Anda di halaman 1dari 10

Bul.

Plasma Nutfah 25(2):57–66

Karakterisasi Tanaman Buah Lokal di Kawasan Ekosistem Leuser


Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh
(Characterization of Local Fruits in the Leuser Ecosystem of Aceh Tamiang District, Aceh)
Zidni Ilman Navia1*, Adi Bejo Suwardi2, dan Andini Saputri1
1
Program Studi Biologi, Fakultas Teknik, Universitas Samudra, Jl. Meurandeh, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa,
Provinsi Aceh, Kode Pos 24416
2
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Samudra, Jl. Meurandeh,
Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa,
Provinsi Aceh, Kode Pos 24416
Telp. (0641)426534; Fax : (0641)426534
*E-mail: navia1529@gmail.com

Diajukan: 13 Februari 2019; Direvisi: 21 November 2019; Diterima: 22 Desember 2019

ABSTRACT
Aceh Tamiang District which is located in the Leuser Ecosystem has high biodiversity. However, the data and information related
to the types of edible local fruits in Aceh Tamiang District are still limited. This study aimed to characterize the morphological
characters and the utilization of genetic resources of local fruit plants in Aceh Tamiang District. The study was conducted in five
sub-districts, i.e. Bandar Pusaka, Tamiang Hulu, Tenggulun, Sekerak, and Manyak Payed, Aceh Province with exploration
methods in the forest of Leuser ecosystem and home garden of the community. All data including local name, usage, and status of
the plants has been recorded. A total of 55 species, 29 genera, and 20 families of local fruit plants was found in Aceh Tamiang.
There are 9 species of local fruit plants that have the potential economic value, i.e. mancang (M. foetida), kuweni (M. odorata),
asam gelugur (G. atroviridis), durian merah (D. conatus), sentul (S koetjape), cempedak air (A. kemando), murberi gunung (M.
australis), jambu keling (S. cumini), and tampoi (B. macrocarpa). Currently, these exotic local fruits is only consumed as fresh
fruit despite its high potential as genetic resources in supporting food availability.
Keywords: Local fruit, genetic resources, Leuser, Aceh Tamiang, Aceh.

ABSTRAK
Kabupaten Aceh Tamiang berada di Kawasan Ekosistem Leuser yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Meskipun
demikian, hingga saat ini data dan informasi terkait jenis buah-buahan lokal yang dapat dimakan di Kabupaten Aceh Tamiang
masih sangat terbatas. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengarakterisasi karakter morfologi dan pemanfaatan sumber daya
genetik tanaman buah lokal di Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh Tamiang. Kegiatan dilaksanakan pada lima
kecamatan, yaitu Bandar Pusaka, Tamiang Hulu, Tenggulun, Sekerak, dan Manyak Payed, Provinsi Aceh dengan metode
eksplorasi di Kawasan Ekosistem Leuser dan pekarangan rumah masyarakat. Data yang dikumpulkan meliputi jenis tumbuhan,
pemanfaatan, dan status tumbuhan tersebut. Sebanyak 55 jenis, 29 marga, dan 20 famili telah ditemukan di Kabupaten Aceh
Tamiang. Terdapat 9 jenis tumbuhan buah yang memiliki potensi nilai ekonomi, yaitu mancang (M. foetida), kuweni (M. odorata),
asam gelugur (G. atroviridis), durian merah (D. conatus), sentul (S. koetjape), cempedak air (A. kemando), murbei gunung (M.
australis), jambu keling (S. cumini), dan tampoi (B. macrocarpa). Pemanfaatan buah eksotik lokal di Kabupaten Aceh Tamiang
masih terbatas dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Buah-buahan lokal memiliki potensi yang tinggi sebagai sumber daya genetik
dalam mendukung ketersediaan pangan.
Kata kunci: Buah lokal, sumber daya genetik, Leuser, Aceh Tamiang, Aceh.

58 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:57–66

PENDAHULUAN al. 2015). Chahal dan Gosal (2003) menegaskan


kehilangan sumber daya genetik tidak hanya me-
Kerabat liar jenis-jenis tumbuhan yang ber- nyebabkan terbatasnya perbaikan karakter tanam-
potensi secara ekonomi banyak dijumpai di kawas- an, namun juga memperbesar risiko kehilangan
an nusantara (Hendaru et al. 2017). Kepulauan tanaman akibat penyakit baru dan kondisi ling-
Sumatra tercatat sebagai salah satu pusat penye- kungan yang tidak menguntungkan. Informasi
baran tanaman buah-buahan tropis (Walujo 2011). keanekaragaman jenis buah lokal sangat diperlukan
Diperkirakan sebanyak 148 jenis tumbuhan buah sebagai dasar penyusunan kebijakan pengelolaan
yang dapat dikonsumsi telah teridentifikasi di dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman
wilayah tersebut (Uji 2007). Di wilayah ini, jenis untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat (BB
tanaman buah tersebar di berbagai habitat mulai Biogen 2013). Konservasi dan pemanfaatan
dari rawa hingga dataran tinggi, baik tumbuh sumber daya genetik merupakan komponen penting
secara liar maupun telah dibudidayakan oleh dalam pemuliaan sebagai upaya untuk meningkat-
masyarakat. Beberapa jenis di antaranya seperti kan kualitas dan produksi buah-buahan. Kegiatan
Mangifera spp. (Anacardiaceae), Garcinia spp. ini dilakukan pada hakekatnya untuk menyelamat-
(Clusiaceae), Nephelium spp. (Sapindaceae), dan kan tanaman buah-buahan lokal yang semakin ter-
Durio spp. (Malvaceae) diketahui memiliki kan- desak keberadaannya dan meningkatkan usaha
dungan gizi dan bernilai ekonomi tinggi (Winarno penganekaragaman jenis buah-buahan yang berada
2000; Uji 2007; Noor et al. 2015). di Kab. Aceh Tamiang. Tujuan dari penelitian ini
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah adalah untuk mengarakterisasi karakter morfologi
satu daerah yang terletak di bagian utara pulau dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman
Sumatra dan menjadi bagian dari Kawasan Ekosis- buah lokal di sekitar KEL, Kabupaten Aceh
tem Leuser (KEL). Kawasan tersebut dikenal se- Tamiang, Provinsi Aceh.
bagai daerah dengan tingkat keanekaragaman
hayati yang tinggi. Meskipun demikian, hingga
BAHAN DAN METODE
saat ini data dan informasi terkait jenis buah-
buahan lokal di Kab. Aceh Tamiang masih sangat Kegiatan eksplorasi sumber daya genetik
terbatas. Padahal, informasi tersebut penting untuk tanaman buah-buahan lokal dilaksanakan pada
menggambarkan potensi sumber daya genetik bulan Februari sampai Juli 2018. Lokasi yang
buah-buahan lokal yang dapat dikonsumsi di Kab. dipilih merupakan kawasan yang berada di sekitar
Aceh Tamiang. Buah-buahan lokal diketahui me- KEL Kab. Aceh Tamiang yaitu kawasan hutan dan
ngandung berbagai jenis nutrisi yang penting bagi pemukiman penduduk di sekitar Kecamatan
kesehatan manusia (Ajesh et al. 2012; Brahma et Bandar Pusaka, Tamiang Hulu, Tenggulun,
al. 2013). Kandungan gizi buah tersebut berperan Sekerak, dan Manyak Payed.
dalam memperkecil risiko berbagai macam penya- Kegiatan eksplorasi dilakukan sesuai dengan
kit di antaranya seperti diabetes, kanker, dan jan- metode eksplorasi (Rugayah et al. 2004), yaitu
tung (Deshmukh dan Waghmode, 2011; Brahma et menelusuri kawasan hutan dan permukiman pen-
al. 2013). Buah-buahan lokal tidak hanya memiliki duduk. Data pemanfaatan tanaman buah lokal
nilai ekonomi, tetapi juga bernilai sosial budaya dilakukan melalui wawancara dengan penduduk
untuk kegiatan ritual keagamaan di Bali dan bahan setempat yang dipilih berdasarkan pertimbangan
spa (massage) (Yuliawati et al. 2016). tertentu, seperti kepemilikan buah lokal dan tokoh
Eksplorasi dan konservasi sumber daya masyarakat yang mengetahui keberadaan sumber
hayati tanaman buah lokal penting dilakukan se- daya genetik tanaman buah lokal di hutan.
bagai upaya untuk menyelamatkan keragaman Karakterisasi dilakukan pada bagian morfo-
genetik buah lokal di Kab. Aceh Tamiang. Penge- logi tanaman berupa perawakan tanaman, lingkar
tahuan potensi sumber daya genetik dan pelestari- batang, tinggi tanaman, bentuk daun, bentuk buah,
annya sangat diperlukan untuk mengantisipasi warna buah, dan pemanfaatannya (Zurriyati dan
kepunahan sumber daya genetik yang ada (Noor et Dahono 2016). Data yang diperoleh dicatat dalam
2019 Karakterisasi Tanaman Buah Lokal di Kawasan Ekosistem Leuser: Z.I. Navia Et al. 59

data paspor tanaman, ditabulasi, dan dianalisis HASIL DAN PEMBAHASAN


secara deskriptif. Penentuan status konservasi
tanaman didasarkan menurut IUCN (2001). Materi Kab. Aceh Tamiang terletak antara 03°53'–
sampel yang dikumpulkan dari lapangan dibuat 04°32' LU dan 97°44'–98°18' BT. Luas wilayah
spesimen herbarium sebanyak 3 duplikat untuk Kab. Aceh Tamiang mencapai 1.956,72 km², yang
masing-masing populasi dengan mengikuti cara terbagi atas 12 kecamatan. Kab. Aceh Tamiang
koleksi dan pengawetan oleh van Steenis (1950) merupakan salah satu daerah yang memiliki KEL,
dan Kartawinata (1977). di antaranya Kec. Bandar Pusaka, Tamiang Hulu,
dan Tenggulun. Kondisi masyarakat yang berada di
sekitar KEL memiliki mata pencaharian yang
beragam, terutama di sektor perkebunan dan per-
Tabel 1. Daerah sebaran jenis tanaman buah lokal di Kawasan Ekosistem Leuser, Kabupaten Aceh Tamiang.
Kecamatan
Famili Jenis Nama lokal Bandar Tamiang Manyak Status
Tenggulun Sekerak
Pusaka Hulu Payed
Anacardiaceae Anacardium occidentale L. Jambu monyet √ √ √ √ √ Budi daya
Mangifera foetida Lour. Mancang √ √ √ √ √ Liar
Mangifera indica L. Mangga √ √ √ √ √ Budi daya
Mangifera odorata Griff. Kuweni √ √ √ √ √ Liar
Mangifera laurina Blume Asam pauh √ √ √ √ √ Budi daya
Spondias cytherea Sonn. Kedondong √ √ √ √ √ Budi daya
Anonaceae Annona muricata L. Sirsak √ √ √ √ √ Budi daya
Annona squamosa L. Srikaya √ √ √ √ √ Budi daya
Annona reticulata L. Buah nona √ - - - - Budi daya
Arecaceae Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret Salak hutan √ √ √ - - Liar
Salacca zallaca (Gaertner) Voss Salak √ √ √ - - Budi daya
Caricaceae Carica papaya L. Pepaya √ √ √ √ √ Budi daya
Clusiaceae Garcinia mangostana L. Manggis √ √ √ √ √ Budi daya
Garcinia atroviridis Griff. Ex T. Anderson Asam gelugur √ √ - - - Budi daya
Cucurbitaceae Momordica balsamina L Pare hutan - - - √ √ Liar
Malvaceae Durio zibethinus Murr. Durian √ √ √ √ √ Budi daya dan liar
Durio conatus Priyanti Durian merah √ √ - - √ Liar
Meliaceae Lansium domesticum Corr. Lansat √ √ √ √ √ Budi daya dan liar
Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Setui, sentul, kecapi - - - √ √ Liar
Mimosaceae Archidendron jiringa (Jack) Neil. Jengkol √ √ √ √ √ Liar
Moraceae Artocarpus heterophyllus Lam Nangka √ √ √ √ √ Budi daya
Artocarpus champeden (Lour.) Stokes Cempedak √ √ √ √ √ Budi daya dan liar
Artocarpus altilis (Parkinson) Forsberg Sukun √ √ √ √ √ Budi daya
Artocarpus kemando Miq. Cempedak air - √ - - - Liar
Artocarpus camansi (Parkinson) Fosberg Keluih, kulu √ √ √ √ √ Budi daya
Artocarpus sericicarpus Jarr. Terap bulu √ √ - - - Liar
Morus australis Poir. Murbei gunung - - - - √ Liar
Musaceae Musa paradisiaca L. Pisang √ √ √ √ √ Budi daya
Musa textilis Nee Pisang raja √ √ √ √ √ Budi daya
Myrtaceae Psidium guajava Blanco Jambu biji √ √ √ √ √ Budi daya
Syzygium malaccense (L.) Merr. & L.M. Perry Jambu bol merah √ √ √ √ √ Budi daya dan liar
Syzygium cumini (L.) Skeels Jambu keling - - - - √ Budidaya
Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston Jambu air √ √ √ √ √ Budi daya
Syzygium aqueum (Burm.f.) Alston Jambu madu √ √ √ √ √ Budi daya
Syzygium polyanthum (Wight) Walp Salam √ √ √ √ √ Liar
Syzygium samarangense (Blume) Merr. & L.M. Perry Jambu air merah √ √ √ √ √ Budi daya
Oxalidaceae Averrhoa carambola Belimbing besar √ √ √ √ √ Budi daya
Averrhoa bilimbi L. Belimbing wuluh/sunti √ √ √ √ √ Budi daya
Passifloraceae Passiflora foetida L. Jembutan, markisa hutan - - - - √ Liar
Phyllantaceae Baccaurea polyneura Hook.f. Jentik √ √ - - - Liar
Baccaurea macrocarpa (Miq.) Müll.Arg. Tampoi √ √ - - - Liar
Baccaurea motleyana, (Müll.Arg.) Müll.Arg. Rambai √ √ √ √ √ Liar
Baccaurea sp. Boh Beureughang √ √ - - - Liar
Rubiaceae Anthocephallus cadamba Miq. Jabon √ √ √ - - Liar
Rutaceae Aegle marmelos (L.) Corr Buah maja - - - - √ Budi daya
Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) Swingle Jeruk nipis √ √ √ √ √ Budi daya
Citrus hystrix DC Jeruk purut √ √ √ √ √ Budi daya
Citrus maxima (Burm.) Merr Jeruk bali √ √ √ √ √ Budi daya
Citrus amblycarpa (Hassk.) Ochse Jeruk kesturi √ √ √ √ √ Budi daya
Citrus sinensis (L) Jeruk manis √ √ √ √ √ Budi daya
Sapindaceae Pometia pinnata J.R.Forst. & G.Forst. Boh Keulayu √ √ √ √ √ Budi daya
Nephelium lapaceum L. Rambutan √ √ √ √ √ Budi daya
Dimocarpus longan Lour. Kelengkeng √ √ √ √ √ Budi daya
Sapotaceae Manilkara zapota (L.) P. van Royen Sawo √ √ √ √ √ Budi daya
Solanaceae Phisalis minima L Boh Kachueng - - - - √ Liar
60 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:57–66

tanian. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat banyak 47 jenis dan 17 famili; Tenggulun sebanyak
dapat berperan dalam mengembangkan keberadaan 42 jenis dan 16 famili; Sekerak 39 jenis dan 15
tanaman buah lokal di kawasan tersebut. Menurut famili; serta Manyak Payed sebanyak 45 jenis dan
Zurriyati dan Dahono (2016), keberadaan sumber 18 famili. Tabel 1 menunjukkan bahwa keberadaan
daya genetik tanaman erat kaitannya dengan tradisi buah-buahan lokal tersebut menyebar di lima
masyarakat. Studi kasus pada masyarakat Bintan lokasi penelitian mulai dari yang bersifat liar, yaitu
masih dijumpai jenis tanaman buah yang sudah yang berada di kawasan hutan hingga yang dibudi
langka seperti rukam (Flacourtia rukam) dan daya yaitu yang berada di pekarangan rumah war-
namnam (Cynometra cauliflora) (Setyowati 2003; ga. Beberapa jenis tanaman yang dijumpai di peka-
Hidayat dan Astuti 2009). Pada umumnya, jenis rangan merupakan bibit yang diperoleh dari hutan,
tanaman buah lokal masih dibudidayakan dan di- yaitu ketika musim buah hutan, masyarakat yang
manfaatkan oleh masyarakat sekitar meskipun pe- mencari buah di hutan kemudian biji buahnya dita-
ngelolaannya belum optimal. Tanaman buah lokal nam di sekitar rumah warga. Salah satu jenis buah
tersebut dibudidayakan oleh masyarakat dengan yang dijumpai liar di hutan dan dibudidayakan di
cara ditanam di pekarangan rumah bagian depan, pekarangan oleh masyarakat adalah durian (Durio
samping, dan belakang. Di samping itu, masyarakat zibethinus). Menurut masyarakat setempat, bebera-
juga ada yang menanam pohon buah di pinggir pa jenis tanaman buah hutan sudah sulit dijumpai
jalan desa sebagai pohon peneduh. Masyarakat seperti pohon Baccaurea sp, Durio dan Mangifera
memanfaatkan tanaman buah lokal tersebut selain laurina. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sebagai buah terutama masalah konversi lahan hutan menjadi
meja, juga dimanfaatkan sebagai pohon peneduh di lahan perkebunan sawit seperti di Kec. Tamiang
sekitar pekarangan rumah dan jalan, serta sebagai Hulu, Manyak Payed, dan Bandar Pusaka, serta
tanaman hias. Hal ini selaras dengan penelitian penebangan kayu hutan secara besar-besaran se-
Navia et al. (2017) bahwa tanaman buah lokal perti di Kec. Tenggulun. Lokasi penelitian di Kec.
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Kota Bandar Pusaka khususnya di Desa Sangkapane
Langsa sebagai tanaman pekarangan. Untuk buah- memiliki air terjun yang merupakan sumber air ba-
nya sendiri, masyarakat hanya memanfaatkannya gi masyarakat di Kab. Aceh Tamiang. Pada lokasi
sebagai buah meja saat musim buah. Buah lokal tersebut telah mengalami penebangan hutan secara
memiliki manfaat yang sangat banyak jika dapat liar dan konversi lahan secara besar-besaran seba-
dikelola dengan baik. Beberapa jenis dapat diolah gai perkebunan sawit. Hal ini menyebabkan terjadi-
menjadi berbagai macam olahan buah seperti jus, nya banjir bandang yang mengakibatkan desa di
manisan, dan bumbu masakan. Jika buah ini dapat sepanjang sungai Tamiang terendam banjir, bahkan
dimanfaatkan dan dikelola dengan baik akan me- sampai ke pusat Kabupaten Aceh Tamiang. Perma-
ningkatkan nilai ekonomi dari buah tersebut bagi salahan di atas menjadi penyebab beberapa jenis
masyarakat. tanaman buah lokal di hutan sudah sangat jarang
dijumpai, salah satunya dari famili Phyllantaceae
Keragaman Sumber Daya Genetik Tanaman yaitu jentik (Baccaurea polyneura), tampoi (B.
Buah Lokal macrocarpa), dan Boh Beureughang (Baccaurea
Sumber daya genetik pada setiap wilayah sp.).
memiliki keragaman karakter masing-masing se- Tanaman buah lokal selain yang dijumpai
suai dengan kondisi wilayahnya (Wardana 2002). liar di hutan juga ada yang telah dibudidayakan
Hasil eksplorasi tanaman buah-buahan lokal di oleh masyarakat. Bibit yang ditanam di pekarangan
KEL Kab. Aceh Tamiang diperoleh sebanyak 55 maupun di sekitar perkebunan masyarakat ada
jenis, 29 marga, dan 20 famili. Data distribusi jenis yang berasal dari hutan dan dari hibah pemerintah
tanaman buah lokal di KEL Kab. Aceh Tamiang melalui Dinas Pertanian Kab. Aceh Tamiang. Jenis
disajikan dalam Tabel 1. tanaman buah yang telah dibudidayakan seperti
Distribusi buah lokal di lokasi penelitian rambutan dan kerabatnya, mangga dan kerabatnya,
yaitu di Kec. Bandar Pusaka dan Tamiang Hulu se- jeruk dan kerabatnya, jambu dan kerabatnya, buah
nona dan kerabatnya, dan durian. Menurut
2019 Karakterisasi Tanaman Buah Lokal di Kawasan Ekosistem Leuser: Z.I. Navia Et al. 61

Zurriyati dan Dahono (2016), alasan masyarakat 2. Kuweni (M. odorata) memiliki tinggi pohon
tetap mempertahankan keberadaan buah lokal antara 10–20 meter, permukaan daun bergelom-
adalah (1) untuk tujuan komersial/dijual karena bang, pada bagian pangkal dan ujungnya ber-
mempunyai nilai ekonomi, (2) merupakan upaya bentuk melancip, panjang 25 cm, dan lebar 6
konservasi/pelestarian tanaman karena tanaman cm. Bentuk buah lonjong, dengan ujung mem-
tersebut sudah jarang ditemui, (3) untuk keperluan bulat, tidak berlekuk dan berparuh. Bobot buah
sehari-hari sebagai bumbu masakan atau obat her- rata rata 350 gram, panjang sekitar 11 cm. Kulit
bal, dan (4) menciptakan lingkungan yang nyaman buah halus berlilin, dilengkapi bintik-bintik
di sekitar kediaman mereka, karena tanaman buah putih kehijauan. Pada buah yang sudah masak,
lokal seperti rukam, namnam, dan jamblang mem- pangkal dan ujungnya berwarna hijau dengan
punyai pohon yang rindang. Berdasarkan hasil daging buah berwarna kuning, berair, dan ber-
penelitian ini menurut masyarakat di Kabupaten serat kasar, beraroma khas kuweni. Rasa daging
Aceh Tamiang alasan utamanya menanam pohon buah cukup manis dengan sedikit rasa terpentin
buah lokal tersebut adalah untuk memenuhi (Antarlina 2009).
kebutuhan sehari-hari dan menciptakan lingkungan 3. Asam gelugur (G. atroviridis), dijumpai di per-
yang nyaman karena perawakan pohon buah yang kebunan masyarakat di Kec. Tamiang Hulu.
rindang sebagai pohon peneduh di sekitar rumah Tinggi pohon asam gelugur mencapai 8 meter.
seperti pohon mangga, rambutan, dan jambu air. Daun bersilang berhadapan dengan daun muda
Berdasarkan hasil kegiatan eksplorasi ini berwarna merah dan daun dewasa berwarna
diketahui dari 55 jenis tanaman buah lokal yang hijau. Bunga asam gelugur betina tunggal dalam
dijumpai terdapat 9 jenis yang selama ini belum satu tangkai, sedangkan bunga jantan majemuk.
dimanfaatkan secara optimal. Selama ini masyara- Buah asam gelugur berwarna hijau pada waktu
kat hanya memanfaatkan buahnya sebagai buah muda dan berwarna kuning saat matang.
meja pada saat musim buah. Padahal buah-buahan Diameter buah antara 7–15 cm, dengan bobot
tersebut memiliki potensi yang cukup tinggi untuk rerata 300 gram perbutir. Buahnya berbentuk
dikembangkan. Jenis-jenis tanaman tersebut adalah bulat berbilah-bilah, jumlah bilah sama dengan
mancang (Mangifera foetida), kuweni (M. jumlah biji yang ada di dalam buah, meski ke-
odorata), asam gelugur (Garcinia atroviridis), banyakan biji itu hanyalah biji semu. Biji asam
durian merah (Durio conatus), sentul (Sandoricum gelugur berkeping dua yang diselaputi semacam
koetjape), cempedak air (Artocarpus kemando), gel. Buah asam gelugur berbunga dan berbuah
murbei gunung (Morus australis), jambu keling sepanjang tahun. Asam gelugur memiliki po-
(Syzygium cumini), dan tampoi (Baccaurea tensi di dunia kesehatan karena mengandung
macrocarpa). Hasil pengamatan karakter morfologi antioksidan, antimikroba, antijamur, antiobesi-
terhadap 9 jenis tanaman buah lokal ini dijelaskan tas dan metabolisme lipid, sitotoksisitas, anti-
sebagai berikut: inflamasi, dan antimalaria (Hamidon et al.
1. Mancang (M. foetida) memiliki tinggi pohon 2017).
antara 8–20 meter, daun tunggal, helaian daun 4. Durian merah (D. conatus) memiliki tinggi
tebal dan kaku berbentuk lanset hingga jorong, pohon 20–30 meter, daun permukaan atas ber-
panjang 16–30 × 5–8 cm, bagian pangkal me- warna hijau dan permukaan bawah berwarna
runcing, bagian ujung runcing, bagian tepi rata kuning keemasan karena ditutupi oleh trikoma.
hingga agak bergelombang. Perbungaan maje- Perbungaan di cabang pohon. Bunga durian
muk, berkelamin 2, berbentuk tandan, keluar merah memiliki mahkota berwarna merah muda
dari ujung batang/cabang dan dari ketiak daun, dengan berkas stamen dan putik yang mudah
kelopak berbentuk segi tiga, benang sari pan- luruh. Buah berbentuk oblong dengan panjang
jang 4–5 mm, kepala sari kecil, kepala putik buah 20–40 cm dan diameter 17–30. Buah ini
berbentuk bulat, ungu kemerahan. Buah bertipe relatif besar dari durian biasanya. Daging buah
buni, berbentuk bulat, hijau kekuningan serta berwarna kuning hingga kuning tua atau orange,
biji pipih, kuning muda. tekstur buah kering, dan aroma yang tidak
menyengat, mirip seperti buah pekawai. Durian
62 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:57–66

merah berbunga mulai bulan Januari sampai kecil dan rendah. Daun-daun tersebar, daun
Juni dan berbuah mulai bulan Agustus. penumpu panjang hingga 9 mm. Helaian daun
5. Sentul/seutui (S. koetjape) berupa pohon dengan jorong hingga bundar telur atau bundar telur
tinggi mencapai 30 meter dan diameter men- sungsang, dengan panjang sekitar 3,1–17,5 cm
capai 90 cm. Daun majemuk beranak daun tiga dan lebar sekitar 7,2–9,37 serta bertangkai pan-
dengan bentuk jorong hingga bulat telur dan jang hingga 14,5 cm. Perbungaan kebanyakan
ujung daun meruncing. Warna daun hijau meng- muncul pada cabang atau pada batang, tandan
kilat di bagian atas dan agak kusam di bagian bunga jantan panjang hingga 13 cm dan betina
bawah. Bunga buah sentul berbentuk malai hingga 18 cm, bercabang-cabang. Bunga-bunga
dengan panjang mencapai 25 cm yang tumbuh berukuran kecil, yang jantan dengan diameter
di ketiak daun. Buah sentul buni berukuran 5–6 hingga 2 mm, hijau, kuning, atau putih, sedang-
cm berwarna kuning atau kemerahan saat masak kan betina sedikit lebih besar hingga 4,5 mm.
serta berbulu halus. Daging buah bagian luar Buah-buah terangkai dalam tandan panjang
tebal dan keras, sedang daging buah bagian hingga 15 cm, dengan tangkai setebal 4-6 mm.
dalam berwarna putih, melekat pada biji dengan Berbentuk bulat atau hampir bulat. Buah tampui
rasa masam hingga manis. Adanya daging buah merupakan buah kotak berdinding tebal menga-
bagian luar ini, sering kali menyulitkan saat me- yu, cokelat hingga kelabu di bagian luar,
nikmati segarnya buah sentul karena membutuh- berukuran 30–65 × 34–75 × 34–75 mm. Berbiji
kan usaha yang relatif lebih keras untuk mem- 2–6 butir, yang tertutup oleh salut biji berwarna
buka daging buah luar (kulit). Buah seutui ini putih hingga kuning, kadang-kadang jingga.
dapat berbuah sesuai musim buah sekitar bulan Buah ini mulai berbuah pada musim buah yaitu
Juli. dimulai sekitar bulan Juli.
6. Cempedak air (A. kemando) merupakan pohon
kerabat nangka dengan tinggi 40 m dan lurus, Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman
kira-kira 20 meter dari permukaan tanah, bebas Buah Lokal Potensial di Kabupaten Aceh Tamiang
cabang. Cempedak air berakar papan dengan Penelusuran jenis tanaman buah lokal me-
panjang 2–5 m. Buah berbentuk silindris sampai nunjukkan bahwa sebagian besar tanaman buah
hampir membulat, kekuningan atau kecokelatan. yang di hutan sudah sangat jarang dijumpai. Pada
Permukaan kulit buah berduri tumpul. Ketika satu lokasi yang dijumpai hanya terdapat satu
dibelah, tampaklah daging buah yang kekuning- populasi yang terdiri atas dua pohon seperti jenis
an. Teksturnya halus dan lunak. Buah beraroma Baccaurea sehingga kelestariannya dapat ter-
harum dan amat manis. ancam. Padahal jenis buah-buahan ini sebenarnya
7. Murbei gunung (M. australis) merupakan perdu mempunyai nilai ekonomi tinggi. Selain bernilai
atau pohon yang tingginya 6–9 m. Daunnya ekonomi, tanaman buah juga berfungsi secara
berbentuk segitiga atau jantung, mudah luruh ekologis sebagai penyerap CO2 serta konservasi
dari rantingnya. Buahnya bergugus, warnanya tanah dan air (Saputri dan Navia 2017). Menurut
cokelat tua kalau sudah masak. Daunnya di- Krismawati (2008), banyak tanaman buah ditebang
gunakan untuk makanan ulat sutera. untuk bahan bangunan sejalan dengan perkem-
8. Jambu keling (S. cumini) berbentuk pohon bangan permukiman, pemekaran kota, dan jalan.
dengan tinggi tanaman 7 m dan diameter batang Hal ini mengakibatkan jenis tanaman buah berupa
27 cm. Bentuk daun lonjong dengan panjang pohon sudah sangat jarang dijumpai dan berstatus
daun 11,5 cm dan lebar 6 cm. Warna bunga langka atau bahkan habis sama sekali.
jambu keling kuning keunguan. Bentuk buah Keberadaan jenis tanaman buah tidak ter-
bulat tak beraturan dan terkadang lonjong lepas dari pemanfaatannya oleh manusia. Semakin
dengan warna hitam keunguan. Rasa buah tua banyak yang memanfaatkannya seharusnya dapat
asam kelat sedikit manis. Buah ini mulai ber- dilakukan suatu upaya pelestariannya di alam. Hal
buah pada bulan Juli. ini telah dilakukan oleh sebagian masyarakat di
9. Tampoi (B. macrocarpa) berupa pohon dengan sekitar KEL Kab. Aceh Tamiang. Beberapa jenis
tinggi hingga 27 m. Kadang-kadang berbanir tanaman sudah dilakukan budi daya di sekitar
2019 Karakterisasi Tanaman Buah Lokal di Kawasan Ekosistem Leuser: Z.I. Navia Et al. 63

perkebunan masyarakat dan pekarangan rumah (2015), buah kuweni memiliki keunggulan tahan
seperti jenis kuweni, mancang, dan durian merah. terhadap hama ulat buah dan kemasaman tanah.
Hasil penelitian Navia et al. (2017) terhadap Mancang (M. foetida) memiliki rasa asam
penelusuran tanaman buah pekarangan di Kota manis dan aroma harum. Kandungan senyawa me-
Langsa menyebutkan bahwa masyarakat menanam tabolit sekunder ditinjau dari ekstrak metanol daun
berbagai jenis tanaman buah sesuai dengan kebu- mangga berdasarkan uji fitokimia yaitu senyawa
tuhan. Sumber daya genetik tanaman buah lokal flavonoid, alkaloid, stereoid, polifenol, tanin, dan
potensial di Kab. Aceh Tamiang yang dapat di- saponin sehingga berpotensi sebagai sumber obat-
kembangkan disajikan dalam Tabel 2. obatan (Setiawan et al. 2017). Tanaman mancang
Pohon kuweni sebagian besar dijumpai liar dijumpai secara liar dan ada yang telah ditanam
di perkebunan penduduk sekitar KEL serta di- oleh masyarakat di perkebunan dan pekarangan
budidaya di sekitar pemukiman penduduk sebagai rumah. Namun demikian, status konservasi tanam-
tanaman peneduh di Kab. Aceh Tamiang. Kuweni an mancang termasuk jenis tumbuhan langka. Hasil
merupakan jenis mangga yang mempunyai rasa penelusuran Uji (2007) menjelaskan status kelang-
asam manis, aroma harum khas dengan daging kaan mancang saat ini termasuk dalam kategori
buah berserat dan warna kuning muda sampai terkikis atau low risk (LR).
kuning. Terdapat dua jenis bentuk buah kuweni di Durian merah (D. connatus) memiliki aroma
lahan rawa yaitu kuweni laki dan kuweni bini buah tidak menyengat dari durian biasa sehingga
(Noor et al. (2015). Karakter morfologi kuweni laki dapat disukai bagi orang yang tidak menyukai
mempunyai buah oval (agak memanjang), warna aroma durian yang menyengat. Pohon durian ini
kulit lebih cerah, warna harum dan serat lebih halus dapat dijumpai di pekarangan rumah warga di tiga
sedangkan kuweni bini mempunyai buah bundar lokasi yaitu di Kec. Manyak Payed, Kec. Bandar
dengan warna kulit lebih gelap, aroma kurang Pusaka, dan Kec. Tamiang Hulu dan di masing-
wangi, dan serat agak kasar. Kandungan buah masing lokasi hanya ditemukan satu pohon saja.
kuweni sangat beragam yaitu mengandung air Berdasarkan informasi masyarakat, pohon tersebut
79,49%, abu 0,82%, pati 10,76%, serat kasar ada yang berasal dari penjual bibit pohon buah
2,33%, protein 1,02%, lemak 0,15%, karbohidrat yang masuk ke desa, kemudian ada juga yang
18,59%, total gula 11,33%, total asam 3 mg ditanam oleh orang tuanya dan anaknya kurang
KOH/g, vit. C 0,02%, dan kalori 48,41 kal/100 g tahu mengenai asal muasal bibitnya. Masyarakat
(Antarlina 2009). Buah kuweni dapat dikonsumsi menyebut durian merah karena warna bunganya
sebagai buah meja, minuman segar (sari buah), yang merah dan sangat indah saat mekar. Buah
esensi, dodol maupun selai. Kuweni yang berasal durian merah memiliki ukuran buah yang cukup
dari daerah rawa pasang surut Anjir, Kabupaten besar seperti durian bangkok. Buah durian merah
Barito Kuala, Kalsel telah dilepas sebagai varietas disebut ‘lai’ oleh masyarakat Kalimantan. Daging
unggul lokal dengan nama Anjir Batola berdasar- buah berwarna kuning hingga kuning tua atau
kan SK Mentan No 431/Kpts/P.T.240/7/2002 oranye, memiliki tekstur buah kering dengan aroma
(Saleh dan Khairullah 2014). Menurut Noor et al. buah yang tidak menyengat, sehingga cocok bagi
Tabel 2. Pemanfaatan tumbuhan buah lokal potensial.
Nama Lokasi penemuan Pemanfaatan
M. foetida Hutan dan pekarangan Buah dikonsumsi dalam bentuk segar. Pohon buah ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh di
pekarangan rumah warga
M. odorata Hutan dan pekarangan Buah dikonsumsi dalam bentuk segar. Pohon buah ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh di
pekarangan rumah warga
G. atroviridis Perkebunan Buah dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Pengelolaan pascapanen asam gelugur diiris tipis-tipis
kemudian dikeringkan supaya penyimpanannya lebih tahan lama.
D. connatus Pekarangan Buah dikonsumsi dalam bentuk segar.
S. koetjape Perkebunan Buah dikonsumsi dalam bentuk segar dan sebagai campuran rujak aceh.
A. kemando Hutan dan perkebunan Buah dikonsumsi dalam bentuk segar
M. australis Hutan Buah dikonsumsi dalam bentuk segar
S. cumini Hutan dan pekarangan Buah dikonsumsi dalam bentuk segar langsung dimakan atau dibuat manisan.
B. macrocarpa Hutan Buah dikonsumsi dalam bentuk segar.
64 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:57–66

masyarakat yang tidak menyukai aroma durian sebagai buah meja yang dikonsumsi dalam bentuk
yang menyengat. buah segar. Buah tampoi memiliki potensi yang
Buah sentul (Boh Seutui) memiliki rasa buah cukup tinggi yang didukung dari nilai gizi yang
asam manis sehingga berpotensi untuk diolah men- mengantung nutrisi yang baik dan sebagai anti-
jadi manisan. Buah ini dapat dikonsumsi secara se- oksidan (Tirtana et al. 2013). Buah ini juga me-
gar sebagai buah meja, manisan, dan sebagai cam- miliki nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat se-
puran rujak aceh pada masyarakat Aceh. Kandung- hingga berpotensi untuk dikembangkan dengan
an antioksidan daging buah sentul seperti β-karoten dilakukan upaya budi daya.
dan substansi bioaktif flavonoid dalam jumlah
besar, yaitu 6,5 millimhos per 100 g buah segar. Status Keberadaan Sumber Daya Genetik Tanaman
Menurut Chutichudet et al. (2008), kandungan Buah Lokal di Kabupaten Aceh Tamiang
bahan tersebut memiliki nilai nutrisi yang dapat Hasil penelitian keragaman sumber daya ge-
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti netik tanaman buah lokal di KEL Kabupaten Aceh
jantung koroner dan sebagai antioksidatif serta Tamiang menunjukkan bahwa jenis-jenis tanaman
antikarsinogenik. Kandungan vitamin C pada da- buah lokal sudah dibudidayakan oleh masyarakat
ging buah sentul juga cukup tinggi, yaitu 14 mg/l00 sebagai tanaman pekarangan. Sebagian yang lain
ml jus buah (Chutichudet dan Chutichudet 2009). masih tumbuh liar di hutan dan berada dalam kasus
Berdasarkan kandungan yang dimiliki buah sentul tidak terperhatikan dan kekurangan data. Beberapa
ini, maka buah tersebut layak untuk dikembangkan jenis tanaman buah yang ditemukan di lokasi
sebagai tanaman buah potensial. penelitian telah terekam status konservasi menurut
Buah cempedak air (A. kemando) memiliki International Union for Conservation of Nature
rasa manis dengan ukuran buah lebih kecil dari- (IUCN) yaitu sentul (S. koetjape) berstatus paling
pada jenis cempedak pada umumnya. Masyarakat tidak diperhatikan (least concern) (Barstow 2018)
mengonsumsi buah cempedak air dengan cara di- dan kuweni (M. odorata) kekurangan data (data
makan sebagai buah meja saat telah matang. deficient) (WCMC 1998a). Status konservasi
Buah jambu keling/jamblang (S. cumini) di- tanaman mancang (M. foetida) termasuk jenis tum-
konsumsi masyarakat sebagai manisan dan dikon- buhan langka (WCMC 1988b). Hasil penelusuran
sumsi langsung. Masyarakat Aceh sangat mengge- Uji (2007) menjelaskan status kelangkaan mancang
mari buah ini, yang dikonsumsi dengan cara di- (M. foetida) saat ini termasuk dalam kategori
campur dengan garam, gula, dan cabe rawit ke- terkikis (LR).
mudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Konservasi dan pengembangan keragaman
Rasa kelat yang dimiliki akan berkurang dan jenis tanaman buah sangat penting dalam penye-
manisan buah jambu keling lebih segar untuk di- diaan sumber genetik tanaman guna mendukung
nikmati. Buah yang telah matang digunakan untuk ketahanan pangan. Keanekaragaman jenis dan plas-
minuman, manisan, atau selai di Kabupaten Bintan ma nutfah buah-buahan lokal asli Indonesia yang
(Zurriyati dan Dahono 2016), sedangkan menurut cukup besar sangat penting dilakukan terutama
Sagrawat et al. (2006) semua bagian tanaman sebagai modal dasar pengembangan tanaman buah
jambu keling terutama bijinya dapat digunakan seperti pemuliaan tanaman. Inventarisasi keaneka-
untuk pengobatan diabetes mellitus. ragaman jenis buah-buahan asli Indonesia perlu
Buah murbei gunung (M. australis) biasa dilakukan agar dapat dimanfaatkan, khususnya
juga disebut buah beri hutan oleh masyarakat se- dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas
tempat. Buah ini tumbuh liar di sekitar perkebunan buah-buahan asli Indonesia sehingga dapat me-
masyarakat dan belum dilakukan budi daya. Buah nambah dan meningkatkan usaha penganekara-
murbei hingga saat ini pemanfaatannya untuk kon- gaman jenis buah-buahan yang dapat dimakan di
sumsi secara langsung dalam bentuk segar. Buah Indonesia (Uji 2007). Suatu proses dalam mem-
murbei berpotensi untuk diolah menjadi manisan, bentuk varietas unggul yang diperlukan yaitu varie-
selai, dan sirup murbei. tas lokal sebagai tetua karena bersifat adaptif ter-
Buah tampoi (B. macrocarpa) memiliki rasa hadap lokasi yang spesifik, sehingga dapat diman-
manis jika sudah matang. Buah ini dimanfaatkan faatkan sebagai sumber genetik dalam perbaikan
2019 Karakterisasi Tanaman Buah Lokal di Kawasan Ekosistem Leuser: Z.I. Navia Et al. 65

atau pembentukan varietas unggul baru dengan an Albian Mubarak, Wendi Noverian, Muhammad
sifat-sifat yang diinginkan (Rais 2004). Azli Ritonga, Ricky Hadi Pranata, Fajaruddin,
Tanaman buah-buahan lokal yang memiliki Karmiati, dan masyarakat di Kab. Aceh Tamiang.
status langka seperti buah tampoi dan cempedak air
memiliki potensi yang besar dalam rangka
DAFTAR PUSTAKA
pengembangan tanaman buah-buahan Indonesia
sebagai sumber pangan potensial. Tanaman buah Ajesh, T.P., Naseef, S.A.A. & Kumuthakalavalli, R. (2012)
lokal tersebut dapat dijadikan sebagai komoditas Ethnobotanical documentation of wild edible fruits
buah unggulan sehingga menjadi sumber devisa used by Muthuvan tribes of Idukki, Kerala-India.
bagi negara, khususnya pendapatan daerah Kabu- International Journal of Pharmacy Biology Science, 3
paten Aceh Tamiang. Untuk itu, perlu dilakukan (3), 479–487.
Antarlina, S.S. (2009) Identifikasi sifat fisik dan kimia
suatu upaya konservasi dalam rangka penyelamat-
buah-buahan lokal Kalimantan. Buletin Plasma
an tanaman buah lokal baik di habitat alaminya (in Nutfah, 15 (2), 80–90. doi: 10.21082/blpn.v15n2.2009.
situ) maupun secara ex situ agar tidak menjadi p80-90.
punah, yakni dengan cara menjaga, memelihara, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi
menambah populasi, dan membudidayakannya. dan Sumber daya Genetik Pertanian (BB Biogen)
(2013) Panduan inventarisasi dan koleksi sumber daya
genetik tanaman di Indonesia. Bogor, Badan
KESIMPULAN Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Barstow, M. (2018) Sandoricum koetjape. The IUCN red
Hasil eksplorasi tanaman buah-buahan lokal list of threatened species 2018: e.
di KEL Kabupaten Aceh Tamiang diperoleh se- T61803664A61803682. doi: 10.2305/ IUCN.UK.2018-
1.RLTS.T61803664A61803682.en.
banyak 55 jenis, 29 marga, dan 20 famili. Tanaman
Brahma, S., Narzary, H. & Basumatary, S. (2013) Wild
buah lokal yang memiliki potensi untuk dikem- edible fruits of Kokrajhar District of Assam, North-
bangkan di Kab. Aceh Tamiang terdapat 9 jenis, East India. Asian Journal of Plant Science and
yaitu mancang (M. foetida), kuweni (M. odorata), Research, 3 (6), 95–100.
asam gelugur (G. atroviridis), durian merah (D. Chahal, G.S. & Gosal, S.S. (2003) Principles and
conatus), sentul (S. koetjape), cempedak air (A. procedures of plant breeding. India, Alpha Science
kemando), murbei gunung (M. australis), jambu International Ltd.
Chutichudet, B. & Chutichudet, P. (2009) Control of skin
keling (S. cumini), dan tampoi (B. macrocarpa). colour and polyphenol oxidase activity in santol fruit
Pemanfaatan buah lokal saat ini hanya dikonsumsi by dipping in organic acid solution. Pakistan Journal
dalam bentuk buah segar dan beberapa diolah men- of Biological Sciences, 12 (11), 852−858. doi:
jadi manisan. Buah-buahan lokal memiliki potensi 10.3923/pjbs.2009.852.858.
yang tinggi sebagai sumber daya genetik dalam Chutichudet, B., Chutichudet, P. & Kaewsit, S. (2008) An
mendukung ketersediaan pangan fungsional. Pe- analysis on quality, colour, tissue texture, total soluble
manfaatan buah-buahan lokal dapat menjadi nilai solid content, titratable acidity, and pH of santol fruits
(Sandoricum koetjape [Burm.f.] Merr.) Pui Fai
tambah bagi tanaman buah lokal tersebut. Status cultivar, grown in Northern Thailand. Pakistan
konservasi tanaman buah lokal yaitu sentul (S. Journal of Biological Sciences, 11 (10), 1348−1353.
koetjape) berstatus paling tidak diperhatikan/least doi: 10.3923/pjbs.2008.1348.1353.
concern (LC) dan kuweni (M. odorata) kekurangan Deshmukh, B.S. & Waghmode, A. (2011) Role of wild
data/data deficient (DD), mancang (M. foetida) edible fruits as a food resource: Traditional
berstatus kategori terkikis low risk (LR). knowledge. International Journal of Pharmacy and
Life Sciences, 2 (7), 919−924.
Hamidon, H., Susanti, D., Taher, M. & Zakaria, Z.A.
UCAPAN TERIMA KASIH (2017) Garcinia atroviridis–A review on
phytochemicals and pharmacological properties.
Penelitian ini didanai dari Kementrian Riset, Marmara Pharmaceutical Journal, 21 (1), 38−47. doi:
10.12991/marupj.259879.
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi skema Peneliti- Hendaru, I.H., Hidayat, Y. & Ramdhani, M. (2017)
an Dosen Pemula Tahun Anggaran 2018. Terima Karakter morfologi tujuh aksesi pisang dari Maluku
kasih disampaikan kepada Tim Pembantu Lapang-
66 Buletin Plasma Nutfah Vol. 25 No. 2, Desember 2019:57–66

Utara. Buletin Plasma Nutfah, 23 (1), 13–22. doi: Indonesia Ke-12. Padang, 15–17 September 2017,
10.21082/blpn.v23n1.2017.p13-22. hlm. 790–799.
Hidayat, S. & Astuti, I.P. (2009) Potensi dan koleksi cauli- Setiawan, E., Setyaningtyas, T., Kartika, D. & Ningsih,
flora di Kebun Raya Bogor. Dalam: Muchtaromah, B., D.R. (2017) Potensi ekstrak metanol daun mangga
Irawan, B., Minarno, E.B., Suheriyanto, D., Suyono & bacang (Mangifera foetida L.) sebagai antibakteri
Ismail, M. (editor) Prosiding Seminar Nasional terhadap Enterobacter aerogenes dan identifikasi
Biologi XX dan Kongres PBI XIV UIN Maliki. Malang, golongan senyawa aktifnya. Jurnal Kimia Riset, 2 (2),
24–25 Juli 2009, hlm. 642–647. 108–117. doi: 10.20473/jkr.v2i2.5753.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) Setyowati, F.M. (2003) Hubungan keterikatan masyarakat
(2001) Red listcategories and criteria version 3.1. Kubu dengan sumber daya tumbuh-tumbuhan di Cagar
Switzerland, International Union for Conservation of Biosfer Bukit Dua Belas Jambi. Biodiversitas, 4 (1),
Nature, Spesies Survival Commission. 47−54.
Kartawinata, K. (1977) Beberapa catatan tentang cara-cara van Steenis, C.G.G.J. (1950) The technique of plant
pembuatan dan pengawetan herbarium. Frontir, 7, 51– collecting and preservation in the tropic. Flora
59. Malesiana, 1 (1), xv–xx.
Krismawati, A. (2008) Eksplorasi dan karakterisasi buah Tirtana, E., Idiawati, N., Warsidah & Jayuska, A. (2013)
spesies kerabat mangga di Kalimantan Tengah. Buletin Analisa proksimat, uji fitokimia, dan aktivitas
Plasma Nutfah, 14 (2), 76–80. doi: 10.21082/ antioksidan pada buah tampoi (Baccaurea macro-
blpn.v14n2.2008.p76-80. carpa). Jurnal Kimia Khatulistiwa, 2 (1), 42–45.
Navia, Z.I, Suwardi, A.B. & Saputri, A. (2017) Uji, T. (2007) Keanekaragaman jenis buah-buahan asli
Penelusuran ragam jenis tanaman buah pekarangan Indonesia dan potensinya. Biodiversitas, 8 (2), 157–
sebagai sumber nutrisi bagi masyarakat di Kota 167.
Langsa, Aceh. Dalam: Agustien, A., Syaifullah, Walujo, E.B. (2011) Sumbangan ilmu etnobotani dalam
Pitopang, R.P., Nurainas, Ilyas, S. & Kurniawan, R. memfasilitasi hubungan manusia dengan tumbuhan
(editor) Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas dan dan lingkungannya. Jurnal Biologi Indonesia, 7 (2),
Ekologi Tropika Indonesia Ke-4 dan Kongres 375–391.
Penggalang Taksonomi Tumbuhan Indonesia Ke-12. Wardana, H.D. (2002) Pemanfaatan plasma nutfah dalam
Padang, 15–17 September 2017, hlm. 774–782. industri jamu dan kosmetika alami. Buletin Plasma
Noor, M., Saleh, M. & Subagio, H. (2015) Review: Potensi Nutfah, 8 (2), 84–85.
keanekaragaman tanaman buah-buahan di lahan rawa Winarno (2000) Kebijakan pemerintah dalam pengem-
dan pemanfaatannya. Prosiding Seminar Nasional bangan hortikultura Indonesia. Prosiding Seminar
Masyarakat Biodiversiti Indonesia, 1 (6), 1348–1358. Sehari, Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional: Meng-
Rais, A.S. (2004) Eksplorasi plasma nutfah tanaman gali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman
pangan di Provinsi Kalimantan Barat. Buletin Plasma Hortikultura Menuju Ketahanan Pangan. Bogor, Pusat
Nutfah, 10 (1), 24−27. doi: 10.21082/ Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Bogor, hlm. 9–15.
blpn.v10n1.2004.p23-27. World Conservation Monitoring Centre (WCMC) (1998a)
Rugayah, Retnowati, A., Windadri, F.I. & Hidayat, A. Mangifera odorata. The IUCN red list of threatened
(2004) Pengumpulan data taksonomi. Dalam: apecies 1998: e.T31401A9630399. [Online] Tersedia
Rugayah, Widjaja, E.A. & Praptiwi (editor) Pedo-man pada: http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.1998.
Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Bogor, RLTS.T31401A9630399.en [Diakses 5 Januari 2019].
Pusat Penelitian Biologi, LIPI, hlm. 5–42. World Conservation Monitoring Centre (WCMC) (1998b)
Sagrawat, H., Mann, A.S. & Kharya, M.D. (2006) Mangifera foetida. The IUCN red list of threatened
Pharmacological potential of Eugenia jambolana: A species 1998: e.T31392A9625288. [Online] Tersedia
review. Pharmacogosy Magazine, 2 (6), 96–105. pada: http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.1998.RLTS.
Saleh, M. & Khairullah, I. (2014) Sumber daya hayati T31392A9625288.en [Di-akses 1 Maret 2019].
tanaman hortikultura di lahan rawa. Dalam: Mukhlis, Yuliawati, N.W.P., Wiraatmaja, I.W. & Yuswanti, H.
Noor M, Alwi M, Thamrin M, Nursyamsi D, Haryono (2016) Identifikasi dan karakterisasi sumber daya
(editor) Biodiversiti Rawa: Eksplorasi, Penelitian dan genetik tanaman buah-buahan lokal di Kabupaten
Pelestarian. Jakarta, IAARD Press, hlm. 38–65. Gianyar. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 5 (3),
Saputri, A. & Navia, Z.I. (2017) Keanekaragaman jenis 297−309.
tanaman ekonomis berfungsi ekologis di Kawasan Zurriyati, Y. & Dahono (2016) Keragaman sumber daya
Ekosistem Leuser, Kabupaten Aceh Tamiang. Dalam: genetik tanaman buah-buahan eksotik di Kabupaten
Agustien, A., Syaifullah, Pitopang, R.P., Nurainas, Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Buletin Plasma
Ilyas, S. & Kurniawan, R. (editor) Prosiding Seminar Nutfah, 22 (1), 11–20. doi: 10.21082/
Nasional Biodiversitas dan Ekologi Tropika Indonesia blpn.v22n1.2016.p11-20.
Ke-4 dan Kongres Penggalang Taksonomi Tumbuhan

Anda mungkin juga menyukai