Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 107

JURNAL PERENCANAAN WILAYAH


e-ISSN: 2502 – 4205
Vol.8., No.1, April 2023
https://journal.uho.ac.id/index.php/jpw/index

Analisis Perubahan Kerapatan Vegetasi Mangrove untuk


Perencanaan Pengelolaan Konservasi Perairan Berkelanjutan
di Teluk Moramo
Analysis of Changes in Mangrove Vegetation Density for Sustainable Marine
Conservation Planning Management in Moramo Bay
La Gandri 1), Lies Indryani 2), Sahindomi Bana 3) , La De Ahmaliun 4), La Ode Alwi 5) Vivi Fitriani 6) *)
1,2)(Universitas Halu Oleo), Jurusan Ilmu Lingkungan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan
3,4)(Universitas Halu Oleo), Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan
5)(Universitas Halu Oleo), Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian
6)
(Universitas Jember), Fakultas Pertanian, Program Studi Ilmu Tanah
Corresponden: fitriani.vivi88@gmail.com

ABSTRACT
Mangrove forests in coastal areas are very important ecosystems, one of their functions is to absorb
waves from the sea and as a habitat for aquatic animals. However, due to anthropogenic activities,
mangrove forests in coastal areas have been damaged. The purpose of this study is to identify the
condition of mangrove ecosystem density in the Moramo Coastal Area Function and its changes in
the 2014 and 2020 periods. The analysis used is the NDVI algorithm to see the density of vegetation
and its changes. The results found were mangrove vegetation density classes in 2014 and 2020 which
were very bad, bad, good, and very good. In 2014, NDVI of Mangrove Forest on Area Functions in
the Marine Protected Area of Moramo Bay is dominated by a very good density class of 627.74 Ha,
while in 2022, the very good density class of 727.50 Ha dominates. Some of the directions of the
conservation strategy are involving the community and related stakeholders in managing mangrove
forests such as re-containment in coastal areas and increasing public knowledge and awareness of the
functions of mangrove ecosystems and the skills of the people around the mangrove area.
Keywords: Mangrove, Density vegetation, conservation

ABSTRAK
Hutan mangrove di kawasan pesisir merupakan ekosistem yang sangat penting, salah satu fungsinya
adalah sebagai peredam gelombanng dari laut, sebagai habitat hewan air. Namun akibat aktivitas
anthripogenis hutan mangrove di kawasan pesisir mengalami kerusakan. Tujuan dari studi ini adalah
mengindentifikasi kondisi kerapatan vegetasi mangrove ekosistem dalam Fungsi Kawasan pesisir
Moramo dan perubahannya pada periode 2014 dan 2020. Analisis yang digunakan yaitu algoritme
NDVI untuk melihat dimaka kerapatan vegetasi dan perubahanuya. Hasil yang ditemukan adalah
kelas kerapatan vegetasi mangrove di tahun 2014 dan 2020 adalah sangat buruk, buruk, baik, dan
sangat baik. NDVI Hutan Mangrove pada Fungsi Kawasan di Kawasan Konservasi Perairan Teluk
Moramo 2014 didominasi oleh kelas kerapatan sangat baik seluas 627,74 Ha, Sedangkan pada tahun
2022, kelas kerapatan yang mendominasi adalah kelas kerapatan sangat baik seluas 727,50 Ha.
Beberapa arahan strategi konservasi yaitu melibatkan masyarakat dan stakehodler terkait dalam
pengelolaan hutan mangrove seperti penanaman kembali dikawasan pesisir dan meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap fungsi ekosistem mangrove serta keterampilan
masyarakat sekitar daerah mangrove.
Kata Kunci: Mangrove, Kerapatan Vegetasi, Konservasi
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 108

PENDAHULUAN Melalui keputusan tersebut, wilayah perairan Teluk


Moramo dan Pulau-Pulau Kecil sekitarnya
Berdasarkan laporan (Ministry of ditetapkan sebagai Taman Wisata Perairan (TWP)
Environment, Forest and Climate Change of India, dengan luas sebesar 21.786,14 Ha. Wilayah
2022), Mangrove merupakan kelompok pepohonan pencadangan tersebut mencakup 3 (tiga)
dan belukar yang hidup di zona intertidal pesisir, Kabupaten/Kota yaitu Konawe, Konawe Selatan
yang mewakili ekosistem hutan pesisir yang hidup dan Kota Kendari. Hal ini menjadi sangat penting
di daerah tropis dan subtropic, memiliki akar buta untuk melihat bagaimana perubahan kerapatan
yang disebut Pneumatophores. Akar ini membantu vegetasi mangrove sebagai bahan pertimbangan
pohon-pohon ini bernafas di tanah anaerobik. menentukan kebijakan yang paling ideal untuk
Mangroves sangatlah penting keberadaannya untuk melindungi ekosistem mangrove di Teluk Moramo
ekosistem pesisir dimana mereka berada. Secara secara berkelanjutan.
fisik, mangrove berfungsi sebagai penyangga antara Pemanfaatan teknologi sistem informasi
komunitas laut dan darat dan melindungi garis geografis serta remote sensing dalam pemetaan
pantai dari angin, ombak, dan banjir yang merusak. kerapatan vegetasi ekosistem mangrove telah
Namun demikian, berdasarkan (Asari et al., 2021), banyak dilakukan. Indeks vegetasi merupakan
bahwa estimasi terakhir hampir seperempat luasan parameter yang digunakan untuk melakukan
mangrove dari seluruh dunia telah hilang akibat dari analisis terhadap keadaan vegetasi suatu wilayah.
aktivitas antrophogenis, seperti perubahan lahan Indeks kehijauan berbasis spektrum ini berfungsi
mangrove menjadi akuakultur, pertanian, dan untuk mengukur dan memantau pertumbuhan
penggunaan lahan perkotaan. Pertumbuhan tanaman (vigor), tutupan vegetasi, dan produksi
penduduk yang tinggi di wilayah pesisir dan pulau biomassa dari data satelit multispektral (Wu et al.,
kecil mengakibatkan semakin meningkatkannya 2017) Penelitian ini diharapkan akan menjadi acuan
kebutuhan ruang untuk pemukiman, budidaya untuk peningkatan area vegetasi dan perbaikan
perikanan serta pengembangan pariwisata sehingga lingkungan di Teluk Moramo agar dapat
ekosistem pesisir khususnya mangrove mengalami mewujudkan perlindungan lingkungan yang
degradasi. Ancaman kerusakan terhadap ekosistem berkelanjutan. Berdasarkan Peta Mangrove
mangrove dewasa ini terpantau sangat signifikan. Nasional yang resmi dirilis oleh Kementerian
Selain itu, ada beberapa hal yang menyebabkan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021,
luasan mangrove ini berkurang, seperti diketahui bahwa total luas mangrove Indonesia
ketidakvalidan perhitungan data di masa lalu dan seluas 3.364.076 Ha. Dari 3.364.076 Ha mangrove
penggunaan software dengan tingkat kepercayaan Indonesia terdapat 3 (tiga) klasifikasi kategori
hasil rendah (Philiani et al., 2016) kondisi mangrove sesuai dengan persentase tutupan
Salah satu wilayah yang rentan terhadap tajuk, yaitu mangrove lebat, mangrove sedang, dan
kerusakan ekosistem mangrove adalah di teluk mangrove jarang. Merujuk pada SNI 7717-2020,
Moramo. Menurut Tang et al., (2016), tingkat kondisi mangrove lebat adalah mangrove dengan
kerusakan ekosistem mangrove di Pesisir Kelurahan tutupan tajuk > 70%, mangrove sedang dengan
Lalowaru Kecamatan Moramo Utara termasuk pada tutupan tajuk 30-70%, mangrove jarang dengan
kategori rusak. Berdasarkan hasil wawancara yang tutupan tajuk <30%.
telah dilakukan kepada pemerintah Desa Ranooha Menurut Tran et al., (2022), bahwa selama
Raya di Teluk Moramo, salah satu penyebab empat dekade, remote sensing telah digunakan
rusaknya ekosistem mangrove adalah konversi untuk memonitoring ekosistem mangrove pada
hutan mangrove menjadi tambak tanpa skala yang luas dan sepanjang waktu, biaya yang
memperhatikan peruntukan sabuk hijau wilayah dikeluarkan pun lebih murah dibanding dengan
pesisir. pengamatan secara langsung. Beberapa Indeks
Perairan Teluk Moramo ditetapkan sebagai spektral yang dihasilkan dari band spektral citra
kawasan konservasi berdasarkan Keputusan Menteri satelit telah dikembangkan dan digunakan untuk
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor studi pada mangrove. Salah satu indeks yang sering
22 Tahun 2021. Sebelumnya pada tahun 2020, digunakan untuk mengevaluasi kondisi mangrove
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara juga telah adalah indeks NDVI, yaitu berupa indeks kerapatan
mengeluarkan Keputusan Gubernur Sulawesi vegetasi. Citra landsat 8 dapat digunakan untuk
Tenggara Nomor 286 Tahun 2020 tentang Rencana mendeteksi hutan mangrove. Citra satelit jenis ini
Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan beresolusi sedang dan merupakan evolusi dari misi
Teluk Moramo dan Pulau-Pulau Kecil Sekitarnya di satelit Landsat 7 (ETM+) sebelumnya. Keunggulan
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2020 – 2040. citra Landsat adalah adanya band NIR yang dapat
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 109

membantu dalam identifikasi hutan mangrove Koservasi Perairan Teluk Moramo, Kabupaten
(Purwanto & Asriningrum, 2019). Telah banyak Konawe Selatan, serta untuk mengetahui perubahan
studi yang dilakukan untuk menganalisis kondisi kerapatan vegetasi ekosistem mangrove tahun 2014
hutan mangrove dengan menggunakan remote dan 2022 di Kawasan Koservasi Perairan Teluk
sensing dan citra satelit, seperti Wiguna et al., Moramo, Kabupaten Konawe Selatan
(2022) menggunakan Landsat 8 Oli untuk
menganlisis distribusi spasial mangrove di badung METODE PENELITIAN
dan Denpasar, , menggunakan Sentinel -2 untuk
menganalisis kerapatan dan perubahan pada Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Mangrove berdasarkan algoritma NDVI. agustus 2022- Oktober 2022. Lokasi penelitian akan
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari dilaksanakan di Kawasan Koservasi Perairan Teluk
penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks Moramo, dengan sampel penelitian di Kecamatan
kerapatan vegetasi ekosistem mangrove tahun 2014 Moramo, Kecamatan Moramo Utara, dan
dan 2022 berdasarkan citra landsat di Kawasan Kecamatan Laonti. Peta lokasi penelitian
ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini data citra satelit yang ini dilakukan untuk mengidentifikasi tutupan lahan
digunakan adalah data landsat 8/9 OLI. Data citra yang berada di wilayah tersebut. Klasifikasi pada
landsat 8/9 OLI yang digunakan adalah data tahun penelitian ini digolongkan menjadi enam jenis kelas
2014 dan 2022, yang diperoleh dengan mengunduh yaitu, kelas perairan, pemukiman, mangrove, awan,
langsung dari website United States Geological bayangan awan dan vegetasi lain. Variabel
(USGS) yang merupakan fasilitas portal data satelit kerapatan mangrove di Kawasan Konservasi
Amerika untuk citra penginderaan jauh. Perairan Teluk Moramo dideskripsikan
Jenis penelitian ini merupakan penelitian menggunakan nilai NDVI kelas mangrove.
deskriptif. Variabel kerapatan mangrove di
Kawasan Konservasi Perairan Teluk Moramo Analisis Indeks Kerapatan Vegetasi
dideskripsikan menggunakan menggunakan metode Nilai indeks vegetasi dalam penelitian ini
klasifikasi supervised dan Normalized Difference menggunakan hasil pengolahan citra berdasarkan
Vegetation Index (NDVI). Data yang digunakan rumus NDVI. Pada landsat 8 band near infrared
pada penelitian ini adalah data citra satelit landsat terletak di band nomor 5 dan band red terletak di
8/9 OLI Kawasan Konservasi Perairan Teluk band nomor 4. Pada penelitian ini untuk
Moramo. Data citra satelit landsat 8/9 ini memiliki mendapatkan nilai NDVI suatu data citra satelit
kemampuan merekam pada tempat yang sama landsat diolah dengan menggunakan software
dalam kurun waktu 16 hari, sehingga dalam waktu ArcGIS. Nilai indeks vegetasi (NDVI) dapat
satu tahun akan terdapat sekitar 23 data citra satelit diformulasikan sebagai berikut (Alwi et al., 2022)
landsat 8. NDVI = …….. (1)
Metode klasifikasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah klasifikasi supervised. Metode Berdasarkan nilai indeks vegetasi (NDVI),
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 110

nilai kerapatan mangrove dapat ditentukan berkisar Dinamika Kerapatan Vegetasi Mangrove di Fungsi
dari -1 hingga 1, dengan -1 dan 1 masing-masing Kawasan Teluk Moramo 2022, Gambar 2 berupa
mengacu pada non-eksistensi dan eksistensi. Peta Fungsi Kawasan di Perairan Teluk Moramo
Tahun, Gambar 3 yaitu Peta Kerapatan Vegetasi
Analisis Perubahan Kerapatan Vegetasi Mangrove di Kawasan Teluk Moramo 2014, dan
Gambar 4 berupa peta kerapatan vegetasi mangrove
Analisis perubahan kerapatan vegetasi dilakukan di Kawasan Teluk Moramo 2022
dengan overlay peta kerapatan vegetasi tahun 2014
dengan peta kerapatan vegetasi tahun 2022 Tabel 1. Fungsi Kawasan di Kawasan Perairan
menggunakan software GIS. Hal ini dilakukan Teluk Moramo
untuk mengetahui perubahan kerapatan vegetasi Fungsi Kawasan LUAS (ha)
yang terjadi antara tahun 2002 sampai 2022. Hutan Lindung 4.429,38
Hutan Produksi 1.464,57
HASIL DAN PEMBAHASAN Hutan Produksi Terbatas 668,33
Berikut adalah hasil temuan dalam riset ini, Areal Penggunaan Lain 9.737,76
yang disajikan pada Tabel 1 yaitu fungsi kawasan di Badan Air 23,22
Kawasan perairan teluk moramo, Tabel 2 berupa Suaka MArga Satwa 7.358,55
Dinamika Kerapatan Vegetasi Mangrove di Fungsi Total 23.681,80
Kawasan Teluk Moramo 2014, Tabel 3 yaitu Sumber: Hasil Analisis 2022

Gambar 2. Peta Fungsi Kawasan di Perairan Teluk Moramo Tahun

Tabel 2. Dinamika Kerapatan Vegetasi Mangrove di Fungsi Kawasan Teluk Moramo 2014
NDVI Mangrove Tahun 2014
Fungsi Kawasan Grand Total
0,1-0,2 0,2-0,4 -0,21-0,1 0,4-0,7
Areal Penggunaan Lain 158,74 414,00 145,50 540,45 1.258,69
Badan Air 2,37 3,79 14,97 1,49 22,62
Hutan Lindung 0,01 0,15 - 0,06 0,22
Suaka Marga Satwa 0,81 21,47 1,53 85,74 109,54
Grand Total 161,94 439,41 161,99 627,74 1.391,08
Sumber: Hasil Analisis, 2022
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 111

Tabel 3. Dinamika Kerapatan Vegetasi Mangrove di Fungsi Kawasan Teluk Moramo 2022
NDVI Mangrove Tahun 2022
Fungsi Kawasan Grand Total
0,1-0,2 0,2-0,4 -0,21-0,1 0,4-0,7
Areal Penggunaan Lain 113,10 325,20 186,13 634,24 1.258,66
Badan Air 2,79 4,03 13,88 1,87 22,57
Hutan Lindung - 0,01 - 0,21 0,22
Suaka MArga Satwa 0,92 16,38 1,11 91,18 109,58
Grand Total 116,80 345,61 201,12 727,50 1.391,04
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Gambar 3. Peta Kerapatan Vegetasi Mangrove di Kawasan Teluk Moramo 2014

Gambar 4 . Peta Kerapatan Vegetasi Mangrove di Kawasan Teluk Moramo 2022

Tabel 4. Perubahan Kerapatan Vegetasi Mangrove di Kawasan Teluk Moramo


Tahun 2022 Total
NDVI MANGROVE
-0,21-0,1 0,1-0,2 0,2-0,4 0,4-0,7
41,89 14,48 0,75 171,65
Tahun

-0,21-0,1 114,53
2014

53,76 73,02 6,61 165,30


0,1-0,2 31,92
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 112

Tahun 2022 Total


NDVI MANGROVE
-0,21-0,1 0,1-0,2 0,2-0,4 0,4-0,7
0,2-0,4 24,12 15,90 226,34 174,38 440,74
0,4-0,7 39,21 8,90 34,11 545,39 627,61
Grand Total 209,78 120,45 347,94 727,12 1.405,29
Sumber: Hasil Analisis, 2022

Pembahasan hutan, di kawasan perairan teluk Moramo terdapat


Badan air seluas 23,22 Ha dan Peruntukan areal
Fungsi Kawasan di Kawasan Perairan Teluk penggunaan lain selain kawasan hutan seluas
Moramo 9.737,76 Ha.

Berdasarkan PP No.10 Thn 2010, (2010) tentang Dinamika Kerapatan Vegetasi Mangrove di
tata cara perubahan peruntukan dan fungsi kawasan Fungsi Kawasan Teluk Moramo
hutan, Fungsi Kawasan Hutan meliputi kawasan
hutan yang memiliki fungsi pokok sebagai hutan Mangrove adalah salah satu contoh ekosistem
konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. lahan basah yang berbatasan dengan garis pantai di
Kawasan Hutan Konservasi terdiri dari Kawasan wilayah tropis maupun subtropis. Hutan mangrove
suaka alam (cagar alam dan suaka margasatwa) dan menyediakan jasa ekosistem bagi penduduk
kawasan pelestarian alam, Kawasan hutan produksi setempat, seperti penyediaan makanan dan produk
terdiri atas hutan produksi terbatas, produksi tetap kayu, serta mampu mengurangi dampak dari bahaya
dan produksi yang dapat dikonversi, dan Kawasan peisisr sebagai pertahanan utama (wood
hutan lindung yang merupakan kawasan environment). Selain itu, Hutan mangrove bersifat
perlindungan system penyangga kehidupan. sebagai peredam gelombang yang sangat baik
Kawasan Perairan Teluk Moramo diketahui berdasarkan lebar hutan, kerapatan vegetasi dan
memiliki fungsi kawasan hutan sebagai kawasan ketinggian vegetasi mangrove (van Hespen et al.,
hutan lindung, kawasan suaka alam khususnya 2022)
suaka margasatwa, kawasan hutan produksi dan Menurut Singgalen et al., (2021), bahwa
Kawasan hutan produksi terbatas, selain itu pula distribusi dan kerapatan mangrove di wilayah pesisir
terdapat kawasan untuk areal penggunaan lain dan dan area pantai sangat penting untuk di identifikasi,
Badan air. Sebaran fungssi kawasan hutan di dikelaskan , dan dianalisis berdasarkan kelas atau
Perairan teluk moramo disajikan pada Gambar 2. level kerapatannya. Hal ini sangat berguna untuk
Pembagian kawasan hutan mangrove Indonesia mencegah kerusakan parah terhadap kondisi
berdasarkan statusnya dibedakan menjadi hutan mangrove. Salah satu nya yaitu dengan
produksi, hutan lindung, taman nasional, suaka memonitoring menggunakan algoritma NDVI.
margasatwa, dan cagar alam. Tanggungjawab dan NDVI Hutan Mangrove pada Fungsi Kawasan di
wewenang pengelolaannya berada dibawah Kawasan Konservasi Perairan Teluk Moramo 2014
Departeman Kehutanan. Untuk kawasan mangrove menunjukkan Areal Penggunaan Lain nilai NDVI
yang berada dan ditanam masyarakat pada laha- Mangrove skala -0,21-0,1 termasuk pada kerapatan
lahan pribadi yang dikenal sebagai hutan rakyat sangat buruk dengan luas 145,59 Ha, kerapatan
termasuk dalam area non kawasan, dimana buruk skala 0,1-0,2 seluas 158,74 Ha, kerapatan
pengelolaannya menjadi wewenang dan baik skala 0,2-0,4 seluas 414,00 Ha, dan kerapatan
tanggungjawab Pemeintah daerah. Dalam rangka sangat baik pada skala 0,4-0,7 seluas 540,45 Ha,
pengelolaan mangrove, semua pihak masyarakat, dengan total 1.258,69 Ha. Badan Air NDVI
LSM, perangkat desa, dan stakeholder terkait tetap mangrove skala -0,21-0,1 termasuk pada kerapatan
harus memperhatikan peraturan perundangan yang sangat buruk dengan luas 14,97 Ha, kerapatan buruk
berlaku, di bidang kehutanan, perikananm maupun skala 0,1-0,2 seluas 2,37 Ha, kerapatan baik skala
lingkungan hidup (Karminarsih, 2007). 0,2-0,4 seluas 3,79 Ha, dan kerapatan sangat baik
Berdasarkan Tabel 1. Diketahui bahwa Kawasan pada skala 0,4-0,7 seluas 1,49 Ha, dengan total
Hutan lindung di perairan teluk moramo memiliki 22.62 Ha. Hutan Lindung mangrove skala
luas sebesar 4.429,38 Ha, Kawasn hutan produksi kerapatan buruk skala 0,1-0,2 seluas 0,01 Ha,
seluas 1.464,57 Ha, Hutan Produksi terbatas seluas kerapatan baik skala 0,2-0,4 seluas 0,15 Ha, dan
668,33 Ha, dan Kawasan Hutan Suaka marga satwa kerapatan sangat baik pada skala 0,4-0,7 seluas 0,06
seluas 7.358,55 Ha. Selain peruntukan kawasan Ha, dengan total 0,22 Ha. Selanjutnya Suaka Marga
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 113

Satwa mangrove skala -0,21-0,1 termasuk pada NDVI Hutan Mangrove Berdasarkan Fungsi
kerapatan sangat buruk dengan luas 1,53 Ha, Kawasan di Kawasan Konservasi Perairan Teluk
kerapatan buruk skala 0,1-0,2 seluas 0,81 Ha, Moramo 2022 dapat disajikan pada Tabel 3.
kerapatan baik skala 0,2-0,4 seluas 21,47 Ha, dan
kerapatan sangat baik pada skala 0,4-0,7 seluas Perubahan Kerapatan Vegetasi Mangrove di
85,74 Ha, dengan total 109,54 Ha. Total kerapatan Kawasan Konservasi Perairan Teluk Moramo
sangat buruk skala -0,21-01 yaitu 161,99 Ha,
kerapatan buruk skala 0,1-0,2 yaitu 161,94 Ha, Perubahan kerapatan vegetasi mangrove
kerapatan baik skala 0,2-0,4 yaitu 439,41 Ha, dan dapat terjadi akibat eksploitasi berlebihan dan alih
kerapatan sangat baik skala 0,4-0,7 yaitu 627,74. fungsi lahan yang dilakukan oleh manusia, sehingga
Sehingga total luas keseluruhan yaitu 1.391,54 Ha. dapat menyebabkan kerusakan pada hutan
NDVI Hutan Mangrove Berdasarkan Fungsi mangrove.
Kawasan di Kawasan Konservasi Perairan Teluk Berdasarkan Tabel 5. Diketahui terdapat
Moramo 2014 disajikan pada Tabel 2. 3.313,65 Ha wilayah yang mengalami perubahan
Sebaran NDVI Hutan Mangrove Berdasarkan indeks kerapatan vegetasi pada peridoe 2014 dan
Fungsi Kawasan di Kawasan Konservasi Perairan 2022 di Kawasan Perairan Teluk Moramo. Kelas
Teluk Moramo 2014 berdasarkan analisis citra kerapapatan vegetasi sangat buruk dengan skala -
satelit mencakup luasan sebesar 1.391,08 Ha. 0,21 – 0,1 di tahun 2014 mengalami perubahan
Sebaran spasial kelas kerapatan vegetasi atau NDVI menjadi kelas kerapatan vegetasi buruk (0,1 – 0,2)
Tahun 2014 disajikan pada Gambar 3. seluas 63,74 Ha, menjadi kelas vegetasi baik (0,2 –
Sebaran NDVI Hutan Mangrove Berdasarkan 0,4) seluas 19,79 Ha, dan berubah menjadi kelas
Fungsi Kawasan di Kawasan Konservasi Perairan kerapatan vegetasi sangat baik (0,4 – 0,7) seluas
Teluk Moramo 2022 berdasarkan analisis citra 1,44 Ha. Hal yang sama terjadi pada kelas kerapatan
satelit mencakup luasan sebesar 1.391,04 Ha. vegetasi buruk pada Tahun 2014, mengalami
Sebaran spasial kelas kerapatan vegetasi atau NDVI perubahan nilai kerapatan pada tahun 2022, yakni
Tahun 2022 disajikan pada Gambar 4. berubah menjadi kelas kerapatan sangat buruk
NDVI Hutan Mangrove Berdasarkan Fungsi seluas 40,62 Ha, berubah menjadi kelas kerapatan
Kawasan di Kawasan Konservasi Perairan Teluk baik seluas 213,80 Ha, berubah menjadi kelas
Moramo 2022 menunjukkan Areal Penggunaan kerapatan sangat baik seluas 26,90 Ha. Pada tahun
Lain nilai NDVI Mangrove skala -0,21-0,1 termasuk 2014 pula, terjadi perubahan kelas kerapatan
pada kerapatan sangat buruk dengan luas 186,13 Ha, vegetasi baik yang mengalami perubahan di tahun
kerapatan buruk skala 0,1-0,2 seluas 113,10 Ha, 2022, yakni berubah menjadi kelas kerapatan
kerapatan baik skala 0,2-0,4 seluas 325,20 Ha, dan vegetasi sangat buruk seluas 35,40 Ha, menjadi
kerapatan sangat baik pada skala 0,4-0,7 seluas kelas kerapatan buruk seluas 62,79 Ha, sebagian
634,24 Ha, dengan total 1.258,66 Ha. Badan Air wilayah berubah menjadi kelas kerapatan sangat
NDVI mangrove skala -0,21-0,1 termasuk pada baik sebesar 1,413,99 Ha. Begitu pula dengan kelas
kerapatan sangat buruk dengan luas 13,88 Ha, kerapatan vegetasi sangat mengalami perubahan
kerapatan buruk skala 0,1-0,2 seluas 2,79 Ha, nilai kerapatan vegetasi pada periode 2014 ke 2022,
kerapatan baik skala 0,2-0,4 seluas 4,03 Ha, dan dimana berubah menjadi kerapatan sangat buruk
kerapatan sangat baik pada skala 0,4-0,7 seluas 1,87 seluas 71,40 Ha, menjadi kelas kerapatan buruk
Ha, dengan total 22.57 Ha. Hutan Lindung seluas 44,49 Ha, menjadi kelas kerapatan Baik
mangrove skala kerapatan baik skala 0,2-0,4 seluas seluas 1,319,30 Ha. Berdasarkan hasil survei yang
0,01 Ha, dan kerapatan sangat baik pada skala 0,4- dilakukan pada tahun 2022, bahwa perubahan
0,7 seluas 0,21 Ha, dengan total 0,22 Ha. kerapatan vegetasi yang terjadi di kawasan
Selanjutnya Suaka Marga Satwa mangrove skala - manggrove akibat adanya alih fungsi lahan
0,21-0,1 termasuk pada kerapatan sangat buruk bervegetasi manggrove menjadi lahan tambak dan
dengan luas 1,11 Ha, kerapatan buruk skala 0,1-0,2 juga aktivitas perambahan hutan manggrove oleh
seluas 0,92 Ha, kerapatan baik skala 0,2-0,4 seluas masyarakat sekitar.
16,38 Ha, dan kerapatan sangat baik pada skala 0,4- Menurut van Hespen et al., (2022), bahwa
0,7 seluas 91,18 Ha, dengan total 109,58 Ha. Total beberapa properti dari hutan mangrove sangat baik
kerapatan sangat buruk skala -0,21-01 yaitu 201,12 sebagi peredam gelombang, seperti luas, kerapatan
Ha, kerapatan buruk skala 0,1-0,2 yaitu 116,80 Ha, vegetasi, dan ketinggian vegetasi. Hutan mangrove
kerapatan baik skala 0,2-0,4 yaitu 345,61 Ha, dan yang lebih rapat dan juga tinggi dapat memberikan
kerapatan sangat baik skala 0,4-0,7 yaitu 727,04. perfoma yang lebih baik dalam meredam
Sehingga total luas keseluruhan yaitu 1.391,04 Ha. gelombang, sehingga dapat menentukan jumlah
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 114

energi yang ditransfer dari gelombang ke berdasarkan metode Rapfish. Analisis ini mengkaji
pepohonan. Perubahan kerapatan vegetasi dimensi dimensi yang mempenagruhi pengelolaan
mangrove dari kelas kerapatan baik ke kelas ekosistem mangrove seperti ekologi, ekonomi,
kerapatan buruk atau sangat buruk menunjukkan sosial dan kelembagaan. Salah satu indikator
berkurangnya vegetasi mangrove diarea tersebut. masukan untuk dimensi ekologi adalah kerapatan
Berkurangnya pohon menyebabkan semakin tinggi vegetasi mangrove. Beberapa kegiatan pengelolaan
penetrasi cahaya pada kanopi, sehingga dilakukan pada penelitian tersebut. Beberapa nya
meningkatkan evaporasi, salinitas dan konsentrasi dapat pula diadapsi untuk menentukan arahan
elemen terlarut dalam ekosistem mangrove. pengelolaan pada Hutan Mangrove di kawasan
Peningkatan konsentrasi karbon total, nitrogen dan pesisir Moramo seperti penanaman mangrove yang
phospor setelah penebangan memperlihatkan melibatkan masyarakat, stakeholder terkait dan juga
besarnya peningkatan pada ranting, cabang kecil, mahasiswa yang bertujuan untuk menambah
daun dan potongan kecil pohon lainnya, yang tegakan mangrove di pesisir.
terdapat di permukaan lantai hutan setelah
penebangan. Konsentrasi intersitisial dari sulfida Ucapan Terimakasih: Ucapan terima kasih kepada
terlarut, logam, dan amonium juga meningkat LPPM UHO atas dukungan Dana melalui skema
karena meningkatnya soil desiccation (yang penelitian Dosen Pemula Internal UHO.
dibuktikan dengan meningkatnya salinitas) dan
penurunan dalam penyerapan solute dan translokasi KESIMPULAN
oksigen di akar. Laju metabolisme anaerobik tanah
Mangrove memiliki peranan penting dalam
(reduksi sulfat) menurun setelah terjadinya
menjaga ekossistem pesisi dan wilayah pantai.
penebangan (Alongi & de Carvalho, 2008). Kerusakan yang terjadi akibat penebangan dan alih
fungsi lahan menyebabkan perubahan kerapatan
Arahan Pengelolaan Mangrove untuk mangrove yang berakibat pada meningkatkan
Keberlanjutan Konservasi Perairan evaporasi, salinitas dan konsentrasi elemen terlarut
dalam ekosistem mangrove. NDVI Hutan Mangrove
Penentuan arahan pengelolaan Mangrove pada Fungsi Kawasan di Kawasan Konservasi
yang tepat agar dapat menjaga keberlanjutan Perairan Teluk Moramo 2014 didominasi oleh kelas
konservasi perairan maka perlu dilakukan analisis kerapatan sangat baik seluas 627,74 Ha, Sedangkan
startegis berdasarkan kondisi wilayah mangrove pada tahun 2022, kelas kerapatan yang
yang diteliti. Hasil analisis perubahan kerapatan mendominasi adalah kelas kerapatan sangat baik
mangrove di Kawasan Teluk Moramo bahwa seluas 727,50 Ha.
terdapat perubahan kerapatan dari kerapatan baik
menjadi kerapatan buruk, oleh karena itu diperlukan DAFTAR PUSTAKA
strategis-strategis pengelolaannya untuk mencegah
kerusakan vegetasi mangrove yang lebih parah.
Alongi, D. M., & de Carvalho, N. A. (2008). The
Penelitian yang dilakukan oleh Ely et al., (2021)
effect of small-scale logging on stand
menggunakan analisis SWOT untuk
characteristics and soil biogeochemistry in
mengeidentifikasi kondisi Hutan mangrove di
mangrove forests of Timor Leste. Forest
Negeri Ahamai, berdasarkan analisis SWOT
Ecology and Management, 255(3–4), 1359–
tersebut terdapat 8 strategi pengelolaan hutan
1366.
Mangrove yang dihasilkan. Dari 8 strategi tersebut
https://doi.org/10.1016/j.foreco.2007.10.051
yang dapat diadopsi berdasarkan kondisi kerapatan
Alwi, L. O., Gandri, L., Hidayat, H., Tuwu, E. R.,
mangrove di Teluk Moramo yaitu 1) pengembangan
Irawati, Bana, S., Fitriani, V., & Indriyani, L.
kawasan mangrove berwawasan lingkungan, 2)
(2022). Analisis Spasial Fenomena Urban
peningkatan monitoring, controling, dan
Heat Island Kota Kendari Menggunakan
surveilance, 3) meningktakan koordinasi antar
Algoritma Land Surface Temperature Spatial.
stakeholder dan 4) meningkatkan pengetahuan dan
Jurnal Meteorologi Dan Geofisika , 23(2),
kesadaran masyarakat terhadap fungsi ekosistem
109–118.
mangrove serta keterampilan masyarakat sekitar
Asari, N., Suratman, M. N., Mohd Ayob, N. A., &
daerah mangrove.
Abdul Hamid, N. H. (2021). Mangrove as a
Penelitian yang dilakukan oleh Rani et al.,
Natural Barrier to Environmental Risks and
(2022) menggunakan pendekatan multidimensional
Coastal Protection. In Mangroves: Ecology,
scaling atau MDS untuk mengkaji pengelolaan
Biodiversity and Management (pp. 305–322).
ekosistem mangrove yang berkelanjutan
Springer Singapore.
JURNAL PERENCANAAN WILAYAH PPS UHO 115

https://doi.org/10.1007/978-981-16-2494- Using Normalized Difference Vegetation


0_13 Index (Ndvi): Case Study In North Halmahera,
Ely, A. J., Tuhumena, L., Sopaheluwakan, J., & Indonesia. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Pattinaja, Y. (2021). Strategi Pengelolaan Kelautan Tropis, 13(2), 219–239.
Ekosistem Hutan Mangrove di Negeri https://doi.org/10.29244/jitkt.v13i2.34771
Amahai. Triton: Jurnal Manajemen Tang, M., Nur, A. I., & Ramli, Muh. (2016). Studi
Sumberdaya Perairan, 17(1), 57–67. kondisi ekosistem mangrove dan produksi
https://doi.org/10.30598/tritonvol17issue1pag detritus di pesisir Kelurahan Lalowaru
e57-67 Kecamatan Moramo Utara Kabupaten
Karminarsih, E. (2007). Pemanfaatan Ekosistem Konawe Selatan. Jurnal Manajemen Sumber
Mangrove bagi Minimasi Dampak Bencana di Daya Perairan, 1(4), 439–450.
Wilayah Pesisir. JMHT, XIII(3), 182–187. Tran, T. v., Reef, R., & Zhu, X. (2022). A Review
Ministry of Environment, Forest and Climate of Spectral Indices for Mangrove Remote
Change of India, Mangroves and Their Role in Sensing. Remote Sensing, 14(19).
Coastal Protection 1 (2022). https://doi.org/10.3390/rs14194868
https://ndma.gov.in/sites/default/files/PDF/Re van Hespen, R., Hu, Z., Borsje, B., de Dominicis,
ports/SDMA_Conclave_MOEFCC.pdf M., Friess, D. A., Jevrejeva, S., Kleinhans, M.
Philiani, I., Saputra, L., Harvianto, L., & Muzaki, A. G., Maza, M., van Bijsterveldt, C. E. J., van der
A. (2016). Pemetaan Vegetasi Hutan Stocken, T., van Wesenbeeck, B., Xie, D., &
Mangrove Menggunakan Metode Normalized Bouma, T. J. (2022). Mangrove forests as a
Difference Vegetation Index (NDVI) di Desa nature-based solution for coastal flood
Arakan, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. protection: Biophysical and ecological
Surya Octagon Interdisciplinary Journal of considerations. Water Science and
Technology, 1(2), 2460–8777. Engineering.
PP No.10 Thn 2010, Tata Cara Perubahan https://doi.org/10.1016/j.wse.2022.10.004
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Wiguna, P. P. K., Sutari, N. W. S., Febriarta, E.,
(2010). Permatasari, A. L., Suherningtyas, I. A.,
Purwanto, A. D., & Asriningrum, W. (2019). Pulungan, N. A. H. J., Sukraini, T. T., & Gani,
Identification Of Mangrove Forests Using M. (2022). Spatial Analysis of Mangrove
Multispectral Satellite Imageries. Distribution Using Landsat 8 Oli in Badung
International Journal of Remote Sensing and Regency and Denpasar City, Bali Province,
Earth Sciences, 16(1), 63–86. Indonesia. Forum Geografi, 36(1).
https://doi.org/10.30536/j.ijereses.2019.v16.a https://doi.org/10.23917/forgeo.v36i1.14711
3097 Wu, C. da, Chen, Y. C., Pan, W. C., Zeng, Y. T.,
Rani, S. T., Yudha, I. G., Caesario, R., & Mahardika, Chen, M. J., Guo, Y. L., & Lung, S. C. C.
SM. A. H. (2022). Status keberlanjutan (2017). Land-use regression with long-term
pengelolaan ekosistem mangrove di satellite-based greenness index and culture-
Kabupaten Tangerang. specific sources to model PM2.5 spatial-
AQUACOASTMARINE: Journal of Aquatic temporal variability. Environmental Pollution,
and Fisheries Sciences, 1(1), 7–15. 224, 148–157.
https://doi.org/10.32734/jafs.v1i1.8612 https://doi.org/10.1016/j.envpol.2017.01.074
Singgalen, Y. A., Gudiato, C., Prasetyo, S. Y. J., &
Fibriani, C. (2021). Mangrove Monitoring

Anda mungkin juga menyukai