Anda di halaman 1dari 5

Tema : Sahabat, cinta, dan perjuangan

Genre : Romance, melo, dan Komedi

Tokoh : Kiara : Cewek ambisiun terhadap cita-citanya, penyayang, dan selalu menjadi
tempat curhat Hana, penasehat, namun tidak berani memperjuangkan cinta.

Hana : Cewek penyayang, baik hati, lemah dan plin plan, suka menolong, tapi berani
memperjuangan cintanya.

Yohanes (Yohan) : Cowok multi talent, ramah, terkenal suka membaperin cowok.

Yohanes (Yoh) : Fuck boy, tegar, suka traveling, dan mudah bergaul sama
semua orang.

Robert : Cowok lemot, pemalas, benalu, dan tidak pernah dapat


menyelesaikan apa yang dia rencanakan.

Premis : Kiara mencintai yohanes dan dia ingin Yoh mengetahu perasaannya tapi Yoh
ternyata sudah memiliki pacar.

Hana tau Yohan sudah menganggap dia sebagai adiknya dan ingin membuang
perasaannya kepada Yohan tapi sikap dan perbuatan Yohan sekan-akan memberinya
harapan demi harapan dan membuatnya tak bisa lepas.
BAB I

Jadi pergi tidak..?

Pesan singkat itu terpampang dilayar handphone Kiara. Pesan dari Hana itu jadi
mengingatkan dia bahwa malam ini dia dan Hana telah berjanji jalan bareng. Kiara melihat
keluar, hujan masih menghujam bumi meski hanya rintik-rintik biasa, tapi tetap saja dia akan
basah jika nekat berjalan lama dibawah hujan. Matanya berpaling menatap sekelilingnya,
semua mata rekan-rekan kerjanya tertuju pada dia.

“Kenapa?” Tanyanya entah kepada siapa. “Kok kalian ngelihatin aku segitunya?”

Teman-temannya saling menatap, Kiara jadi bingung. Astaga! Dia menepuk jidatnya
merasa bodoh, pesan itu jadi mengalihkan pikirannya dan membuatnya tidak fokus pada apa
yang dia lakukan sekarang.

“Mmmm kayaknya latihannya sudah fiks deh.” Kata Kiara takut-takut karena dia
mengambil keputusan sepihak. “Atau ada mau diulang sekali lagi?” Tanyanya sedetik
kemudian. Arghh... kelemahannya adalah tidak berani mempertahankan keputusannya.

Mereka baru saja latihan musik untuk ibadah di Gereja besok, dan biasanya Kiara
selalu berulang-ulang menyanyikan lagu yang sama sampai semua unsur musik menyatu dan
suaranya mampu mengikuti setiap nada-nada.

“Memangnya kamu mau kemana sih, kok dari tadi kelihatannya terburu-buru banget.”
Suara Steven terdengar tidak bersahabat. Pemain bass yang satu ini memang paling ditakuti
Kiara karena cara pembawaanya dirinya yang tegas dan sedikit kasar.

“Mmm..”

“Kalaupun kamu mau pergi kayaknya nggak bisa deh, kan masih hujan.” Sahut Agus
pemain piano yang super lembut dan sangat dewasa.

“Udah ulang aja sekali lagi, nggak usah peduliin Kiara, aku tau dia mau jalan sama
pacarnya.” Erik yang memegang sound system ikut memperparah suasana, dasar teman satu
kelas yang tidak pernah mendukungnya.

Semua mata menuntut ketegasan dari Kiara, latihan musik mereka akan diulang sekali
lagi atau dia berhenti dengan hasil yang sudah memuaskan bagi Kiara namun masih kurang
bagi pemain musiknya.

Waktu memang akan berlalu, tapi waktu tidak akan pernah habis, jika hari ini tidak
mungkin lain kali bisa.

“Baiklah, kita ulang sekali lagi.”


Semua pemain musik siap sedia pada alat musik yang dipegang masing-masing.
Nada-nada mulai terdengar halus memenuhi ruangan kedap suara itu dan suara Kiara
menyambut nada-nada indah itu.

Aku baru selesai latihan Ibadah Han, gimana dong?

Kiara melirik jam tangannya, 13 menit lagi tepat pukul 20.00 malam, dan dipikiran
Kiara sudah terlalu malam jika harus keluar, karena tepat jam 10.00 asrama tempat dia
tinggal sudah ditutup.

Gapapa, lanjut aja. Tapi malam ini kamu nginap di kost aku ya.

Kiara berfikir sejenak, menginap di kost Hana?

Baiklah, kalau begitu kita jadi keluar. Uhh seruu banget nih.

Rafika berlari dengan semangat, sangkin semangatnya langkahnya malam berbalik


spontan dan tubuhnya terjatuh ke belakang.

“Astaga Kiaaa...kiaa..., gimana sih, bisa jalan yang bener nggak sih?”

Kiara mengerang kesakitan dan berusaha untuk berdiri.

Yohanes? Teriaknya dalam hati, mata mereka bertemu sangat dekat, mata yang selalu
Kiara ingin hindari selama dia hidup. Astaga kenapa dia harus menabrak Yohanes?!

Kiara tersenyum kikuk, sementara Yoh memberi tatapan meledek padanya.

“Jalan itu yang bener dong Ki, buru-buru banget ya sampai jalan aja udah kayak
motor balap.”

“Maaf, maaf Yoh, nggak kelihatan soalnya.” Kata kiara sedetik kemudia menyesali
ucapannya.

“Hah? Aku segede ini nggak bisa kamu lihat? Hahaha.”

Kiara menepuk jidatnya, dan astaga! Bagaimana bisa tawa Yoh bisa terdengar begitu
nyaman ditelinganya. Jarang-jarang dia mendengar Yoh tertawa, dan hari ini saat dia
mendengar tawa anak yang sangat dikaguminya itu dia hampir melayang mendengar
merdunya tawa itu. Arghhh segila itu kah orang yang sedang jatuh cinta!

“Hehehe.. bukan gitu Yoh, tapi beneran tadi aku nggak lihat kamu, mungkin karena
aku terburu-buru ya jadi asal nerobos gitu aja.”

“Oh iya ya, kemungkinan besar seperti itu. Ya udah, karena kamu terburu-buru mari
kita berpisah satu sama lain.”

Kiara akhirnya memberanikan diri menatap Yoh. Berpisah? Kiara mengangguk-


angguk tersenyum kemudia pergi meninggalka Yoh. Setelah melewati Yoh sambil terus
berjalan dia mengigit birbir bawahnya, menahan rasanya yang amat sesak dihatinya. Sampai
kapan rasa dihati ini akan seperti ini? Tanya Kiara pada hatinya sendiri.

***

“Kok ada dua motor?” Tanya Kiara melihat motor yang terparkir di depan Kost Hani.

“Karena hari ini kita double date.” Kata Hani kegirangan. Wajah anak itu bersemu-
semu, jatuh cintanya berlum berakhir juga!

Kiara menatap tajam Hani, double date! Kiara tau Hani akan bersanding dengan
Alvena, tapi Kiara?!

“Aku_”

“Kamu sama Robert!”

“Hah!”

“Nggak papakan? Anaknya asyik kok. Tenang aku pastiin nanti dia bakalan buat
kamu tertawa sepanjang jalan.”

“Haniii....?” Kiara masih tida percaya, dia hanya bisa bengong setelah melihat dua
cowok yang akan jalan bersama mereka malam ini.

“Eh kalian, udah datang aja.” Hani berjalan mendekati kedua cowok itu. Dia
mengambil satu kunci motor dari dalam tasnya dan memberikannya kepada robert.

Disana kedua cowok itu berdiri dengan cool, Alvena, si babi cina dengan sebutan
sayang hani menarik lengan Hani membawanya ke parkiran kost. Sebelum pergi Hani
melirikku dengan mengedipkan satu matanya.

Astaga! Hani, bisa-bisanya dia merencanakan semua ini!

Robert berdiri kikuk disana, sesekali melihat sambil senyum dan sepertinya dia tidak
akan bereaksi sebelum aku yang memulainya.

Aku berjalan pelan kearahnya. “Mmm... bisa bawa motor kan?” Tanya ku basa-basi.

“Bisa.”

“Oke, kalau gitu kamu yang bawa motornya.” Aku

Hana kembali dengan senyuman yang mengembang bahagia. Tak bisa dibohongi
bahwa hari ini hatinya begitu bahagia. Siapa memang yang tidak bahagai jika menghabiskan
waktu satu harian dengan orang yang kita sayangi. Hah.... Hana menghele nafas legah sambil
duduk ditepi kasurnya. Senyum benar-benar tidak bisa hilang, sampai Kiara yang sedang
rebahan dikasur yang berseblahan dengan Hana menatapnya menyipitkan mata bingung.
“Jalan kemana aja tadi?” Tanya Kiara untuk sekedar basa basi, karena sebenarnya
tanpa bertanya juga dia sudah tau kemana sahabatnya itu pergi. Ini buka fenomena pertama
kali dia jalan dengan cowok yang disukainya tapi mengapa Hana seperti jatuh cinta pertama
kali setiap kali jalan dengan Yohan.

“Mmmm,” Hana menatap langit-langit kamarnya, bayang-bayang dia dan Yohan


mulai dejavu dipikirannya.

Huh! Kiara geleng-geleng, tidak percaya bahwa gadis yang dulu dianggapnya paling
polos didunia ini bisa menjadi budak cinta seperti ini. “Semoga aku tidak mengalami keadaan
yang menyakitkan seperti mu.” Suara Kiara menyusp lembut namun menghantam hatinya.

“Apa?!”

“Nggak, aku nggak ngomong apa-apa.”

“Aku dengar loh ya kamu ngomong barusan.”

Wajah Kiara kini sedatar layar hp yang sedang menampilkan toko belanja online yang
sedang di scrool sejak tadi. Bagus jika Hana dengar apa yang dia katakan, karena jika tadi
Hana tidak mendengarnya dia tidak akan mengulanginya meski dia ingin Hana bisa
mendengarnya.

“Trus kenapa?”

“Mmm.. tidak kenapa jua.” Hana tersenyum lembut, karena dia tidak tau bagaimana
caranya marah atau tersinggung dengan sahabatnya ini. “Jangan lupa kamu juga sedang jatuh
sejatuh jatuhnya pada cinta.”

Mata Kiara langsung memelototi Hana. Senyum manis Hana menyambut wajah
shocknya. Kiara bisa saja mengejeknya sebagai budak cinta belakangan ini, tapi Hana juga
tidak lupa bahwa Kiara juga calon-calon budak cinta selanjutnya setelah dirinya. Bohong
menurut Hana jika Kiara bisa melawan perasaannya jika sekali saja Yoh jalan dengannya.

***

Aku harap kamu tidak lupa dengan kenyataan karena kamu begitu bahagia hari ini?”

Anda mungkin juga menyukai