Anda di halaman 1dari 3

PENGANTAR TATA HUKUM INDONESIA

 Objek : Hukum Positif Indonesia ( Ius Constitutum)


 Mempelajari aturan-aturan hukum yang berlaku di Indonesia ;
berlaku berarti memberi akibat hukum bagi peristiwa atau perbuatan
didalam masyarakat saat ini di Indonesia.
 Tata Hukum Indonesia adanya sejak Proklamasi kemerdekaan RI.
Sebab dengan proklamasi kemerdekaan berarti :
 Negara Indonesia dibenuk oleh bangsa Indonesia dan,
 Sejak saat itu pula Bangsa Indonesia telah mengambil keputusan
menentukan dan melaksanakan hukumnya sendiri yaitu bangsa
Indonesia dengan tata hukumnya yang baru, Tata Hukum
Indonesia.

 Proklamasi merupakan ketentuan pertama/ketentuan pangkal dari


tata hukum Indonesia, karena tidak dapat dicari dasar hukum, dasar
wewenangnya kepada aturan/ketentuan lain secara konstitusional.
 Tata Hukum yang baru tidak bisa dikatakan sebagai kelanjutan tata
hukum yang sebelumnya, tetapi tidak berarti pula bahwa bahwa
aturan-aturan dan ketentuan sebelum proklamasi dan masih berlaku
sampai saat ini semua tidak berlaku. Hal tersebut dilakukan untuk
menjaga jangan sampai terjadi kekosongan hukum (vakuum),
dengan catatan bahwa aturan hukum tersebut tidak bertentangan
dengan jiwa proklamasi, belum dicabut dirubah dan diganti dengan
tata hukum yang baru.
 Hal tersebut dapat dilihat pada bunyi proklamasi “Hal-hal mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya” Dipertegas lagi
dalam UUD 45 aturan peralihan “Segala badan Negara dan
peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut ketentuan Undang-undang Dasar ini”

SUMBER HUKUM FORMIL


Termasuk Ssebagai Sumber Hukum Formil :
1. Undang-Undang
2. Yurisprudensi
3. Traktat
4. Kebiasaan
1. Undang-Undang
 Undang-undang sebagai sumber hukum punya 2 arti :1. Formil dan
Materiil.
 Undang-undang dalam arti formil (undang-undang dalam arti
sempit) Setiap peraturan atau ketetapan yang dibentuk oleh alat
perlengkapan negara yang diberi kekuasaan membentuk undang –
undang dan duiundangkan sebagaimana mesthinya : berdasar UUD
45 pasal 5 ayat 1 perlengakapan negara tsb adalah presiden
bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
 Undang-undang dalam arti materiil (luas) : setiap peraturan atau
ketetapan yang isinya berlaku mengikat kepada umum.
 Undang-undang adalah untuk melaksanakan undang-undang
dasar /ketetapan MPR
 Biasanya undang-undang bersifat formil serta materiil.
 Tetapi terdapat undang-undang yang hanya bersifat materiil saja
maupun formil saja.
 Undang-undang yang bersifat materiil : undang-undang naturalisasi,
 Undang-undang yang bersifat materiil : Perda, peraturan
pemerintah ,…

Asas perundang-undangan :
 Undang-Undang tidak berlaku surut : Nullum dellictum…..
 Undang-undang yang berlaku kemudian membatalkan undang-
undang yang terdahulu
 Undang-undang yang dibuat penguasa yang lebih tinggi mempunyai
kedudukan yang lebih pula.
 Undang-undang yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan undang-undang yang lebih tinggi
 Undang-undang yang lebih tinggi tidak dapat dihapuskan/dirubah
oleh peraturan /undang-undang yang lebih rendah
 Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan undang-
undang yang bersifat umum
 Undang-undang tidak dapat diganggu gugat artinya : undang-
undang tidak dapat dinilai /diuji apakah isinya bertentangan dengan
undang-undang dasar atau tidak.
Hak Menguji Undang-undang :
1. Hak menguji formal
2. Hak menguji Material

 Hak Menguji Formal :


 : Wewenang halim untuk menilai apakah apakah suatu undang-
undang atau peraturan itu cara pembentukannya secara
pengundangan sudah sebagaimana mestinya.
 Hakim punya wewenang secara formal terhadap undang-undang
 Hakim Menguji secara formal : Hakim sebelum menerapkan suatu
peraturan wajib mengetahui dengan pasti apakah peraturan yang ia
hadapi, sesuai dengan keadaan lahirnya, telah diundangkan
sebagaimana mestinya, apakah masih berlaku atau masih
mempunyai kekuatan berlaku

 Hak Menguji Material :


 Hak Menguji Material : Wewenang untuk menilai apakah suatu
undang-undang atau peraturn isinya bertentangan atau tidak
dengan peraturan yang lebih tinggi tingkatnya.
 Pada umumnya para ahli berpendapat : Hakim tidak punya
wewenang menguji secara material. “hakim harus memutus
menurut undang-undang “”Hakim tidak boleh menguji isis atau
kepatutan undang-undang “
 Dalam undang-undang 14/70 (Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman)
pasal 26 : Mahkamah agung berhak menguji peraturan yang lebih
rendah dari undang-undang mengenai sah tidaknya suatu peraturan
atau bertentangan tidaknya peraturan dengan ketentuan peraturan
yang lebih tinggi.
 TAP MPR VI/MPR/1973 pasal 11 (4) : “Mahkamah Agung
mempunyai wewenang menguji secara material hanya terhadap
peraturan perundangan dibawah undang-undang “
 Peraturan perundangan dibawah undang-undang : Peraturan
pemerintah, Keputusan presiden, peraturan pelaksana lainnyaspt :
Peraturan menteri, Instruksi Menteri,….

Anda mungkin juga menyukai