Perbedaan Mining Contractor dan Mining Owner Company utamanya adalah benefit yg diperoleh

ditentukan oleh nilai kontrak terhadap KPI performance yg disepakati antara kontraktor dan owner.

Setiap nilai kontrak memberi pengaruh yang bervariasi terhadap strategi perusahaan mining contractor
untuk survive. Untuk terus tumbuh, mining contractor hampir tidak merasakan impact positive dari
kenaikan harga market komoditas. Sehingga pada umumnya pada Mining Owner Company, profit akan
berkorelasi negative atau berkebalikan dari fluktuasi haul distance. Apakah demikian halnya dengan
Mining Contractor?

Perusahaan Mining Contractor memiliki jenis kontrak yang bervariasi dengan owner company masing-
masing2. Misalnya:

- Nilai kontrak terhadap Over burden removal

- Nilai kontrak terhadap coal loading
- Nilai kontrak terhadap coal hauling
- Nilai kontrak terhadap penambahan jarak hauling
- Nilai kontrak terhadap benefit yang diterima mining owner company; namun sepertinya hal ini
jarang terjadi
- Nilai kontrak terhadap fuel ratio kompensasi
- Nilai kontrak variasi project, seperti pembuatan control box, water quality maintenance, slope
stability project, dll

Dari beberapa jenis nilai kontrak, perlunya memahami pendekatan korelasi untuk menentukan jarak
optimum yg digunakan untuk mendapat profit yg maximum. Kembali lagi bahwa jarak sangat menentukan
biaya operasi tambang terbuka. Lalu jika mining contractor memiliki nilai kontrak positive terhadap
produksi, jarak dan fuel., bukan berarti profit yg maximum selalu berada pada jarak yg maximum.
Kuncinya adalah bagaimana resources yg dimiliki dapat mempengaruhi pencapaian produksi dan revenue.
Contoh korelasi terlampir bisa dibuat untuk memahami karakteristik KPI produksi terhadap profit atau
EBT (Earn Before Tax) pada Mining Contractor Company. Summary dari data korelasi tersebut
menunjukkan bahwa:

1. Data collective monthly maupun data daily performance memiliki korelasi yang mirip terhadap
profit/ EBT
2. Revenue sangat berpengaruh terhadap profit yg diperoleh daripada operational cost terhadap
profit; focus lah pada pencapaian revenue. Tentu menekan operational cost adalah Bahasa lain
untuk meningkatkan profit. Pada beberapa perusahaan tambang yg sudah mature dan sudah
comply dengan GMP, biaya operasional adalah biaya yg memang harus keluar dengan ratio $/Bcm
yg optimal sehingga fluktuasinya tidak significant berkorelasi dengan pencapaian profit. Jika ada
effort besar yg harus dilakukan, focus lah pada peningkatan revenue. Misalnya peningkatan OB
produksi dan coal loading dengan peningkatan utilisasi dan productivity.
3. Coal loading dan OB produksi memiliki prioritas berikutnya sebagai KPI kontrak penyumbang
profit, dimana semakin tinggi produksi OB dan coal maka akan semakin tinggi profit yg akan
diperoleh. Untuk OB dan coal produksi pada kasus ini in-line dengan peningkatan nilai revenue.
4. Untuk KPI lainnya dalam hal ini fuel consumption, dan hauling distance tidak memiliki korelasi
yang sangat kuat < 50% terhadap profit. Dalam arti lain, fuel consumption dan distance adalah KPI
business proses yang fluktuasinya mengikuti strategy pencapaian produksi terhadap resources yg
dimiliki. Dalam beberapa contoh kasus seperti fluktuasi kapasitas hauler dan loader yang
dipengaruhi oleh physical atau mechanical availability akan men-drive distance terhadap
kapasitas pencapaian produksi. Terlampir chart skema Analisa distance terhadap potential profit
dalam kondisi PA equipment tertentu, dimana terdapat titik equilibrium atau optimal distance
terhadap profit dan production yang mungkin dihasilkan dalam setiap kondisi equipment.
5. Fuel ratio memiliki korelasi negative; fuel ratio semakin kecil, maka profit potential akan semakin
besar.
Overall summary case kontrak seperti ini adalah:

Fluktuasi dan keputusan menambah atau mengurangi haul distance bisa dilakukan dalam context
pencapaian produksi sebagai potensi penyumbang revenue dan profit terbesar. Dengan memaksimalkan
utilisasi dan productivity equipment untuk mencapai produksi yang maksimum.