Anda di halaman 1dari 3

SIFILIS

Penyuluhan dan Skrining penyakit infeksi menular seksual (IMS) berupa sifilis di
tambusai tengah

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Infeksi menular seksual (IMS) masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik di
negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan di
berbagai negara tampaknya belum memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hambatan, seperti timbulnya resistensi terhadap obat, pengaruh faktor
lingkungan yang makin memberikan kemudahan penularan IMS, kesulitan penegakan
diagnosis, pengobatan yang tidak tepat, dan faktor stigma yang masih terus dikaitkan dengan
penderita IMS.
WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta penderita IMS baru di negara-negara
berkembang, seperti di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Di negara maju prevalensi IMS
sudah dapat diturunkan, tetapi prevalensi di negara berkembang masih tinggi.
Angka kejadian IMS saat ini cenderung meningkat di Indonesia. Angka kesakitan IMS di
Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak 19.973 kasus. Angka kesakitan ini mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan hasil survei pada tahun 2012 yaitu sebanyak 16.110
kasus dan pada tahun 2010 dimana terdpat 11.141 kasus. Jumlah penderita yang terdata
hanya sebagian kecil dari jumlah penderita sesungguhnya.
Menurut WHO, IMS merupakan salah satu dari sepuluh penyebab kematian pada laki-
laki dewasa muda dan penyebab kematian kedua terbesar pada perempuan dewasa muda di
negara berkembang. Dewasa dan remaja (15-24 tahun) merupakan 25% dari semua populasi
yang aktif secara seksual, tetapi memberikan kontribusi hampir 50% dari semua kasus IMS
baru.
Pencegahan IMS terdiri dari dua bagian, yaitu pencegahan primer dan pencegahan
sekunder. Pencegahan primer terdiri dari penerapan perilaku seksual yang aman, sedangkan
pencegahan sekunder dilakukan dengan menyediakan pengobatan dan perawatan seksual,
pengobatan yang tepat pada pasien, serta pemberian dukungan pada pasien IMS.
Permasalahan
Angka kejadian penyakit infeksi menular seksual (IMS) di indonesia saat ini masing cenderung
tinggi. hal ini karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perilaku seksual yang baik dan
aman sehingga perlu dilakukan penyuluhan dan skrining. Di puskesmas tambusai hanya
beberapa masyarakat yang terdeteksi mengalami IMS. hal menyebabkan perlunya dilakukan
penyuluhan dan deteksi di desa-desa yang kemungkinan angka kejadiannya tinggi. salah satunya
di desa tambusai tengah.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan tidak menular,
yaitu melakukan intervensi dalam upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat
mengenai infeksi menular seksual, dilakukan rencana pelaksanaan penyuluhan. Sasaran
peserta adalah kader di desa tambusai tengah. Penyuluhan dilakukan dengan memberikan
pengarahan tentang pengertian, penularan, jenis, bahaya, pencegahan, pengobatan dan mitor
seputar infeksi menular seksual. Setelah penyuluhan direncanakanakan dilakukan skrining
sifilis pada ibu hamil.

PELAKSANAAN
Penyuluhan dilakukan oleh dokter internsip dan tenaga kesehatan dari Puskesmas
Tambusai yang dilaksanakan di Desa Tambusai Tengah pada Jum’at, 26 November 2021.
Penyuluhan mengenai penyakit Sifilis dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB dan berakhir
pada pukul 11.00 WIB. Penyuluhan dibuka oleh perwakilan Puskesmas (bidan).
Dilakukan penyuluhan serta skrining penyakit sifilis

MONITORING DAN EVALUASI


1. Kegiatan : Penyuluhan di Ruang aula Kantor Desa Tambusai pada tanggal 26 November
2021
Sasaran : Ibu Hamil
2. Monitoring :
Penyuluhan mengenai IMS diikuti oleh masyarakat dan ibu hamil. Acara berjalan dengan
baik dan lancar. Para peserta menyimak dengan baik penjelasan tentang IMS, dan
berperan aktif pada diskusi terbuka yang dilakukan setelah penyuluhan.
3. Evaluasi :
Sebagian besar peserta sudah dapat memahami mengenai pengertian, penularan, jenis,
bahaya, pencegahan, pengobatan, dan mitos seputar IMS.

Anda mungkin juga menyukai