Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN


AKIBAT USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN
EDY NUGROHO SANTOSO
DIREKTUR PENGENDALIAN KERUSAKAN LAHAN

Merakurak, Tuban Ngoro, Mojokerto Pesanggaran, Banyuwangi


• Peta kerja bersama
• Lokasi prioritas
• Indikator keberhasilan

• Publikasi tindakan yang akan dilakukan


• Menunjukan komitmen bersama

• Masyarakat menerima manfaat


• Masyarakat berfungsi sebagai “penjaga” hasil pemulihan
• Kerjasama antar berbagai kewenangan
Reklamasi:
• Penyediaan bibit tanaman.

MASYA
RAKAT
• Penanaman
• Pemeliharaan

• Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan


dilaksanakan dengan baik
PERKEMBANGAN BUKAAN TAMBANG
LUAS BUKAAN TAMBANG (HA)
900.000
800.000
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020
TOTAL BERIZIN
TANPA IZIN Linear ( BERIZIN )
Linear ( TANPA IZIN )

Penambahan Luas Bukaan Tambang per Tahun: Undang-Undang 3 Tahun 2020 [Pasal 99 ayat (3) huruf a]:
• Berizin: 14 – 32 ribu ha (rata-rata 25 ribu ha). • Keseimbangan antara lahan yang akan dibuka dan lahan yang
• Tanpa izin: 2,5 - 28 ribu ha (rata-rata 10 ribu ha). sudah direklamasi
PERLU INTERVENSI PERCEPATAN PEMULIHAN BEKAS TAMBANG
• Total: antara 21 – 60 ribu ha (rata-rata 35 ribu ha).
SEBARAN BUKAAN TAMBANG
APL/LUAR KAWASAN HUTAN DALAM KAWASAN HUTAN
NO PROVINSI TOTAL
WIUP IZIN DICABUT NON WIUP SUB TOTAL WIUP IPPKH NON IPPKH IZIN DICABUT NON WIUP SUB TOTAL
5 Provinsi Terluas Bukaan 1 ACEH 665 182 847 847

Tambangnya: 2
3
BALI
BANTEN 55 19
313
306
313
380
2
77
2
77
316
457
• Kalimantan Timur (161.708 ha; 4 BENGKULU 1.612 518 2.130 1.504 810 694 542 2.046 4.176
5 DI YOGYAKARTA 32 32 32
86% berizin) 6 GORONTALO 28 28 208 96 112 208 236

• Kepulauan Bangka Belitung 7


8
JAMBI
JAWA BARAT
3.087
1.832
11.773
1.244
14.860
3.076
561
378
16
86
546
292
1.272
204
1.833
582
16.693
3.658
(154.486 ha; 52% berizin) 9
10
JAWA TENGAH
JAWA TIMUR
216
589
885
2.351
1.101
2.940 622 622
37
752
37
1.374
1.137
4.314
• Kalimantan Tengah (128.564 ha; 11 KALIMANTAN BARAT 11.076 49.750 60.826 4.973 11 4.962 18.660 23.633 84.459
12 KALIMANTAN SELATAN 39.564 13.895 53.458 37.038 30.913 6.125 16.950 53.988 107.446
16% berizin) 13 KALIMANTAN TENGAH 5.281 34.163 39.443 15.157 7.172 7.985 73.964 89.120 128.564
• Kalimantan Selatan (107.446 ha; 14
15
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
101.307
7.095
9.258 8.163 118.728
552 7.647
38.364 35.035
3.098 3.040
3.330
58
2.513 2.102 42.980 161.708
375 3.473 11.121
71% berizin) 16 KEP. BANGKA BELITUNG 52.489 10.638 26.952 90.079 28.340 1.465 26.875 9.476 26.590 64.406 154.486
17 KEP. RIAU 662 9.980 10.642 112 94 18 2.395 2.508 13.149
• Kalimantan Barat (84.459 ha; 18 LAMPUNG 15 77 92 80 80 117 196 289
19 MALUKU 113 75 187 102 82 20 90 192 379
19% berizin) 20 MALUKU UTARA 1.021 168 1.189 3.794 2.555 1.239 68 3.862 5.052
21 NUSA TENGGARA BARAT 1.808 1.613 195 1.808 1.808
22 PAPUA 4 4 1.583 1.541 43 48 1.631 1.635
23 PAPUA BARAT 49 1.107 1.156 10 10 2.641 2.651 3.807
24 RIAU 97 25.963 26.059 447 447 12.360 12.807 38.866
25 SULAWESI BARAT 19 19 19
26 SULAWESI SELATAN 1.175 643 1.818 1.979 1.908 71 69 2.049 3.867
27 SULAWESI TENGAH 2.832 624 3.456 2.182 1.440 742 120 2.302 5.758
28 SULAWESI TENGGARA 5.530 229 4.927 10.687 4.517 1.794 2.723 441 1.013 5.972 16.659
29 SULAWESI UTARA 724 724 445 356 90 28 473 1.197
30 SUMATERA BARAT 675 893 1.568 275 225 50 475 750 2.318
31 SUMATERA SELATAN 16.675 8.254 24.929 6.471 2.201 4.270 3.256 9.727 34.656
32 SUMATERA UTARA 335 97 432 53 53 484
TOTAL 254.899 20.145 204.329 479.373 154.073 93.620 60.454 12.430 164.415 330.919 810.292
Presiden Republik Indonesia:
“Kita tahu ini adalah bekas pertambangan
emas, kira-kira tahun 90-an. Kemudian tadi kita
telah menanam vegetasi pohon, baik itu buah-
buahan dan spesies-spesies yang lainnya”

“Kita harapkan ini akan dimulai juga di tempat-


tempat yang lain, sehingga perbaikan
lingkungan untuk bekas tambang betul-betul
bisa kita kerjakan dengan baik”

Sintang, 8 Desember 2021

Lokasi Banjir dan Bukaan Tambang

Kerusakan Lingkungan di Sempadan Sungai DAS Kapuas (BNPB)


Bukaan Tambang dan Status Kawasan
Kerusakan Lingkungan:
• Penambangan tanpa izin
• Dalam kawasan
hutan dan WIUP
Daya dukung lingkungan tanpa IPPKH/PPKH
(banjir): (7,5%)
• Pemegang IPPKH/PPKH • Dalam WIUP
(11,5%) berapa yang (penyerobotan)
belum melakukan • Diluar WIUP (20,3%
kewajiban rehabilitasi dan 25,2%)
DAS?
• Izin pertambangan yang
• Penambangan dalam dicabut dan belum
WIUP : keseimbangan reklamasi (1,5% dan
bukaan tambang dan 2,5%)
reklamasi • Bekas tambang di WIUP
yang ditelantarkan (tidak
direklamasi)
3. DAS Dipulihkan
KRITERIA PROVINSI PRIORITAS

Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan


Pertambangan
1. Mencemari sumber air dan pesisir.
2. Perubahan “pola dan debit aliran air
permukaan”.
1. Bukaan Tambang • Alur sungai berubah.
• Debit melebihi kapasitas
sungai/anak sungai.
3. Tanah kritis atau tidak subur.
• Tererosi atau tanah tidak stabil.
• Tercemar.
• Meninggalkan lubang tambang yang
2. Indeks Kualitas Tutupan Lahan tidak ditata/dikelola.
4. Kejadian Banjir 2010-2020 4. Keanekaragaman hayati berkurang.
Bukaan Tambang dan Provinsi Prioritas

Luas daratan Kep. Bangka Belitung = 1.642.000 ha → 154.486 (9,4%) Luas bukaan tambang = 810.292 ha
Luas daratan Kalimantan Timur = 12.726.752 ha → 161.708 (1,3%) Luas bukaan tambang 7 provinsi prioritas = 644.635 ha (80%)
Luas daratan Kalimantan Barat = 14. 680.700 ha → 84.459 (0,6%)

IKTL = Indeks Kualitas Tutupan Lahan


Kerusakan

Vegetasi dan Keanekaragaman Hayati

Air Topografi/Relief

Keamanan dan Estetika


Tanah
Kerusakan
Lahan Basah Buatan
Peraturan Menteri LHK No 5 Tahun 2022 tentang Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pertambangan dengan Menggunakan Metode Lahan Basah Buatan

Pengaturan debit/ Pengendapan atau proses 2 Metode: Tanaman


kecepatan aliran sedimentasi padatan terlarut. • Floating tanaman 1. Menyerap unsur logam (fitoremediasi)
(efektivitas pengendapan • Hutan rawa buatan 2. Biomassa yang mati menambah bahan organik
dan proses pada lahan Tanaman rumput typha
basah buatan) untuk meningkatkan fungsi
pengendapan
Air Asam Tambang
Ada 2 kolam secara 30-50 cm
bergantian untuk
pengambilan endapan Bahan Organik (termasuk Pupuk Kandang)
Pupuk Kandang 1. Menghasilkan asam organik
10 cm 2. Menurunkan konsentrasi sulfat
3. Mengendapkan unsur logam
Bahan Organik 4. Menjerat unsur logam
20-30 cm 5. Menaikkan pH
PEMULIHAN LINGKUNGAN OLEH PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
PEMBANGUNAN LAHAN BASAH BUATAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH PERTAMBANGAN

Sistem Floating Tanaman (PT. Bukit Asam)

Manfaat lain:
Pengomposan dari pemanenan tanaman floating
untuk pemupukan lahan reklamasi
PEMULIHAN LINGKUNGAN OLEH PERUSAHAAN PERTAMBANGAN
PEMBANGUNAN LAHAN BASAH BUATAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH PERTAMBANGAN

Hutan Rawa Buatan (PT. Jorong Barutama Grestom)

pH : 6,7

Manfaat lain:
• Solusi pengolahan dan reklamasi
lubang tambang
• Peningkatan tutupan vegetasi

pH : 4

Lahan Basah Buatan

Gempol
Sebaran Bukaan Tambang dan Status Izin (Jatim)
Pelaksana Pemulihan Kerusakan Lingkungan
Pasal 51 ayat (1) UU 32/2009
Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan hidup.

Pemegang Izin Usaha


Telah diterbitkan IUP
Pertambangan
Diketahui “pelaku
Wilayah penambangan”
Pertambangan IUP berakhir/Dicabut
Identifikasi/
Penegakan Hukum
Pemerintah/
Tidak memiliki IUP Pemerintah Daerah
Tidak diketahui “pelaku
penambangan” Kewenangan

Pasal 121 ayat (1) UU 3/2020


Eks pemegang IUP atau IUPK wajib memenuhi dan menyelesaikan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tahapan Kegiatan
1. Identifikasi kerusakan lingkungan.
2. Pemetaan sosial
3. Penyusunan studi kelayakan (FS)
4. Penyusunan rancangan teknis terinci (DED)
5. Pelaksanaan pemulihan dan pemanfaatan potensi lahan bekas tambang
6. Pembentukan dan/atau penguatan kelembagaan
Pemulihan Bekas Tambang Tanpa Izin di WIUP

Pelaksanaan pemulihan
dilakukan oleh
pemegang Izin dengan
supervisi KLHK
AGROFORESTRI
Lahan bekas tambang batu gunung
KUNINGAN – JAWA BARAT

Pengelolaan oleh BUMDes


Sebelum Penyertaan Modal Dana Desa
Ekowisata
Penanaman:
• Tanaman hutan
• Tanaman buah-buahan

RENCANA PENGEMBANGAN:
Lahan basah buatan untuk pengolahan air limbah ternak
Setelah (gas metan)
RUANG TERBUKA HIJAU
Lahan bekas tambang emas
LANDAK – KALIMANTAN BARAT

Sebelum

RENCANA
PENGEMBANGAN: Setelah
Pembangunan
Tempat Persemaian Penanaman:
(Replikasi Pemulihan) • Tanaman hutan
• Tanaman buah-buahan
KRITERIA
PENGENDALIAN KERUSAKAN LAHAN
(PERTAMBANGAN)
Peraturan Menteri LHK No. 1 Tahun 2021

INDUSTRI PERTAMBANGAN 2020


Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
Pertambangan
UU 32/2009 - PPLH UU 11/2021 - CK UU 4/2009-3/2020 - PMB

IPR
PERENCANAAN PERSETUJUAN LINGK (MENGELOLA LH BERSAMA MENTERI)

PEMANFAATAN BML -KBKL PENGELOLAAN


DAN PEMANTAUAN
PENGENDALIAN PENGAWASAN LINGKUNGAN
PERTAMBANGAN
PEMELIHARAAN PENEGAKAN HUKUM
REKLAMASI –
PENGAWASAN PERLAKUAN TERTENTU PASCATAMBANG
(KESEIMBANGAN LAHAN
DIBUKA-DIREKLAMASI,
PENEGAKAN HUKUM PENGELOLAAN LUBANG BEKAS
TAMBANG)

SUSPENSI
PP 22/2021 - PPPLH (PENANGGUHAN – PENUNDAAN:
DDDTLH)

Kriteria Baku Kerusakan Lahan Akibat Usaha dan/atau Kegiatan


Pertambangan (Ditetapkan dalam Peraturan Menteri)
Perubahan Kriteria Kerusakan Lahan
Permen LH 3/2014 Permen LHK 1/2021
Kriteria Parameter Standar Evaluasi Kriteria Parameter

K1 Peta Rencana Skala 1:2.000 K1 Perencanaan Peta rencana

Aspek Manajemen
Aspek Manajemen

Persetujuan Ada/tidak Data penginderaan Jauh

Kemajuan Luasan Sesuai rencana K2 Realisasi Jadwal

Jadwal Sesuai rencana Kemajuan Luasan

K2 Aktifitas Ada/kontinu Kesinambungan Tahapan


Tidak aktifitas 3 bulan s/d 1 tahun
K3 Stabilitas Geoteknik Potensi longsor
K3 Potensi Longsor Besar/sedang/ kecil
K4 Potensi Batuan Pencemar Upaya Penanganan
K4 Upaya Penanganan Batuan Ada/tidak
Potensi Pencemar K5 Pengendalian Erosi Sarana pengendali erosi
K5 Upaya Pengendalian Erosi Ada/tidak

Aspek Teknis
Kondisi Sarana Pengendali Erosi
Aspek Teknis

Kondisi Sarana Pengendali Memadai/tidak Indikasi Terjadi Erosi


Erosi
K6 Revegetasi dan Potensi Keberhailan revegetasi
Indikasi Terjadi Erosi Ada/tidak Kebencanaan
Sistem Drainase Menuju ke sistem pengendali Resiko terhadap permukiman dan
kualitas air infrastruktur
Ada Potensi Kebencanaan Ya/tidak Risiko terhadap sumber air
KERUSAKAN LAHAN
Komponen Lahan:
• Biosfer dan atmosfer
• Tanah
• Batuan
• Hidrologi
• Relief Tanah Pucuk
• Tumbuhan dan Hewan
TANAH pH TANAMAN
BATUAN
Lahan Terlantar
Erosi Fragmentasi
Longsor

KEHATI
Logam Sempadan
Sumber Air
Sedimentasi

AIR

1 2 3 4 5 6
Potensi Batuan Pengelolaan Area Nilai
Rencana dan Realisasi Stabilitas Geoteknik Pengendalian Erosi Potensi Bencana
Pencemar Konservasi Tinggi

K1-K2 K3 K4 K5 K6
TAHAPAN KEGIATAN

1. Pembersihan Lahan 2. Pengupasan Tanah Pucuk 3. Pengupasan Batuan Penutup

4. Penambangan 5. Penimbunan 6. Reklamasi - Revegetasi


PENILAIAN KRITERIA KERUSAKAN LAHAN (1/5)
No Kriteria/Parameter 10 8 7 6 5 2 0
K1 Perencanaan
1. Peta rencana Skala >1:2000 Skala Skala <1:5000
>1:5000
Data spatial (*.kmz atau *.shp)
Informasi: pengesahan, tahapan kegiatan, interval kontur, pola drainase
2. Data penginderaan jauh Seluruh Tidak ada
(drone) konsesi dan data
periode
penilaian
K2 Realisasi
1. Jadwal Sesuai Tidak sesuai
Rencana
Realisasi luasan per periode penilaian (peta dan tabel realisasi)
Toleransi realisasi >80% (perbandingan dengan rencana kerja tahunan teknis dan lingkungan)
Perubahan jadwal dengan persetujuan instansi teknis
2. Kemajuan Luasan Sesuai Tidak sesuai
Rencana
Realisasi luasan per triwulan (peta dan tabel realisasi)
Realisasi dengan toleransi <10% atau realisasi 90%-110% (perbandingan dengan rencana kerja
tahunan teknis dan lingkungan)
Khusus untuk pembersihan lahan realisasi sama atau lebih kecil dari rencana (<110%)
PENILAIAN KRITERIA KERUSAKAN LAHAN (2/5)
No Kriteria/Parameter 10 8 7 6 5 2 0
K2 Realisasi
3. Kesinambungan Tahapan Ada aktifitas Ditinggal Ditinggal > 1
3-12 bln tahun
Aktifitas termasuk perawatan dinding lereng, > 1 tahun dengan persetujuan Tidak ada persetujuan instansi
penggunaan lahan untuk jalan angkut, pemompaan instansi teknis teknis
di pit atau perawatan kolam.
Data rencana dan realisasi triwulanan
TERIDENTIFIKASI HASIL DRONE - KLARIFIKASI
K3 Stabilitas Geoteknik
Potensi Longsor Kecil Sedang Besar
Kajian geoteknik yang telah disetujui pemerintah. Kajian geoteknik yang telah Ada longsoran >1 jenjang
Sudut kemiringan dan tinggi lereng tunggal atau disetujui pemerintah. Evakuasi alat, perubahan
keseluruhan (overall) sama atau lebih kecil dari Sudut kemiringan (<5 derajat) desain dan insiden
rekomendasi kajian geoteknik. dan tinggi lereng tunggal atau
Memiliki SOP terkait stabilitas geoteknik keseluruhan (overall) <10%
Data monitoring pergerekan lereng menunjukkan dari rekomendasi kajian
dinding lereng stabil geoteknik.
Memiliki SOP terkait stabilitas
geoteknik
Ada longsoran 0,5-1 jenjang
TERIDENTIFIKASI HASIL DRONE - KLARIFIKASI
PENILAIAN KRITERIA KERUSAKAN LAHAN (3/5)
No Kriteria/Parameter 10 8 7 6 5 2 0
K4 Potensi Batuan Pencemar
Upaya penanganan batuan yang Ada Tidak ada
berpotensi pencemar
Ada analisis geokimia dalam dokumen studi/pengkajian Ada indikasi AAT
Ada perencanaan dan pengelolaan batuan pencemar pH < 4,5
Ada perlakuan batuan pencemar (SOP)
Ada sistem pengumpul leachate/seepage/rembesan dari timbunan dan
ada pengolahan di IPAL
TERIDENTIFIKASI HASIL DRONE – KLARIFIKASI
K5 Pengendalian Erosi
1. Sarana Pengendali Erosi Ada Tidak ada
drainase, terasering, guludan, rip rap, drop structure, mulsa, jute net, cover cropping, gabion, kolam sedimen (settling pond,
sedimen trap), atau yang lainnya sesuai dengan kebutuhan per tahapan kegiatan.
2. Kondisi Sarana Memadai Tidak
memadai
Drainase memenuhi kriteria teknis untuk dapat menampung semua air limpasan dan terarah ke dalam IPAL/settling pond.
Ada perhitungan volume air larian permukaan berdasarkan daerah tangkapan hujan (catchment area).
Ada peta pengelolaan air larian permukaan (peta water management).
Drainase dibuat berdasarkan perencanaan dan perhitungan kapasitas air larian
Kolam penangkap sedimen (sediment pond) efektif menangkap sedimen dilihat dari desain fisik lapangan berdasarkan data
perawatan sedimen trap/kolam sedimen (sediment pond) dan jumlah sedimen yang dipindahkan).
Kolam sedimen dibuat berdasarkan perencanaan dan desain disetujui oleh KTT atau pejabat berwenang di perusahaan.
Kapasitas kolam sedimen sesuai dengan volume air larian permukaan berdasarkan perhitungan dan air dalam kolam
terlihat tergenang/tidak mengalir (aliran hanya terlihat di saluran antar kompartemen).
Tanaman penutup (cover cropping) menutupi lebih besar dari 50%.
PENILAIAN KRITERIA KERUSAKAN LAHAN (4/5)
No Kriteria/Parameter 10 8 7 6 5 2 0
K5 Pengendalian Erosi
3. Indikasi erosi Tidak ada Ada
Tidak terdapat longsoran kecil pada lereng Ada longsoran kecil
Galur erosi dengan dimensi lebar < 20 cm dan dalam Galur erosi lebar >20 cm dan dalam >5 cm
< 5 cm
Kerapatan galur erosi sebanyak kurang dari 25% lebar Kerapatan galur erosi >25%
lereng.
TERIDENTIFIKASI HASIL DRONE – KLARIFIKASI
K6 Revegetasi dan Potensi
Kebencanaan
1. Keberhasilan Revegetasi Baik Sedang Buruk
Realisasi luasan revegetasi lebih dari 80%. Realisasi lebih dari 80% Realisasi kurang dari 80%
Performa revegetasi mengalami perubahan negatif Performa revegetasi mengalami Performa revegetasi mengalami
tidak lebih dari 20% (hasil analisis spasial) perubahan negatif 20-50% perubahan negatif lebih dari
50%
2. Risiko terhadap Risiko rendah Risiko tinggi
Pemukiman dan
Infrastruktur Vital
Jarak batas terluar dengan masyarakat memenuhi ketentuan jarak yang Kejadian bencana yang belum ditangani.
direkomendasikan di dalam kajian FS dan dokumen Amdal. Jarak batas terluar dengan masyarakat lebih
Lokasi kegiatan pertambangan yang berbatasan dengan masyarakat dekat dari jarak yang direkomendasikan di dalam
dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat. kajian FS dan dokumen Amdal.
Lokasi kegiatan pertambangan yang berbatasan
Ada SOP mengenai kesiapsiagaan penanganan kebencanaan. dengan masyarakat tidak dilengkapi dengan
fasilitas tanggap darurat
KEBENCANAAN DAN PERLINDUNGAN SUMBER AIR

❑ Kajian kebencanaan
❑ Jarak lokasi kegiatan
dengan pemukiman
/ fasilitas umum
❑ SOP tanggap darurat
bila terjadi bencana
akibat kegiatan usaha
❑ Perlindungan Sumber Air:
monitoring
PENILAIAN KRITERIA KERUSAKAN LAHAN (5/5)
No Kriteria/Parameter 10 8 7 6 5 2 0
K6 Revegetasi dan Potensi
Kebencanaan
3. Risiko terhadap Sumber Risiko rendah Risiko tinggi
Air
Terdapat kajian hidrogeologi. Tidak melakukan pengendalian
Melakukan pemantauan debit air/tinggi permukaan air dan sedimentasi pada sungai, risiko terhadap sumber air
danau, mata air, pantai, sumur pantau, dan sumur masyarakat.
Kondisi tutupan vegetasi pada sempadan sungai, sekitar danau, sempadan pantai, dan
sekitar mata air (>90%).
Tidak mencampur aliran air permukaan dari tambang dengan aliran alami
TERIDENTIFIKASI HASIL DRONE – KLARIFIKASI

PERINGKAT
BIRU MERAH HITAM
Semua tahapan/lokasi tambang Tidak semua tahapan/lokasi tambang tidak potensi rusak Lebih dari 50% dari
tidak potensi rusak semua tahapan/lokasi
Kurang dari 50% dari semua tahapan/lokasi tambang potensi tambang potensi rusak
rusak berat berat

Tidak Potensi Rusak Potensi Rusak Ringan Potensi Rusak Berat


> 80 > 55 dan < 80 < 55
TERIMA KASIH
Telp./Fax YouTube
021-8520886 / 021-8580105 Ditjen PPKL

Twitter Web
@Kementerian LHK https://ppkl.menlhk.go.id

Facebook Instagram
Ditjen PPKL ditjenppkl_klhk

DIREKTORAT JENDERAL
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Anda mungkin juga menyukai