus digiatkan, akan tetapi yang masih tampak sekarang masih berada di kulit luar dan peningkatan dalam hal mutu pendidikan masih belum signifikan. Pendapat lain juga menyatakan tentang ketidaksiapan universitas dalam hal administratif dan oknum oknum didalamnya untuk menerapkan PTN-BH ini di Universitas Hasanuddin.