Anda di halaman 1dari 3

Dik kae

Ig: not approved

KANKER MULUT RAHIM (SERVIKS)

Kejadian ini cukup lama, sekitar tahun 2015. Lokasinya di Kecamatan Semarang
Tengah Kota Semarang dimana saya bertugas dulu sebelum dirotasi ke kecamatan
lain.

Jadi, secara rutin, kami Para Penyuluh KB, melakukan pelayanan KB bekerjasama
dengan provider (penyedia jasa layanan KB, para nakes) pada calon akseptor
melalui banyak program dan kegiatan. Sifatnya bisa statis (menetap di provider yang
tidak bergerak seperti klinik KB, Rumah sakit dsb) atau sifatnya dinamis (bergerak,
tidak menetap, misalnya Muyan, mobil untuk pelayanan KB).

Kira-kira bulan September 2015, kami melaksanakan pelayanan KB dinamis,


memakai Mobil Untuk Pelayanan KB (Muyan KB), milik Pemerintah Kota Semarang.
FYI, Muyan berwujud bus yang didesain sedemikian rupa, memiliki ruangan khusus
berupa kamar yang lengkap dengan berbagai alat dan kelengkapan pelayanan KB.
Di dalam ruangan inilah, nanti para akseptor akan dilakukan tindakan medis.
Pelayanan di Muyan ditujukan utamanya pada pelayanan implan (KB Hormonal
yang diselipkan di kulit lengan bagian atas yang tidak aktif) dan IUD (Intra Uterine
Device, alat kontrasepsi yang
dimasukkan dalam rahim).

Setelah berembuk dengan rekan sejawat


di Kecamatan Semarang Tengah, dan
melakukan pengumuman di kelurahan-
kelurahan binaan yang berjumlah 15
kelurahan di Semarang Tengah (cukup
banyak, seperti Miroto, Pindrikan Lor,
Pindrikan Kidul dll) kami mencoba
mencari calon akseptor. Penyuluh KB
waktu itu cukup banyak. Dipimpin oleh Ka UPT (Unit Pelaksana Teknis) KB
Kecamatan, Alm Bapak Heru Priyono, dan ada 5 Penyuluh KB. Saya, Mbak Siti
Badriah (sudah pensiun), Mbak Titi Puji Astuti (pindah ke Banyumas), Pak Joni
(pensiun) dan Heny (sekarang di Semarang Barat).

Lima orang Penyuluh KB yang ada ini kemudian secara door to door melakukan
penyuluhan kepada calon akseptor yang ingin melakukan pelayanan KB di 15
Kelurahan binaan. Hasilnya ada sekitar 37 calon yang akan dilayani, baik
permintaan pemasangan implan atau IUD.

Kemudian kami mengontak Puskesmas Miroto dan Poncol untuk membantu


pelayanan KB dengan mengirimkan nakes (tenaga kesehatan) guna melakukan
tindakan medis. Dikirimkan lah tiga nakes bidan guna membantu pelayanan KB
melalui Muyan. Waktu itu Muyan tidak menyediakan nakes secara mandiri,
sebagaimana sekarang yang sudah ada nakesnya dari bidan non ASN. Yang dikirim
kalau tidak salah ingat: Mbak Fara dan Mbak Hesti dari Puskesmas Poncol dan
mbak Purminah dari puskesmas Miroto.

Kemudian kami dan para bidan berembuk, untuk mencari lokasi yang pas di tengah
kecamatan sekaligus sebagai alat kampanye program KB agar diketahui oleh
masyarakat sekitar, siapa tahu nanti ada warga lain yang berminat selain calon yang
telah kita dapatkan. Dipilihlah halaman belakang (tepatnya lokasi Parkir) Mall Sri
Ratu Pasar Johar Semarang (sekarang sudah tutup). Yang letaknya cukup strategis.
Dilaksanakan hari Sabtu, sekitar bulan September 2015.

Tiba hari pelaksanaan, kami ber lima dipimpin Pak Heru selaku Ka UPT, melayani
satu per satu calon akseptor. Pertama calon kami minta duduk di tempat yang telah
disediakan. Kemudian kita panggil satu-satu dan melakukan anamese (pemeriksaan
awal calon akseptor dengan wawancara dan melihat tanda-tanda fisik). Jika
kondisinya sehat dan memungkinkan dilakukan tindakan medis, kemudian calon
tersebut kita antar masuk ke Muyan. Di muyan kemudian para nakes melakukan
tindakan medis berupa pemasangan implan atau IUD sesuai permintaan.

Tiba giliran dari calon nomer 18, Ibu X berusia sekitar 37 tahun. Perawakannya kecil,
berkulit sawo matang. Dari anamese yang kita lakukan, nampak sehat. Dan beliau
minta pelayanan IUD, yang sifatnya jangka panjang karena sudah memiliki 2 putri
dan 1 putra. Tekanan darah normal, berat badan juga ideal. Dari catatan tersebut,
kemudian beliau kami nyatakan siap untuk dilakukan tindakan medis, dan diantar ke
Muyan.

Baru sekitar 1 menit, para bidan (mbak Hesti, mbak Fara dan mbak Purminah)
keluar sambil muntah-muntah. Oh my God, ada apa? Saya dan teman-teman
terkaget-kaget. Kemudian dengan setengah berlari, saya datangi Mbak Hesti yang
kebetulan muntah di dekat dengan tempat kami melakukan anamese.

Saya tanya, ada apa mbak? Beliau kemudian menjelaskan bahwa waktu akan
melaksanakan tindakan ke Ibu X, si Ibu kami minta melepaskan celana dalam dan
kami minta untuk bersiap di obgyn bed (tempat tidur khusus untuk pelayanan IUD).
Setelah beliau rebahan dan bersiap dilakukan tindakan, tercium bau sangat
menyengat yang berasal dari miss v nya. Semua bidan dalam ruangan mencium bau
tersebut, meskipun memakai masker kesehatan. Dan akhirnya tidak tahan dan
lompat keluar semua dari Muyan.

Oh....batin saya.

Si Ibu yang terakhir keluar dari Muyan, terbengong-bengong. Ada apa ini? seakan
bingung dengan kejadian yang ada.

Lalu, saya dan mbak Hesti menyingkir sebentar. Dan berdiskusi sebenarnya apa
yang terjadi dalam kasus ibu X tadi. Menurut Mbak Hesti, si Ibu ternyata menderita
kanker mulut rahim (dikenal dengan kanker serviks) stadium tinggi dan harus segera
ditangani oleh dokter yang berkompeten di dalamnya. Kondisinya sudah cukup
parah. Kami berdua kemudian sepakat, bahwa si Ibu harus segera dirujuk ke rumah
sakit yang menangani masalah ini, agar segera ditangani sesegera mungkin.
Kemudian saya datangi ibu tersebut, dan dengan pelan-pelan, saya jelaskan bahwa
kemungkinan pemasangan IUD tidak dapat dilakukan, karena si Ibu diduga memiliki
sakit yang berhubungan dengan alat reproduksi. Si Ibu kemudian sedikit gugup dan
bertanya, kira-kira sakit apa? Saya menjawab nanti dokter yang akan menjelaskan.

Saya jelaskan kemudian, bahwa syarat pemasangan IUD tentu harus sehat terlebih
dahulu, dan ibu saya minta persetujuan untuk dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih
lengkap pelayanan kesehatannya. Rujukan nanti dari para nakes puskesmas. Si Ibu
akhirnya setuju.

Moms, kanker serviks merupakan salah satu momok yang menakutkan dalam
kesehatan reproduksi. Tingkat kematian Ibu akibat penyakit ini cukup besar di
Indonesia. Banyak penderita yang tidak sadar bahwa kanker ini mulai menggerogoti
organ reproduksi para ibu. Maka, pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
secara berkala perlu untuk dilakukan. Agar segera diketahui derajat kesehatan alat
reproduksi kita. Antisipasi sejak dini, perlu dilakukan sebagai sarana menuju sehat
reproduksi.

Anda mungkin juga menyukai