Anda di halaman 1dari 28

KEMENTERIAN PERTANIAN

STRATEGI PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN

DR. Prayudi Syamsuri, S.P, M.Si.


Direktur Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan

Jakarta, 6 Juni 2023


PERCEPATAN PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT
BERKELANJUTAN
Untuk mendukung pekebun, Indonesia menetapkan progam yang masif
dijalankan utk membantu pekebun menghasilkan kelapa sawit yang lebih
berkelanjutan dan lebih berkualitas
PEREMAJAAN SAWIT RAKYAT (PSR)
LUAS SAWIT DAN POTENSI PEREMAJAAN DASAR HUKUM
a. Total luas sawit : 16,38 juta ha. • UU No.39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan;
b. Luas sawit rakyat : 6,94 juta ha. • PP No.24 Tahun 2015 Tentang Penghimpunan Dana Perkebunan;
• Perpres No.66 Tahun 2018 jo. No.61 Tahun 2015 Tentang Penghimpunan dan
c. Potensi peremajaan sawit rakyat: 2,8 juta ha:
Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit;
• Plasma dan swadaya 2,29 juta ha. • Permentan No.18 Tahun 2016 Pedoman Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit;
• Plasma PIRBUN 0,14 juta ha. • Permenkeu No.84 Tahun 2017 Tentang Penggunaan Dana Peremajaan
• Plasma PIR-TRANS/PIR-KKPA 0,37 juta ha. Perkebunan Kelapa Sawit BLU BPDPKS;
• Permentan No. 03 Tahun 2022 Jo. Permentan No. 19 Tahun 2023 Tentang

5 BUMN
% Pemerintah
Pengembangan SDM, Penelitian dan Pengembangan, Peremajaan, serta
Sarana dan Prasarana Perkebunan Kelapa Sawit;
• Peraturan Dirut BPDPKS No. 04/DPKS/2022 tentang Tata Cara Penyaluran dan
0, 8 Juta ha
Penggunaan Dana Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit.
• Kepdirjen Perkebunan No. 189 Tahun 2022 tentang Pengawasan

42
Penyelenggaraan PKSP yang Menggunakan Dana BPDPKS

53 % • Kepdirjen Perkebunan No. 29/Kpts/PI.400/02/2023 Tentang Tata Cara


% Pengusulan, Verifikasi, Jangka Waktu Tententu, dan Penerbitan Rekomendasi
Rakyat
Teknis Peremajaan Kelapa Sawit Pekebun Melalui Kemitraan yang
Perusahaan
Swasta
6,94 Juta ha Menggunakan Dana BPDPKS.

8,64 Juta ha
s.d.
2017 2018 2019 2020 2021 2023 2033

Total Luas Sawit : 16,38 Juta ha 20.780 185.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Target PSR
REALISASI PSR 2017-2023
2017-2023
Target dan Realisasi (ha) • Rekomendasi Teknis : 288.655 Ha
185,000 • Transfer oleh BPDPKS : Rp7,49 Triliun
180,000 180,000 180,000 180,000

50,80%
49,08%
100,000
88,343
91,433

18,72%
15,41%

64,18% 17,79%
34,624 27,737
20,780 8,55%
17,793
13,337 15,377

Sumber : Kementan dan Aplikasi PSR online


2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 Realisasi per 18 Mei 2023
*) Target Dinas
**) Target Surveyor
***) Target Pola 2 (Kemitraan)
PERKEMBANGAN PENANAMAN 2017-2023
Rekomtek (Ha) Chipping (Ha) Tanam (Ha)
59.006

• Rekomtek : 288.655 Ha
• Tumbang Chipping : 221.122 Ha (77,26%)
41.845 41,153
• Tanam : 205.160 Ha (71,68%)

32.552

24.842
24,069
24.602
21.869
18,348
17.280 16.604
15,910
11.393 14,827
12.735 13.511 13,466

9.467 9.708 8,208


8,555
7,436 7.266
5,902 2,209
1.519 4.623
2.678 3,399 2,934 2,063
1.291 950 1,467 1,201 1,841 2,045 2,037
655 8 664 -
ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BABEL BENGKULU LAMPUNG BANTEN KALBAR KALSEL KALTENG KALTIM KALTARA SULBAR SULSEL SULTENG SULTRA PAPUA PAPUA BARAT

Keterangan : Data sampai dengan 18 Mei 2023


PERMENTAN NO.03 TAHUN 2022 Jo. NO.19 TAHUN 2023
Diberikan kepada Pekebun dengan syarat:
a. Tergabung dalam kelembagaan pekebun; dan
b. Memiliki legalitas lahan.

Pemberian Peremajaan
Paling banyak seluas 4 Hektar Per Orang.

Penguasan Tanah
a. Penguasaan tanah dibuktikan dengan sertipikat hak milik (SHM).
b. Dalam hal Pekebun tidak memiliki SHM, dokumen penguasaan tanah dibuktikan dengan
surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah atau dasar penguasaan atas tanah sesuai
dengan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang agraria/pertanahan dan
tata ruang.
c. Dalam hal SHM berbeda dengan identitas Pekebun, dokumen penguasaan tanah dilengkapi
dengan surat keterangan dari kepala desa atau yang disebut nama lain.

Status Lahan
a. Keterangan tidak berada di Kawasan hutan dari unit kerja kementerian yang membidangi
lingkungan hidup dan kehutanan;
b. Keterangan tidak berada di lahan Hak Guna Usaha (HGU) dari kantor pertanahan.

Pengajuan Pengusulan
PERMENTAN 03/2022 PERMENTAN 19/2023 Poktan, Gapoktan, Koperasi atau Kelembagaan Pekebun Lainnya mengusulkan peremajaan
kelapa sawit melalui:
a. Dinas Daerah kabupaten/Kota; atau
b. Ditjen Perkebunan (Kemitraan).
PENGAJUAN USULAN PSR POLA 1 (DINAS KAB)
Dokumen Persyaratan Usulan:
BPDPKS 1. Surat Permohonan;
2. FC KTP  Per orang
Permohonan Terbit Rekomtek 3. Legalitas Kelembagaan Pekebun;
4. Surat keterangan terdaftar di SIMLUHTAN (bagi
Poktan/Gapoktan);
Poktan/
Gapoktan
Dinas Dinas Ditjen 5. Legalitas lahan  Per orang
/Koperasi Kabupaten Provinsi Perkebunan 6. Surat Keterangan (jika dokumen penguasaan tanah berbeda
dengan identitas Pekebun);
Verifikasi Pengecekan Administrasi Pengecekan Administrasi 7. Surat keterangan status lahan (Surat BPN);
8. Surat keterangan status lahan (Surat BPKH);
10. Peta  polygon per Orang
11. RAB;
• Verifikasi meliputi pemeriksaan 12. Rencana kerja;
dokumen (on desk review) dan 13. Surat pernyataan kriteria peremajaan, rencana pembelian benih
pemeriksaan lapangan (on site • Pengecekan terhadap jumlah luas areal dan
kelapa sawit, pelaksana peremajaan dan teknik peremajaan.
review) terhadap dokumen. jumlah Pekebun pada SK CPCL dengan
luasan areal pengusulan dan jumlah
Pengecekan terhadap
• Setelah verifikasi, diterbitkan SK
Pekebun pengusulan pada dokumen materi muatan terhadap
CP/CL oleh Bupati atau Kepala surat pengantar Kadis
keterangan status lahan.
Dinas atas nama Bupati sebagai Prov dengan SK CP/CL
• Pengecekan terhadap kesesuaian
bahan penerbitan Rekomtek. kewenangan penerbit keterangan pada (Jumlah Pekebun dan
dokumen keterangan status lahan (Surat Jumlah Areal).
BPN, Surat BPKH.
PENGAJUAN USULAN PSR POLA 2 (KEMITRAAN)
Dokumen Persyaratan Usulan:
n 1. Surat Permohonan;
unaka
Mengg asi
Aplik 2. FC KTP  Per orang
nline
PS R O 3. Legalitas Kelembagaan Pekebun;
Permohonan Terbit Rekomtek
4. Surat keterangan terdaftar di SIMLUHTAN (bagi
Poktan/Gapoktan);
Poktan/ Ditjen 5. Legalitas lahan  Per orang
Gapoktan
Perkebunan BPDPKS 6. Surat Keterangan (jika dokumen penguasaan tanah berbeda
/Koperasi
dengan identitas Pekebun);
7. Surat keterangan status lahan (Surat BPN);
Perusahaan 8. Surat keterangan status lahan (Surat BPKH);
Surveyor Verifikasi 10. Peta  polygon per Orang
Perkebunan
11. RAB;
12. Rencana kerja;
13. Surat pernyataan kriteria peremajaan, rencana pembelian benih
Perusahaan perkebunan Verifikasi meliputi pemeriksaan dokumen kelapa sawit, pelaksana peremajaan dan teknik peremajaan;
melakukan penelitian dan (on desk review) dan pemeriksaan 14. Perjanjian kerjasama;
memastikan kelengkapan dan lapangan (on site review) terhadap 15. Surat pernyataan perusahaan perkebunan;
kebenaran dokumen usulan dokumen yang dipersyaratan. Setelah 16. Keputusan penilaian usaha perkebunan;
verifikasi, diterbitkan Berita Acara Hasil
Verifikasi dan Daftar CPCL.
Kriteria Perusahaan Perkebunan:
Harus menjalin Kemitraan. Bentuk
1. Keputusan penilaian usaha perkebunan yang masih berlaku
kerjasama Perusahaan
• Surveyor ditunjuk BPDPKS setelah ada permintaan dengan nilai paling rendah kelas III;
Perkebunan sebagai: 2. Unit pengolah hasil sendiri atau memiliki kerjasama dengan PKS
Ditjen Perkebunan;
• Operator pengelolaan; atau • Ditjen Perkebunan menerbitkan Surat Tugas kepada pihak ketiga;
• Avalis. surveyor. 3. Sarana alat berat atau daftar pihak ketiga dalam rangka
peremajaan kelapa sawit;
4. Sumber benih kelapa sawit atau memiliki kerjasama dengan
sumber benih kelapa sawit.
KEPUTUSAN DIRJENBUN NO. 55/KPTS/OT.050/04/2023 TENTANG GUGUS
TUGAS PEREMAJAAN KELAPA SAWIT PEKEBUN
Pembagian Wilayah Gugus Tugas: TARGET GUGUS TUGAS
SELUAS 123.000 HA:
1. Dirat Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka • Aceh 25.000 Ha;
Palma  Aceh; • Sumut 20.000 Ha;
2. Dirat Tanaman Semusim dan Tahunan  • Riau 15.000 Ha;
• Jambi 10.000 Ha;
Riau; • Kalbar 10.000 Ha;
3. Dirat Perlindungan Perkebunan  • Sumsel 15.000 Ha;
• Sulbar 25.000 Ha;
Sumatera Selatan; • Sultra 3.000 Ha.
4. Dirat Perbenihan Perkebunan  Jambi;
5. Dirat PPHP  Sumatera Utara dan
Sulawesi Barat;
6. BBP2TP Medan  Sumatera Utara;
7. BBP2TP Surabaya  Sulawesi Tenggara;
8. BBP2TP Ambon  Sulawesi Barat;
9. BPTP Pontianak  Kalimantan Barat.
TARGET PSR 2023 DENGAN POLA 1 (100.000 ha)
KALTARA
Target 350 ha
SUMUT
Target 12.700 ha KALBAR
Target 8.750 ha
SULTENG
ACEH RIAU
Target 2.550 ha
Target 14.300 ha Target 10.550 ha
PAPUA BARAT
KALTIM Target 500 ha
Target 750 ha
JAMBI
SUMBAR Target 9.500 ha
Target 5.300 ha KALTENG
Target 2.250 ha
SUMSEL P
Target 15.050 ha
BENGKULU BABEL
Target 5.600 ha KALSEL SULBAR
Target 900 ha
Target 2.850 ha Target 1.800 ha
SULTRA
LAMPUNG Target 2.000 ha
Target 2.600 ha SULSEL
Target 750 ha
BANTEN
Target 950 ha

Keterangan:
Target 2023 ada di 20 Provinsi dan 112 Kabupaten
< 5.000 5.000- 10.000 > 10.000
RENCANA TARGET PSR 2023 DENGAN POLA 2 (80.000 ha)

SUMUT
Target 2.224 ha
KALBAR
Target 1.600 ha KALTIM
ACEH RIAU Target 635 ha
Target 250 ha Target 37.636 ha

SUMBAR JAMBI
Target 426 ha Target 6.814 ha
KALTENG
Target 420 ha
P
SUMSEL
Target 28.767 ha

KALSEL
LAMPUNG Target 3.850 ha
Target 2.519 ha

Keterangan:
Dari hasil pendataan Ditjenbun terdapat potensi
kemitraan di 11 Provinsi dan 24 Kabupaten dengan 27
Perusahaan Perkebunan.

< 5.000 5.000- 10.000 > 10.000


POTENSI REKOMENDASI TEKNIS (123.00 Ha)

Keterangan:
Sumber : PSR Online
WILAYAH KERJA GUGUS TUGAS

Keterangan:
Potensi : Usulan yang ada di Aplikasi PSR Online
WILAYAH KERJA GUGUS TUGAS

Keterangan:
Potensi : Usulan yang ada di Aplikasi PSR Online
WILAYAH KERJA GUGUS TUGAS

Keterangan:
Potensi : Usulan yang ada di Aplikasi PSR Online
ISU DALAM PELAKSANAAN PSR

PROSES PENGUSULAN REKOMTEK PROSES PELAKSANAAN PEREMAJAAN

1. Legalitas lahan Pekebun : 1. Kendala dana lanjutan peremajaan karena pekebun tidak
• Terindikasi masuk dalam Kawasan hutan; bankable (kesulitan untuk mendapatkan bantuan kredit
• Terindikasi masuk dalam konsesi HGU perusahaan; perbankan);
2. Masih ada Kantor Pertanahan yang belum mau 2. Terbatasnya vendor pelaksana peremajaan yang
mengeluarkan surat keterangan di luar HGU; kompeten;
3. Kondisi Kebun yang diusulkan ada yang terindikasi kebun 3. Kesiapan benih untuk peremajaan;
non sawit; 4. Blokir dana pada rekening pengusul karena masa PKS 3
4. Kelembagaan Pekebun belum terdaftar dalam pihak sudah habis, sementara pekerjaan peremajaan
SIMLUHTAN atau ada sebagian anggota yang belum selesai;
mengusulkan belum masuk dalam anggota Kelembagaan 5. Pemeriksaan oleh Aparat Penegak Hukum.
Pekebun khususnya pada simluhtan;
5. Keengganan pekebun untuk melakukan peremajaan sawit
karena khawatir kehilangan penghasilan selama fase
TBM;
6. Tidak samanya data SK CP/CL dengan Dokumen usulan.
SIMPUL KRITIS
Dokumen Pengusulan dan Pelaksanaan
• Masih terdapat usulan PSR yang diusulkan bukan kebun sawit;
• Pekebun yang diusulkan sering kali tidak masuk dalam keanggotan kelembagaan Pekebun;
• Identitas Pekebun  KTP belum elektronik (Berpotensi ganda);
• Kelembagaan Pekebun  Untuk poktan atau gapoktan, melibatkan Penyuluh dalam pembentukan dan pendaftaran di
SUMLUHTAN, untuk Koperasi agar Koperasi yang bergerak di bidang usaha perkebunan/pertanian dan berbentuk koperasi primer;
• Legalitas lahan  Berpindahtangan berkali-kali, tidak berbentuk SHM, dikuasai oleh 1 orang;
• Status lahan  Perlu koordinasi yang kuat dengan instansi kehutanan dan pertanahan;
• Gambar lahan/kebun berkoordinat  Gambar/peta kebun per masing-masing pekebun berpoligon;
• Penulisan pada SK CP/CL sering kali tidak sama pada dokumen usulan  Potensi dikembaliikan oleh BPDPKS;
• Untuk jalur kemitraan, Perusahaan Perkebunan terlibat secara aktif dalam pengusulan PSR  Memastikan dokumen sesuai
kebenaran;
• RAB dan rencana kerja  Perhitungan biaya oleh pengurus kelembagaan Pekebun agar sesuai dengan kebutuhan dan biaya riil di
lapangan;
• Pemilihan penyedia jasa pembukaan lahan (tumbang chipping) oleh kelembagaan pekebun  Perlu mempertimbangkan yang
berpengalaman di bidang Perkebunan kelapa sawit;
• Pemilihan penyedia benih oleh kelembahaan pekebun  Perlu memperhatikan pemilihan penyedia dari sumber benih/penangkar
benih yang resmi.
ASPEK HILIR SAWIT INDONESIA:
MENGHADAPI EU DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (EUDR)
STATUS EUDR: Potensi Masalah:
• disahkan oleh Dewan 1. Sistem Tolok Ukur (Country Benchmarking System)  low
Eropa pada 16 Mei 2023 komoditas yang diatur risk, standar risk, high risk. Indikator: capaian negara
dan oleh Parlemen dalam EUDR dilarang menurunkan tingkat deforestasi
Eropa 19 April 2023. masuk ke atau diekspor 2. Persyaratan Geolocation dalm pernyataan uji tuntas (due
dari UE, kecuali: diligence)
a. bebas deforestasi; 1. <= 4 Ha koordinat geografis, >4 Ha polygon
b. telah diproduksi 2. Ketertelusuran hulu – hilir
• EUDR mulai berlaku Juni sesuai dengan 3. Masalah: ratusan data utk sekali pengiriman  biaya
2023. ketentuan legislasi bertambah, atau beralih ke produk lain,
• implementasi: nasional negara 4. Pasar beralih ke non EU  minta diskon
• operator/pedagang 18 produksi (legalitas) 3. Akses Data: Open akses data to public. Kehasiaan?
bulan sejak Regulasi c. tercakup di dalam 4. Terkait petani pekebun
mulai berlaku. pernyataan uji tuntas 1. Membebani, terutama geolocation
• UMKM Eropa, 24 bulan (due diligence 2. Dikecualikan dlm rantai pasok  pembatasan
setelah EUDR mulai statement) perdagangan
berlaku. 5. Sertifikasi produk : yang diakui apa ? diganti dengan
kewajiban uji tuntas ?
PENGUATAN ISPO PEKEBUN
Terima Kasih
Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian RI
Telp : (021) 7815380
Fax : (021) 7815486 - 7815586
Website : http://ditjenbun.pertanian.go.id
BERKAS UPLOAD DI AKUN PENGUSUL
BERKAS UPLOAD DI AKUN PENGUSUL
BERKAS UPLOAD DI AKUN PENGUSUL
TUGAS DAN FUNGSI DITJENBUN
1. Sosialisasi
• Dilakukan secara berjenjang  Sosialisasi kepada Dinas Provinsi dan K/L
di pusat;
• Dapat dilakukan secara langsung ke tingkat
Kabupaten/Provinsi/Kelembagaan Pekebun secara insidentil apabila ada
permintaan;

2. Pendampingan
Dilakukan pada proses pengusulan CP/CL secara online sistem 
Memastikan bahwa SK CP/CL telah sesuai dengan surat pengantar dari
Dinas Provinsi.

3. Pembinaan
• Dilakukan secara berjenjang dan Ditjen Perkebunan melakukan setelah
mendapat laporan dari Dinas daerah Provinsi secara berjenjang.
• Muatan pembinaan berkait dengan pengembangan kelembagaan Pekebun
 Penambahan biaya peremajaan, Pengembangan usaha Koperasi
(tanaman sela, pemanfaatan produk samping), evaluasi Koperasi melalui
RAT.
• Ditjen Perkebunan melakukan koordinasi dengan K/L terkait ditingkat pusat
 KemenKopUKM dan Badan PPSDMP.

4. Monitoring dan Evaluasi


• Dilakukan secara berjenjang dan Ditjen Perkebunan melakukan setelah
mendapat laporan dari Dinas daerah Provinsi secara berjenjang;
• Muatan Monev berkait dengan standar fisik tanaman  kultur teknis,
standar penumbangan dan chipping, dll.
GUGUS TUGAS PSR
KEPDIRJENBUN No.48 TAHUN 2023
a. Gugus Tugas memiliki tugas:
1. Melakukan sosialisasi kegiatan peremajaan kelapa sawit pekebun
yang menggunakan dana BPDPKS;
2. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi kepada Dinas daerah
provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka pengusulan rekomendasi
teknis kegiatan peremajaan kelapa sawit pekebun;
3. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait kegiatan peremajaan
kelapa sawit pekebun; dan
4. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan peremajaan
kelapa sawit pekebun.
b. Gugus Tugas bertanggung jawab dan menyampaikan laporan kepada
Ketua Tim Peremajaan Kelapa Sawit Pekebun (Direktur Tanaman
Tahunan dan Penyegar);
c. Dalam melaksanakan tugasnya, gugus tugas dapat menunjuk
anggota untuk kelancaran tugasnya;
d. Biaya yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan kerja Gugus
Tugas dibebankan kepada anggaran Kementerian Keuangan melalui
dana BPDPKS.
MEKANISME KERJA GUGUS TUGAS
Persiapan:
• Identifikasi usulan PSR via aplikasi PSR online;
• Penentuan lokasi dan target pengusulan;
• Koordinasi dengan satker Prov/Kab;
Unsur : Target:
• Koordinasi dengan BPKHTL dan Kantah setempat. Sosialisasi/ 1. Dinas Prov/ Kab/kota; 1. Pemahaman regulasi
2. Kantah ATR/BPN; PSR
Koordinasi/ 3. KLHK/BPKH; 2. Pengajuan rekomtek
5 Pemberkasan 4. BPDPKS;
Dirat Dirjen Usulan 5. Kelembagaan
dari Kelembagaan
Pekebun/Dinas
Sawit Perkebunan Pekebun.

1 Pembinaan dilakukan terhadap


3 • Dinas Kab/Kota/Prov; Kelembagaan Pekebun: Catatan:
Gugus Tugas • Kantah (BPN); • Tinjauan hasil pembinaan Provinsi; • Durasi: 3-4 hr/Keg  menyesuaikan kebutuhan
4 • BPKHTL; • Kunjungan Lapangan (sampling). • Anggaran: Dana Operasional PSR
2 • Dll
Kelembagaan Pekebun

1. ATR/BPN  Ditjen SPPR atau Kantor pertanahan Pembinaan


kab/kota; dan Monev
2. KLHK  Balai Pemantapan Kawasan Hutan dan
Tata Lingkungan (BPKTL); Pelaksanaan peremajaan
Monev dilakukan terhadap fisik
3. Kemendagri  Unit kerja di Pemda Kab/kota atau
kebun: 1. Tumbang/Chipping/benih/
Provinsi (Disdukcapil, dll);
• Tinjauan hasil monev Provinsi Tanam.
4. Dinas Prov/Kab.
• Kunjungan Lapangan (sampling). 2. Kendala/permasalahan
MEKANISME PEMBIAYAAN
PENGAJUAN BIAYA KEGIATAN: LAPORAN KEGIATAN:
1. Tim Gugus Tugas melakukan perjalanan sesuai 1. Laporan Sosialisasi/Koordinasi/
standar biaya masukan 2023 dan melengkapi Pemberkasan/Monev berisi pelaksanaan kegiatan
SPJ serta Laporan Perjalanan sesuai ketentuan sosialisasi dan jumlah usulan peremajaan yang
 PMK dan Juklak Dana Dukungan Manajemen diajukan pada saat kegiatan  Disertai dengan
PSR; dokumen digital (foto)
2. Sekretariat Tim Peremajaan akan mentransfer 2. Laporan Pembinaan/Monev berisi pelaksanaan
kebutuhan biaya perjalanan (Panjar) yang kegiatan monev baik di satker dinas maupun hasil
dibutuhkan kepada tim Gugus Tugas; sampling di kelembagaan pekebun berikut
3. Setelah melakukan kegiatan, tim Gugus Tugas mengurai kendala dan permasalahan yang
menyampaikan pertanggungjawaban biaya yang dihadapi.
dikeluarkan beserta bukti-bukti pengeluaran dan 3. Jika terdapat hal-hal yang perlu mendapat tindak
menyampaikan laporan hasil kegiatan paling lanjut oleh pihak lain sesuai dengan kewenangan,
lambat 7 (tujuh) hari setelah kegiatan selesai. agar disiapkan surat kepada instansi yang dituju.
PANDUAN OPERASIONAL PSR

Kepdirjenbun No. 189 Tahun 2022 tentang Pengawasan Kepdirjenbun No. 29 Tahun 2023 tentang Tata Cara Pengusulan,
Penyelenggaraan PKSP yang menggunakan Dana BPDPKS Verifikasi, Jangka waktu Tertentu dan Penerbitan Rekomendasi
Teknis PKSP Melalui Kemitraan yang menggunakan Dana BPDPKS

Anda mungkin juga menyukai