Anda di halaman 1dari 12

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan

Volume 15, No. 1, 2022

ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

TINGKAT KELULUSAN HIDUP PROPAGUL Rhizophora sp. DI AREA RESTORASI


MANGROVE PADA KAWASAN PESISIR TANJUNG PISAU DAN TANAH MERAH,
KABUPATEN BINTAN
THE SURVIVAL RATE OF PROPAGULES Rhizopora Sp. IN MANGROVE RESTORATION AREAS
IN THE COASTAL AREAS OF TANJUNG PISAU AND TANAH MERAH, BINTAN REGENCY
Evan Roy Herdiwan1, Febrianti Lestari1, Khairul Hafsar2*
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
2
Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang
*Corresponden author email: khairulhafsar@umrah.ac.id
Submitted: 05 August 2021 / Revised: 27 April 2022 / Accepted: 28 April 2022
http://doi.org/10.21107/jk.v15i1.11397
ABSTRACT

This research is based on the importance of the role of mangroves to the needs of coastal ecosystems,
because they have high economic and ecological value. The main problem in the mangrove ecosystem
is the occurrence of logging and degradation for several purposes and purposes. Therefore, it is
necessary to understand and understand the importance of rehabilitation and restoration, especially for
the Bintan Regency area. So far, the restoration that has been carried out is using the seedling method.
Mangrove Restoration Activities in the Tanah Merah and Tanjung Pisau areas, Bintan Regency using
Rhizophora sp. The purpose of the study was to determine the survival rate and the level of community
awareness of mangrove restoration activities in the coastal areas of Tanjung Pisau and Tanah Merah,
Bintan Regency. This research uses purposive sampling method. Determination of sampling points in
accordance with the points selected in government programs that have been carried out by taking into
account the ability to represent each region. Monitoring is carried out using plots where in 1 plot there
will be 33 mangroves planted with a 3x1 pattern, and 10 plots will be monitored for each area. The
results showed that the survival rate for each region was Tanah Merah 58% and Tanjung Pisau 85%
which were quite successful. While the level of public awareness is also quite good with a percentage
of 73.4%.
Keywords: Awareness, Mangrove, Restoration, Bintan Island
ABSTRAK
Penelitian ini didasari oleh pentingnya peranan mangrove terhadap kebutuhan ekosistem pesisir,
karena memiliki nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Permasalahan utama pada ekosistem
mangrove adalah terjadinya penebangan dan degradasi untuk beberapa kepentingan dan peruntukan.
Maka dari itu, perlunya memahami dan mengerti akan pentingnya rehabilitasi dan restorasi terutama
untuk kawasan daerah Kabupaten Bintan. Selama ini restorasi yang telah dilakukan menggunakan cara
pembibitan(penyemaian). Kegiatan Restorasi Mangrove pada wilayah Tanah Merah dan Tanjung
Pisau, Kabupaten Bintan menggunakan cara pembenihan propagul Rhizophoran sp. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui tingkat kelulusan hidup dan tingkat kepedulian (awareness) masyarakat
terhadap kegiatan Restorasi mangrove pada kawasan pesisir Tanjung Pisau dan Tanah Merah,
Kabupaten Bintan. Penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling. Penentuan titik sampling
sesuai dengan titik yang dipilih dalam program pemerintah yang sudah dilakukan dengan
memperhatikan kecakupan mewakili setiap daerahnya. Pemantauan dilakukan dengan menggunakan
plot dimana dalam 1 plot akan didapati 33 mangrove yang ditanam dengan pola 3x1, dan akan dipantau
10 plot untuk masing-masing wilayah. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kelulusan hidup masing-
masing daerah adalah Tanah Merah 58% dan Tanjung Pisau 85% yang tergolong cukup berhasil.
Sedangkan tingkat kepedulian masyarakat juga tergolong baik dengan mencapai persentase 73,4%.
Kata kunci: Kepedulian , Mangrove, Restorasi, Pulau Bintan
69
Jurnal Kelautan, 15(1), 69-80 (2022)
PENDAHULUAN pemanfaatan hasil dan rehabilitasi kawasan
mangrove itu sendiri (Amal & Baharudin,
Desa Penaga merupakan salah satu Desa di 2016).
Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki Tumbuhan mangrove banyak ditemukan di
perairan pantai yang luas. Pesisir merupakan wilayah pesisir dan biasanya didominasi pohon
wilayah perairan laut yang memiliki bakau (Rhizophora sp.), tak terkecuali di pesisir
produktivitas tinggi dari zona laut lainnya. daerah Kabupaten Bintan dijumpai ada
Wilayah pesisir memiliki fungsi sebagai beberapa tempat yang ditumbuhi tumbuhan
penyedia sumberdaya alam, penyedia jasa bakau. Mangrove yang terdapat di pesisir
pendukung kehidupan, penyedia jasa beberapa daerah Kabupaten Bintan
kenyamanan dan sebagai penerima limbah dari merupakan hasil konservasi dan restorasi
aktivitas pembangunan yang terdapat di lahan masyarakat dan pemerintah setempat.
daratan, contoh kegiatan ini adalah Penelitian ini didasari oleh pentingnya peranan
pemukiman, perdagangan, perikanan dan mangrove terhadap kebutuhan ekosistem
kegiatan industri (Asyiawati & Akliyah, 2011). pesisir, karena memiliki nilai ekonomis dan
Sebagai penyedia sumberdaya alam, wilayah ekologis yang tinggi. Permasalahan utama
pesisir terdapat beberapa ekosistem yaitu pada ekosistem mangrove adalah terjadinya
estuaria, terumbu karang, padang lamun, dan penebangan dan degradasi untuk beberapa
hutan mangrove yang memiliki fungsi ekologis kepentingan dan peruntukan. Maka dari itu,
dalam menjaga keseimbangan lingkungan. perlunya memahami dan mengerti akan
Secara ekonomi, wilayah ini dapat dijadikan pentingnya rehabilitasi dan restorasi terutama
sebagai pemukiman, tempat pariwisata, tempat untuk kawasan daerah Kabupaten Bintan.
pengembangan perikanan tangkap dan Selama ini restorasi yang telah dilakukan
budidaya. Masyarakat yang bermukim di menggunakan cara pembibitan (penyemaian).
wilayah pesisir sangat erat kaitannya dengan Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pemanfaatan sumberdaya yang ada di wilayah tingkat kelulusan hidup dan tingkat kepedulian
ini sebagai sumber pangan. Sumberdaya yang (awareness) masyarakat terhadap kegiatan
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar berupa Restorasi mangrove pada kawasan pesisir
sumberdaya yang dapat pulih (perikanan, Tanjung Pisau dan Tanah Merah, Kabupaten
ekosistem, dll.) Bintan.

Salah satu sumberdaya yang sering MATERI DAN METODE


dimanfaatkan oleh masyarakat setempat Waktu dan Tempat
adalah ekosistem mangrove. Pengelolaan
mangrove merupakan suatu usaha yang Penelitian dilaksanakan pada bulan November
sangat kompleks untuk dilaksanakan, karena 2020 - Juli 2021 yang berlokasi di perairan
kegiatan tersebut sangat membutuhkan sifat Desa Penaga. Kegiatan dimulai dari surveI
akomodatif terhadap segenap pihak baik yang awal lokasi, dilanjutkan pengambilan data di
berada di sekitar wilayah maupun di luar lapangan, analisis sampel, pengolahan data,
wilayah. Kegiatan ini dilakukan demi memenuhi analisis data, dan penyusunan laporan
kebutuhan dari berbagai kepentingan, namun penelitian. Lokasi penelitian disaji pada
demikian sifat akomodatif ini akan lebih Gambar 1.
dirasakan manfaatnya bilamana keberpihakan
kepada masyarakat yang sangat rentan Metode yang digunakan adalah metode survei
terhadap sumberdaya mangrove, diberikan yaitu pengamatan langsung ke lapangan
porsi yang lebih besar. Salah satu strategi terhadap kondisi perairan Tanjung Pisau dan
dalam pengelolaan sumberdaya alam, Tanah Merah. Dalam menentukan lokasi
termasuk ekosistem mangrove adalah pengamatan menggunakan metode purpossive
pengelolaan berbasis masyarakat lokal,, sampling dengan mempertimbangkan
contohnya adalah kegiatan restorasi. berdasarkan aktivitas yang ada di sekitar
Keterlibatan langsung masyarakat dalam stasiun penelitian. Area yang dipilih berupa
mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan area kegiatan restorasi mangrove yang berada
mangrove sangat dibutuhkan karena di Tanjung Pisau dan tanah Merah. Lokasi
masyarakat akan memikirkan, penelitian di bagi atas 2 stasiun, yang terdiri dari
memformulasikan, merencanakan, 10 plot yang berukuran 3x10m 2, dan total
mengimplementasikan, memonitor dan berjumlah 20 plot. Stasiun 1: Stasiun yang
mengevaluasi sesuatu yang menjadi berada di kawasan pesisir Tanjung pisau,
kebutuhannya, baik dalam hal perlindungan, Stasiun 2: Stasiun yang berada di kawasan

70
Herdiawan et al., Tingkat Kelulusan Hidup Propagul
pesisir Tanah Merah. Dalam mengambil disajikan pada Gambar 2. Metode pengukuran
sampel mangrove menggunakan metode dan pengambilan sampel setiap stasiun
transek/plot yang berukuran 3x1 m2, jarak antar dengan jarak tanam 3x1 meter dengan jumlah
transek 6 meter, dalam satu stasiun terdiri dari propagul 3300/ha dikali dengan 10%.
10 plot. Peletakan plot pertama kali pada saat Parameter yang diukur adalah suhu, salinitasm
ditemukannya patokan mangrove di lokasi pH, DO dan in situ.
penelitian. Skema transek sampling kerang

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian.

Gambar 2. Skema Plot Sampling Pengamatan Mangrove Ukuran 3x1 Meter.

71
Jurnal Kelautan, 15(1), 69-80 (2022)
Analisis Data Tingkat Kelulusan Hidup Analisis Tingkat Kepedulian (awareness)
Mangrove Masyarakat

Rumus menghitung tingkat kelulusan hidup: Tingkat kepedulian (awareness) masyarakat


dilakukan melalui kuisioner dengan 20
SR = 𝑇𝑡/𝑇𝑜 𝑥 100%.......................................(1) responden kunci yang mengikuti kegiatan
restorasi mangrove, dan akan dinilai serta
Keterangan: SR = survival rate (tingkat dikelompokkan berdasarkan tingkat umur,
kelangsungan hidup/persen hidup tanaman tingkat pengetahuan, persepsi masyarakat,
(%)); Tt = jumlah tanaman hidup saat dan akan disajikan secara deskriptif. Adapun
pengamatan; To= jumlah tanaman (propagul) analisis dari persepsi dan tingkat kepedulian
saat ditanam masyarakat dalam Tabel 1. sebagai berikut:

Tabel 1. Analisis Persepsi dan Tingkat Kepedulian Masyarakat


No Atribut Kategori Pn T S B S*B Nmaks
1. Pengetahuan Sangat Tahu 5 - - 3 - 15
Tentang MangroveTahu 4
Sedang 3
Tidak Tahu 2
Sangat Tidak Tahu 1
2. Persetujuan AtasSangat Setuju 5 - - 3 - 15
Rencana KegiatanSetuju 4
Restorasi Sedang 3
Mangrove Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
3. Upaya Sudah dilakukan 5 - - 3 - 15
Pengeloaan Sudah Ada direncanakan 4
Mangrove Sudah ada wancana 3
Tidak ada 2
Tidak Tahu 1
4. Harapan AtasSangat Berharap 5 - - 3 - 15
Realisasi ProgramBerharap 4
Restorasi Sedang 3
Tidak Berharap 2
Sangat Tidak Berharap 1
5. Minat Terlibat Sangat Berminat 5 - - 3 - 15
Berminat 4
Sedang 3
Tidak Berminat 2
Sangat Tidak Berminat 1
Sumber : Yulianda (2007) dimodifikasi Herdiwan (2021).

Adapun rumus yang digunakan dalam ∑ 𝑆∗𝐵


Indeks (persentase) = 𝑥 100%...(4)
perhitungan ini sebagai berikut : ∑ 𝑁𝑚𝑎𝑘𝑠

𝑇1 𝑥 𝑃𝑛 𝑇2 𝑥 𝑃𝑛 Kondisi aktual = S*B ………………….……...(5)


Skors = + ∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 + ⋯ +
∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
𝑇𝑛 𝑥 𝑃𝑛 Dimana: Pn = Penilaian; T = Total Responden;
……………………………..……..(2)
∑ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 S = Skor; B = Bobot; Nmaks = Nilai Maksimum

Nmaks (kondisi potensial) = Pn Tertinggi × Adapun interpretasi persepsi dan tingkat


Bobot …………………………………………..(3) kepedulian masyarakat dapat dilihat pada
Tabel 2. sebagai berikut:

72
Herdiawan et al., Tingkat Kelulusan Hidup Propagul
Tabel 2. Interpretasi Persepsi dan Tingkat Kepedulian Masyarakat
No Angka Kategori
1. 80,01%-100,00% Sangat Baik
2. 60,01%-80,00% Baik
3. 40,01%-60,00% Sedang
4. 20,01%-40.00% Buruk
5. 00,00%-20,00% Sangat Buruk
Sumber : Yulianda (2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN menguning, sebagian layu, dan tidak


Analisis Tingkat Kelulusan Hidup Propagul menunjukkan adanya pertumbuhan pucuk
Mangrove baru.

Pemantauan hasil penanaman mangrove Berdasarkan hasil monitoring per-7 bulan dari
bertujuan untuk mengetahui apakah tumbuhan bulan November 2020 - Juli 2021 di masing-
itu masih hidup, kondisi baik, buruk atau sudah masing lokasi penanaman Tanah Merah dan
mati. Kondisi tanaman mangrove ini dipakai Tanjung Pisau, persentase hidup tanaman
sebagai indikator keberhasilan penanaman pada daerah Tanah Merah pada sebulan
mangrove. Kegiatan penanaman mangrove pertama setelah penanaman adalah 100%,
dikatakan berhasil bila mangrove tumbuh subur dimana semua mangrove yang ditanam
yang ditunjukkan daun-daun yang tampak hijau ditemukan dalam keaadan hidup. Sedangkan
segar dan oleh adanya pertumbuhan pucuk pada 7 bulan penanaman hanya sebesar 58%
daun baru, dan sebaliknya, kegiatan saja. Secara umum, berdasarkan pengamatan,
penanaman mangrove dikatakan gagal bila rendahnya presentase hidup di lokasi
mangrove yang ditanam mati (Kogo & Tsuruda, disebabkan karena mangrove ditanam di
1996). Kematian mangrove ditunjukkan oleh rataan depan pantai atau erosional platform.
daun dan batang yang mengering, atau

Stasiun 1 (Tanah Merah)

42%
Hidup

58% Mati

Gambar 3. Data Persentase Benih Hidup dan Mati pada Tanah Merah
Penanaman mangrove pada dasarnya untuk pasang surut yang kuat secara langsung.
mengembalikan fungsi mangrove sebagai Selain hal tersebut, di areal penanaman juga
pencegah erosi laut (abrasi). Namun dalam masih terdapat aktivitas perahu nelayan, dan
masa awal rehabilitasi mangrove dikawasan ini, kegiatan penduduk setempat dalam mencari
menanam mangrove saja tidak cukup. Selain udang. Tingginya aktivitas manusia di sekitar
melakukan penanaman mangrove, perlu dibuat areal penanaman, dapat mempengaruhi tingkat
juga APO (Alat Pemecah Ombak), sehingga keberhasilan dari penanaman mangrove.
bibit mangrove yang ditanam tidak terkena

73
Jurnal Kelautan, 15(1), 69-80 (2022)

35

Jumlah Benih Mangrove yang Hidup


Jumlah benih
30 mangrove setelah 1
Bulan Penanaman
25
Jumlah benih
20 mangrove setelah 7
bulan
15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Plot (Tanah Merah)
Gambar 4. Data Jumlah Mangrove Tanah Merah
Seperti yang dipaparkan Bengen (2004) bahwa keberhasilan tumbuhnya rendah (sekitar 20-
secara umum, penanaman mangrove dapat 30%). Hal ini karena pengaruh arus air laut
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara pada saat pasang dan pengaruh predator.
menanam langsung buah mangrove dan Sedangkan yang kedua, tingkat keberhasilan
melalui persemaian bibit. Yang pertama tingkat tumbuhnya relatif tinggi yaitu sekitar 60- 80%.

Gambar 5. Monitoring pertumbuhan mangrove pada wilayah Tanah Merah


Sementara itu, hasil pengamatan pada propagul mangrove ditemukan dalam keaadan
penanaman yang dilakukan di daerah Tanjung hidup dan baik. Sedangkan pada survey pada
Pisau pada bulan pertama memiliki persentase 7 bulan setelah penanaman setelah ditemukan
sebesar 100%, dimana pada saat survey benih berkurang hanya 85%.

Stasiun 2 (Tanjung Pisau)

15%

Hidup
Mati

85%

Gambar 6. Data Persentase Benih Mangrove Hidup Mati pada Tanjung Pisau
74
Herdiawan et al., Tingkat Kelulusan Hidup Propagul
Lokasi penanaman yang terlindungi oleh jaring menjadi lebih baik. Hal inilah yang
pengaman yang dibuat oleh masyarakat dan membedakan dengan daerah Tanah Merah.
terdapat banyak bibit mangrove dengan akar Rata – rata persentase kelulusan hidup
napas membuat pertumbuhan mangrove prapagul adalah 60-78 % (Rahmat, 2015).

35
Jumlah Benih Mangrove yang Hidup

30

25
Jumlah benih
20 mangrove setelah 1
Bulan Penanaman
15
Jumlah benih
10 mangrove setelah 7
bulan
5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Plot (Tanjung Pisau)
Gambar 7. Data Jumlah Mangrove Tanjung Pisau
Hal tersebut didukung oleh pernyataan Dahuri sampah yang tersangkut, tumbuhan 'liar' yang
(2001) bahwa mangrove banyak dijumpai di tumbuh di sekitar penanaman, atau dengan
wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran menyiangi tanaman mangrove yang mati agar
ombak dan daerah yang landai. Mangrove pertumbuhan tumbuhan lainnya tidak
tumbuh optimal di wilayah pesisir yang memiliki terganggu. Pemilihan menggunakan benih
muara sungai besar dan delta yang aliran mangrove yang sudah ada di lokasi
airnya banyak mengandung lumpur. Pada penanaman dengan pertimbangan mangrove
kegiatan monitoring dilakukan dengan tersebut sudah dapat beradaptasi dengan baik
memeriksa kondisi dan memastikan tidak ada di lingkungan areal penanaman.

Gambar 8. Monitoring pertumbuhan mangrove pada wilayah Tanjung Pisau


Kualitas Perairan salinitas, dan pH yang optimum, DO untuk
organisme tersebut dapat hidup dan
Kompetisi komunitas organisme senantiasa berkembang. Selain itu habitat hidup yang
bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. sesuai dapat membuat organisme teripang
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi kondisi memperoleh makanan sekaligus bersembunyi
komunitas, diantaranya pengaruh suhu, terhadap predatornya (Yuniarti, 2012).

75
Jurnal Kelautan, 15(1), 69-80 (2022)
Tabel 3. Hasil Pengukuran kualitas perairan di lapangan
Variabel yang diukur
Lokasi
GEO/Substrat Ulangan Suhu Salinitas pH DO
I 29,7 32 6,9 7,3
Tanah II 29,4 32 7,1 7,2
Berlumpur
Merah III 29,2 33 6,8 7
Rata-rata 29,4 32,3 6,9 7,1
I 29,3 34 6,7 6,3
Tanjung Lumpur II 30,2 33 6,5 6,4
Pisau Berpasir III 28,4 33 6,8 6,4
Rata-rata 29,3 33,3 6,6 6,3

Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur mutu air laut untuk mangrove salinitas yang ada
kehidupan biota perairan, terutama dalam di perairan berkisar antara 33 – 34 %, Untuk
proses metabolisme. Kenaikan suhu baku mutu tersebut kisaran perubahan salinitas
menyebabkan terjadinya peningkatan tidak diperbolehkan kurang atau lebih dari 5%.
konsumsi oksigen, namun di lain pihak Hal ini menunjukkan bahwa di lokasi penelitian
mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen ini sesuai dengan salinitas yang dibutuhkan
dalam air (Effendi, 2003). Berdasarkan hasil pada mangrove.
penelitian pada daerah Tanah Merah dan
Tanjung Pisau menunjukan bahwa suhu pH merupakan derajat kemasaman yang dapat
perairan pada kedua wilayah cenderung sama. mempengaruhi kondisi pertumbuhan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun mangrove. Perairan yang asam cenderung
2021 tentang baku mutu air laut untuk suhu menyebabkan kematian pada organisme air,
mangrove berkisar antara (28 – 32) oC. hal tersebut disebabkan konsentrasi oksigen
Sehingga hasil/data yang didapatkan pada akan rendah sehingga aktivitas pernapasan
lapangan sesuai dengan baku mutu. Suhu air tinggi dan selara makan berkurang (Ghufron et
yang layak untuk budidaya ikan laut adalah 27 al., 2007). Hasil pengukuran PH pada Tanah
– 32°C. Dengan demikian suhu perairan di Merah yaitu 6.9. Hal tersebut menunjukan
lokasi penelitian masih dalam batas yang baik bahwa pH pada kedua desa memiliki kisaran
bagi biota laut. Dalam menentukan lokasi untuk yang optimal. Sedangkan hasil analisis
rehabilitasi/restorasi mangrove, lokasi yang diketahui bahwa pH Tanjung Pisau lebih
dipilih sebaiknya lokasi dimana dalam satu hari rendah jika dibandingkan dengan Tanah
telah terjadi kondisi tergenang sebanyak 70% Merah, yaitu memiliki pH 6.6.
dan kondisi kering 30% untuk tiap areal lahan.
Pohon mangrove memiliki bentuk perakaran Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor
yang khas, Adaptasi terhadap kadar garam pembatas bagi kehidupan organisme.
tinggi, Memiliki sel-sel khusus dalam daun yang Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat
berfungsi untuk menyimpan garam, Berdaun menimbulkan efek langsung yang berakibat
tebal dan kuat yang banyak mengandung air pada kematian organisme perairan. Pengaruh
untuk mengatur keseimbangan garam, tidak langsungnya yaitu meningkatkan
Daunnya memiliki struktur stomata khusus toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya
untuk mengurangi penguapan. dapat membahayakan organisme itu sendiri.
Kandungan DO dalam perairan turut
Salinitas mempunyai peran yang penting dan menentukan kualitas perairan, karena oksigen
memiliki ikatan erat dengan kehidupan sangat dibutuhkan untuk pernapasan
organisme perairan termasuk ikan, dimana (respirasi) makhluk hidup dan untuk proses
secara fisiologis salinitas sangat oksidasi dalam perairan. Fungsi lain dari
mempengaruhi penyesuaian tekanan osmotik oksigen adalah sebagai oksidator senyawa-
ikan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian senyawa kimia di perairan (Coremap, 2007).
menunjukan bahwa nilai salinitas di kedua Berdasarkan hasil penelitian pada kedua
lokasi penelitian hanya berbeda sedikit yaitu lokasi, Tanah Merah memiliki kandungan DO
320/00 dan 330/00. Salinitas pada Tanjung pisau yang lebih tinggi yaitu 7.1 mg/L dibandingkan
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Tanah dengan Tanjung Pisau konsentrasi DO pada
Merah. Yuliarti (2012) menyatakan bahwa perairannya yaitu 6.3. Menurut Ghufron et al.,
salinitas yang ideal adalah 29-33 ppt. (2007) kadar oksigen terlarut yang baik untuk
Berdasarkan baku mutu dari Peraturan organisme laut adalah 5-7 mg/l.. DO
Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang baku bepengaruh terhadap proses respirasi

76
Herdiawan et al., Tingkat Kelulusan Hidup Propagul
mangrove, terhadap ketersediaan dalam air. Persepsi Masyarakat Tentang Pengetahuan
Hal ini dapat dilihat dari tingginya kadar oksigen Mangrove
terlarut yang sangat dibutuhkan oleh biota
untuk proses pernafasan (respirasi) serta Persepsi merupakan kesan atau makna yang
proses oksidasi dalam perairan. Dalam baku diperoleh oleh individu melalui penyerapan
mutu Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 terhadap rangsang atau objek dari luar.
tentang baku mutu air laut untuk biota laut Individu tersebut diserap atau diterima oleh
kandungan oksigen dalam perairan yaitu >5. panca indera, dari hasil penyerapan oleh alat-
Hasil pengukuran di lokasi penelitian alat indera tersebut akan mendapatkan
menunjukkan bahwa kandungan DO masih gambaran, tanggapan atau kesan didalam
dalam ambang batas yang memenuhi baku otak, gambaran tersebut dapat tunggal
mutu untuk biota laut. maupun jamak tergantung objek yang diamati.
Berdasarkan Gambar 9. Hasil wawancara
Substrat mempunyai peranan penting bagi
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman
kehidupan Mangrove. Berdasarkan hasil
masyarakat terhadap mangrove terkategori
pengamatan pada masing-masing lokasi
baik. Berdasarkan perhitungan indeks
penelitian, jenis substrat pada Tanah Merah
persentasi per atribut, didapatkan hasil 75%.
adalah berlumpur sedangkan pada Tanjung
Adapun persentase nilai pemahaman
Pisau adalah lumpur berpasir. Jenis substrat
masyarakat yang terdiri dari, sangat tahu
yang terdapat di 2 lokasi penelitian di dominasi
sebesar 30% dan tahu sebesar 35%.
oleh sedikit pasir. Substrat memiliki tekanan
Pengetahuan secara persen lebih dominan
dasar cukup kuat sehingga Kondisi area
diketahui oleh orang orang yang mempunyai
penelitian yang merupakan bagian dari daerah
latar belakang pendidikan yang rendah tetapi
yang selalu mendapat tekanan dari pergerakan
lebih berpengalaman dalam hal lapangan
massa air saat terjadi pasang surut.
diantara beberapa nelayan lainnya.
(Lewerissa, 2014).

Pengetahuan masyarakat
0%

20% Sangat Tahu


30%
Tahu
Sedang
15%
Tidak Tahu
Sangat Tidak Tahu
35%

Gambar 9. Pengetahuan Masyarakat terhadap Mangrove


Partisipasi Masyarakat Tentang kegiatan restorasi dan persetujuan apakah
Pengetahuan Mangrove perlunya kegiatan semacam ini untuk dilakukan
lagi kedepannya. Tingkat persetujuan atas
Hasil wawancara dengan masyarakat rencana kegiatan restorasi yaitu bernilai 70%,
menunjukkan nilai partisipasi berdasarkan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat
persetujuan, upaya pengelolaan yang sudah dalam menyetujui adanya rencana kegiatan
dilakukan terhadap realisasi kegiatan restorasi, restorasi terkategori baik, hal ini bisa dilihat dari
harapan, serta minat terlibat masyarakat yang jumlah persentase persetujuan masyarakat
disajikan pada Gambar.10.11.12. dan 13. yaitu 15% sangat setuju, dan setuju 35%.
Berdasarkan Gambar 10. hasil wawancara
Tingginya tingkat persetujuan masyarakat akan
menunjukkan persetujuan masyarakat dari
mempengaruhi dari harapan yang diberikan
rencana restorasi mangrove di Desa Penaga,
masyarakat akan rencana kegiatan restorasi di
adapun pertanyaannya meliputi persetujuan
daerah Tanah Merah maupun Tanjung Pisau,
77
Jurnal Kelautan, 15(1), 69-80 (2022)
adapun harapan itu antara lain meningkatnya sangat mengharapkan dan 35% berharap. Dan
perekonomian masyarakat sekitar, membuka juga ditandai dari 0% nya besaran persentase
kesempatan lapangan pekerjaan bagi tidak berharap dan sangat tidak berharap dari
masyarakat sekitar dan melestarikan potensi masyarakat. Dengan ini membuktikan bahwa
sumberdaya yang ada dengan pengelolaan masyarakat banyak yang mengharapkan
mangrove yang baik. Adapun harapan realisasi program restorasi untuk dilakukan,
masyarakat dari rencana kegiatan restorasi dengan terealisasinya program tersebut dapat
mangrove disajikan pada Gambar 11. membuka lapangan pekerjaan dan
meningkatkan perekonomian masyarakat
Gambar 11. Hasil wawancara menunjukkan
sekitarnya.
harapan atas kegiatan restorasi terkategori
baik. Ini di tunjukan oleh nilai harapan realisasi Hal ini bisa dilihat dari tingginya minat
program restorasi sebesar 79%, hal ini berpartisipasi masyarakat dalam rencana
menunjukkan banyaknya masyarakat yang pengembangan ekosistem mangrove. Peran
sangat mengharapkan program- program dari serta masyarakat dalam pengembangan
pemerintah yang dapat mensejahterakan ekosistem mangrove sangat penting bagi
masyarakat. Adapun jumlah harapan atas berjalannya kegiatan restorasi, adapun tingkat
realisasi program restorasi bisa dilihat dari berminat masyarakat dalam upaya rehabilitasi
jumlah pengharapan masyarakat yaitu 30% mangrove disajikan pada Gambar 12.

Persetujuan Restorasi
0%

15% 15%
Sangat Setuju
Setuju
Sedang
Tidak Setuju
35% 35%
Sangat Tidak Setuju

Gambar 10. Persetujuan Masyarakat terhadap kegiatan Restorasi Mangrove

Harapan Masyarakat
0% 0%
Sangat Berharap

Berharap
30%
35%
Sedang

Tidak Berharap

35% Sangat Tidak


Berharap

Gambar 11. Harapan Masyarakat terhadap kegiatan Restorasi Mangrove


78
Herdiawan et al., Tingkat Kelulusan Hidup Propagul
Berdasarkan Gambar 12. Hasil wawancara sebesar 80%, sudah dilakukan sebesar 5%.
menunjukkan bahwa tingkat partisipasi Adapun rencana yang sudah dibuat oleh
masyarakat dalam minat terlibat untuk masyarakat Tanah Merah yaitu perencanaan
berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan akan dijadikan suatu kawasan restorasi
wilayah ekosistem mangrove bernilai 65% yang mangrove pantai akan tetapi masih terkendala
terkategori baik, adapun nilai persentase dibeberapa perizinan administrasi dan
keterlibatan masyarakat terdiri dari berminat kurangnya dukungan dari masyarakat sekitar
terlibat sebesar 30% dan sangat berminat untuk bersama- sama dalam berkontribusi
sebesar 5%, alasan yang diberikan masyarakat merealisasikan rencana tersebut. Dan berkas-
yang tidak tidak berminat dengan persentase berkas yang diperlukan sudah diberikan
sebesar 15% untuk dilibatkan adalah karena kepada pihak dinas Lingkungan Hidup.
pemikiran mangrove dapat tumbuh dengan
sendirinya. Dari data persepsi dan partisipasi diatas,
didapati bahwa masyarakat peduli terhadap
Tingkat pengelolaan tidak seharusnya hanya mangrove. Kemudian data perhitungan diatas
menunggu bantuan dari pemerintahan, akan dijadikan untuk menghitung Tingkat Kepedulian
tetapi dengan berkolaborasi dan bekerjasama Masyarakat. Sehingga didapatkanlah nilai
masyarakat dapat melakuan inovasi mandiri sebesar 73.4% yang terkategorikan baik. Dari
kreatif dalam melakukan pengelolaan hasil Tingkat Kepedulian masyarakat tentang
lingkungan yang berpotensi untuk dijadikan mangrove menunjukkan bahwa tingkat
wilayah ekosistem mangrove. Adapun upaya persepsi masyarakat dan partisipasi
pengelolaan disajikan dalam Gambar 13. masyarakat untuk restorasi mengrove oleh
masyarakat perlu menjadi perhatian untuk
Mangrove terkategorikan baik, dimana jumlah melakukan kegiatan restorasi di kawasan
persentasenya yaitu sudah ada direncanakan Tanah Merah dan Tanjung Pisau.

Gambar 12. Minat Terlibat Masyarakat

Gambar 13. Upaya Pengelolaan oleh Masyarakat

79
Jurnal Kelautan, 15(1), 69-80 (2022)
Arahan Pengelolaan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Kogo, M. Tsuruda, K. (1996). Species selection
dilakukan, maka perlu disarankan untuk for mangrove planting: a case study of
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Ras al Khafji, Saudi arabia. In: C. Field
mangrove untuk menghitung nutrien, dan (Ed), Restoration of mangrove
hubungan nutrien terhadap kehidupan Ecosystems. Internasional Society for
mangrove. Perlu adanya pengelolaan lanjutan Mangrove Ecosystems, Okinawa, 195-
mangrove diperairan desa penaga, termasuk 208.
daerah Tanah Merah dan Tanjung pisau. Lewerissa, Y. A. (2014). Studi Ekologi
Diharapkan kepada masyarakat di kedua lokasi Sumberdaya Teripang Di Negeri Porto
untuk tetap menjaga lingkungan perairan dari Pulau Saparua Maluku Tengah.
sampah-sampah rumah tangga, sampah BIOPENDIX: Jurnal Biologi, Pendidikan
domestik agar mangrove dan biota diperairan Dan Terapan, 1(1), 32–42.
dapat hidup dengan baik dan dapat https://doi.org/10.30598/biopendixvol1is
dimanfaatkan kedepannya dengan sebaik- sue1page32-42.
baiknya. Dan pemerintah diharapkan untuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
tetap melakukan kajian dan pemeliharaan, Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
sebelum melakukan program seperti ini Penyelenggaraan Perlindungan dan
kedepannya. Sehingga hasil yang didapatkan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Baku
lebih baik lagi dari hasil penelitian ini. Mutu Air Laut.
Rahmat, D., Fauziyah, & Sarno. (2015).
KESIMPULAN DAN SARAN Pertumbuhan semai Rhizophora
apiculata di area restorasi mangrove
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat Taman Nasional Sembilang Sumatera
Kelulusan Hidup benih (propagul) Rhizophora Selatan. Maspari Journal, 7(2), 11–18.
sp. dari kegiatan penanaman mangrove yang Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari Sebagai
dilakukan pada daerah Tanah Merah dan Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya
Tanjung Pisau sebagai upaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah
rehabilitasi/restorasi kawasan mangrove Seminar Sains Pada Departemen
tergolong baik ditandai oleh tingkat kelulusan Manajemen Sumberdaya Perairan.
hidup mangrove yang didapati di kedua wilayah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
masing-masing adalah Tanah Merah 58% dan IPB. Bogor.
Tanjung Pisau 85%. Tingkat kepedulian Yuliarti, N. (2012). Keanekaragaman dan
masyarakat dalam rencana kegiatan restorasi Distribusi Bivalvia dan Gastropoda
dan rehabilitasi menunjukkan respon yang baik (Moluska) di Pesisir Glayem Juntinyuat,
ditandai dalam segi pengetahuan, persetujuan, Indramayu, Jawa Barat. Skripsi.
upaya pengelolaan, dan harapan masyarakat Departemen Biologi Fakultas
dengan rata-rata 73.4% yang menunjukkan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
hasil nilai yang tinggi dan terkategori baik. Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA

Amal, & Baharuddin, I. I. (2016). Pengelolaan


Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat Di
Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.
Scientific Pinisi, 2(1), 1–7.
Asyiawati, Y., & Akliyah, L. S. (2017).
Identifikasi Dampak Perubahan Fungsi
Ekosistem Pesisir Terhadap Lingkungan
Di Wilayah Pesisir Kecamatan
Muaragembong. Jurnal Perencanaan
Wilayah Dan Kota, 14(1), 1–13.
https://doi.org/10.29313/jpwk.v14i1.2551
Bengen, D.G. (2004). Pedoman Teknis
Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Pusat kajian Sumberdaya
Pesisir dan Lautan IPB. Bogor.
Dahuri, R. (2003). Keanekaragaman Hayati
Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan
80

Anda mungkin juga menyukai