Anda di halaman 1dari 2

REVIEW MATERI KAJIAN

“PENGANTAR EKONOMI POLITIK”


OLEH RUSDIAWAN
FASILITATOR: KAK MEGA ( IE ’16 )

A. PENGERTIAN EKONOMI POLITIK


Ekonomi secara etimologis terdiri atas dua kata, yaitu Oikos dan Nomos.
Oikos berarti rumah tangga, dan Nomos berarti aturan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
ekonomi berari aturan aturan yang terdapat dalam rumah tangga. Namun, secara
umum ekonomi memiliki tiga peninjauan pengertian, yaitu ditinjau dari cara, aktivitas
dan institusi. Ditinjau dari cara ekonomi berkaitan tentang cara cara untuk mengelola
kebutuhan secara efisien. Ditinjau dari aktivitas ekonomi adalah kegiatan kegiatan
untuk mengelola sumber daya alam. Adapun ditinjau dari institusi, ekonomi
merupakan suatu sistem dan juga aturan yang mengatur. Adapun beberapa sistem
ekonomi yang banyak diterapkan diseluruh dunia yaitu, sistem ekonomi tradisional,
sistem ekonomi terpusat atau komando atau otoriter, sistem ekonomi sosialis, sistem
ekonomi campuran, dan Indonesia sendiri menggunakan sistem ekonomi pancasila.
Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu, politikos yang berarti dari, untuk,
atau yang berkaitan dengan warga Negara. Artinya adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam
ilmu politik (wikipedia :2018). Adapun politik menurut Laswell(1936) “Siapa
mendapat apa, bagaimana dan kapan”, sedangkan menurut Easton(1981) politik
adalah ilmu tentang negara.
Ekonomi membahas tentang kelangkaan atau scarcity, yang disebabkan oleh
keinginan tidak terbatas yang dimiliki oleh manusia tapi sumber daya yang tersedia
itu terbatas adanya. Oleh karena itu, politik hadir di dalam ekonomi sebagai cara-cara
atau tindakan tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang didalamnya terdapat
aturan aturan dan kebijakan kebijakan. Ekonomi politik disini adalah suatu tindakan
dengan menggunakan analisis ekonomi untuk tujuan politik, berbeda halnya dengan
politik ekonomi yang menggunakan analisis politik untuk mencapai tujuan ekonomi.

B. PERKEMBANGAN EKONOMI POLITIK


1. Zaman Pra-Klasik
Pada zaman ini terdapat dua kubu yang dipelopori oleh pedagang yang disebut
dengan merkantilis dan fisokrat yang dipelopori oleh petani. Kelompok
merkantilis mempercayai bahwa kemakmuran suatu negara dapat diukur melalui
banyaknya logam mulia yang ada dalm negara itu. Namun, pernyataan ini
ditentang oleh kaum fisokrat yang menyatakan bahwa kemakmuran disuatu
negara diukur melalui produktifitas negara itu sendiri.
2. Zaman Klasik
Pada zaman ini muncul Adam Smith (1776) yang dalam bukunya “The Wealth
of Nation” mencetuskan teori bahwa terdapat Invisible Hand dalam suatu
mekanisme pasar, teori Inilah yang kemudian memunculkan paham liberalisme.
3. Zaman Neo Klasik
Pada zaman ini terdapat dua paham yang berkembang, yaitu teori ekonomi
neoliberal yang dipelopori oleh Keyness dan teori ekonomi sosialis yang
dipelopori oleh Karl Marx. Teori ekonomi neoliberal menyatakan bahwa dalam
suatu sistem ekonomi harus ada campur tangan pemerintah atau pemerintahlah
yang memiliki peran paling besar didalmnya.Sedangkan dalam teori sosials,
pemerintah hanya berperan sebagai distributor dan semua orang mendapatkan
jumlah yang sama.
C. REFLEKSI EKONOMI POLITIK DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
Ekonomi dan politik adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, contoh kasus yang paling hangatdibicrakan mengenai hal ini yaitu tentang kasus
dijadikannya Universitas Hasanuddin sebagai PTN-BH. Hal ini dianggap sebagai
bentuk ekonomi politik yang diterapkan dalam lingkungan pendidikan. Hal ini
dikarenakan oleh dikuranginya subsidi dari pemerintah untuk menunjang pendanaan
di universitas, sehingga universitas harus mampu mengelola dana dengan baik dan
mendatangkan investor investor untuk menambahkan modal. Selain itu, dengan
dijadikannya sebagai PTN-BH, hal ini juga memengaruhi biaya kuliah yang harus
dikeluarkan mahasiswa untuk menempuh pendidikan. Banyak juga yang berpendapat
bahwa dengan adanya PTN-BH ini, universitas mampu mendapatkan suntikan modal
lebih sehingga pembangunan akan terus digiatkan, akan tetapi yang masih tampak
sekarang masih berada di kulit luar dan peningkatan dalam hal mutu pendidikan
masih belum signifikan. Pendapat lain juga menyatakan tentang ketidaksiapan
universitas dalam hal administratif dan oknum oknum didalamnya untuk menerapkan
PTN-BH ini di Universitas Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai