Anda di halaman 1dari 11

“Optimalisasi Layanan Penyaluran Pupuk Bersubsidi

kepada Petani“
Disampaikan dalam Acara Workshop yang diselenggarakan oleh Ditjen PSP Kementerian Pertanian - 9 November 2023

Yeka Hendra Fatika


Pimpinan/Anggota Ombudsman Republik Indonesia Periode 2021-2026
PERAN OMBUDSMAN DALAM PENGAWASAN PELAYANAN PUBLIK
PADA PROGRAM PUPUK BERSUBSIDI

Tahun 2021
Tahun 2022

KAJIAN SISTEMIK (SYSTEMIC REVIEW)


INVESTIGASI ATAS PRAKARSA SENDIRI (IAPS)
“Tentang: Pencegahan Maladministrasi dalam Tata
Kelola Pupuk Bersubsidi” “Tentang: Maladministrasi dalam Pendataan dan
Penebusan Pupuk Bersubsidi Menggunakan Kartu
Ruang Lingkup yang dikaji dari Hulu ke Hilir: Tani”
Kriteria Petani Penerima Pupuk subsidi, Pendataan,
Pengadaan, Penyaluran dan Pengawasan. Ruang Lingkup yang diperiksa:
Pendataan dan Penebusan.
Hasil Perbaikan:
 Perubahan Permendag 15/2013 menjadi Hasil Perbaikan:
Permendag 4/2023  Dicabutnya Surat Edaran Dir. Pupuk dan Pestisida
 Penyesuaian Komoditas dan Jenis Pupuk Kementan terkait rencana Penerapan Kartu Tani
Bersubsidi pada Permentan 10/2022 secara serentak Nasional.

 Perbaikan pengadaan, penyaluran dan  Percepatan Penetapan SK Bupati/Walikota terkait


Pengawasan oleh PT Pupuk Indonesia data Alokasi Pupuk Bersubsidi T.A. 2023
Data Alokasi dan Realisasi Penebusan 2023
UREA NPK 15 10 12 NPK FORMULA KHUSUS TOTAL
NO PROVINSI
e-ALOKASI REALISASI (%) e-ALOKASI REALISASI (%) e-ALOKASI REALISASI (%) e-ALOKASI REALISASI (%)
1 Aceh 118.225 62.402 53 97.477 56.901 58 5.621 210 4 221.322 119.514 54

Catatan data: 2
3
Sumatera Utara
Sumatera Barat
214.616
119.214
128.543
68.750
60
58
144.778
76.289
96.951
55.346
67
73
4.016
3.465
603
277
15
8
363.410
198.968
226.097
124.372
62
63
4 Jambi 20.712 12.610 61 23.420 16.287 70 104 - - 44.236 28.897 65
5 Riau 6.326 3.941 62 5.995 4.129 69 - - - 12.321 8.070 65
 Tingkat penyaluran atau penebusan pupuk 6 Bengkulu 27.494 15.346 56 36.436 23.856 65 379 - - 64.309 39.202 61
7 Sumatera Selatan 150.545 85.939 57 170.454 88.145 52 4 - - 321.003 174.084 54
bersubsidi secara Nasional pertanggal 30 8 Bangka Belitung 2.068 1.339 65 3.763 2.433 65 40 - - 5.871 3.772 64
9 Lampung 304.076 209.199 69 222.473 156.988 71 10.646 1.339 13 537.195 367.526 68
September 2023 masih rendah jika dibandingkan 10 Kepulauan Riau 87 75 86 468 392 84 - - - 555 467 84
11 DKI Jakarta 84 41 49 81 22 27 - - - 165 63 38
dengan tahun sebelumnya, dimana hanya 12 Banten 104.525 34.800 33 55.833 20.839 37 41 - - 160.399 55.639 35
13 Jawa Barat 600.546 371.108 62 338.686 221.046 65 663 - - 939.895 592.154 63
4.675.794 ton atau dibawah 60% yang baru 14 DI Yogyakarta 54.375 22.262 41 34.752 17.222 50 346 - - 89.473 39.483 44

tersalurkan. 15
16
Jawa Tengah
Jawa Timur
732.742
976.735
444.752
684.175
61
70
420.099
608.602
262.429
416.222
62
68
597
3.200
69
520
11
16
1.153.438
1.588.537
707.250
1.100.917
61
69
17 Bali 45.205 19.393 43 32.044 14.929 47 1.026 207 20 78.275 34.528 44
 Terdapat 22 Provinsi dengan tingkat penyerapan 18 Kalimantan Barat 51.800 26.691 52 42.058 29.390 70 19 - - 93.876 56.081 60
19 Kalimantan Tengah 18.124 6.613 36 17.029 8.280 49 79 - - 35.232 14.893 42
pupuk bersubsidi dibawah 60%. 20 Kalimantan Selatan 58.600 16.661 28 52.744 25.565 48 21 2 10 111.366 42.229 38
21 Kalimantan Timur 15.269 6.387 42 12.367 6.715 54 264 80 30 27.900 13.182 47
22 Kalimantan Utara 2.253 1.087 48 3.017 1.795 59 283 91 32 5.554 2.972 54
23 Sulawesi Utara 68.563 11.841 17 61.772 13.887 22 384 9 2 130.720 25.736 20

Data tersebut menunjukan bahwa tingkat 24


25
Gorontalo
Sulawesi Tengah
96.380
65.466
30.946
34.096
32
52
59.850
51.996
26.003
33.535
43
64
3
18.427
-
7.024
-
38
156.233
135.889
56.949
74.655
36
55

penyaluran atau penebusan cukup rendah, 26


27
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
33.520
420.521
18.365
252.145
55
60
31.544
243.309
19.887
151.407
63
62
19.606
22.884
4.276
7.405
22
32
84.670
686.714
42.527
410.957
50
60
28 Sulawesi Barat 47.038 23.841 51 31.877 17.806 56 17.492 3.386 19 96.407 45.033 47
hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa 29 Nusa Tenggara Barat 177.021 131.990 75 106.836 75.478 71 1.067 327 31 284.924 207.795 73
30 Nusa Tenggara Timur 82.857 20.916 25 89.846 22.562 25 2.293 4 0 174.996 43.482 25
mekanisme penebusan belum sepenuhnya 31 Maluku 5.180 1.571 30 5.731 1.927 34 228 - - 11.139 3.498 31
32 Papua 17.634 4.625 26 12.564 5.688 45 422 - - 30.620 10.313 34
memudahkan petani. 33 Maluku Utara 3.387 432 13 4.740 1.279 27 269 - - 8.396 1.710 20
34 Papua Barat 1.516 775 51 1.282 973 76 145 - - 2.943 1.748 59
TOTAL 4.642.703 2.753.657 59 3.100.215 1.896.311 61 114.033 25.827 23 7.856.951 4.675.794 60

Sumber data: PIHC (diolah oktober 2023)


Jumlah Petani Belum/Tidak Bisa Menebus 2023
Jumlah Petani (%) Petani
Jumlah Petani Jumlah Petani
No Provinsi Belum/Tidak Bisa Belum/Tidak Bisa
di e-Alokasi Menebus
Menebus Menebus
1 ACEH 437.132 279.904 157.228 36,0%
2 SUMATERA UTARA 623.474 523.387 100.087 16,1%
Catatan data: 3 SUMATERA BARAT 330.446 251.591 78.855 23,9%
4 RIAU 28.068 17.776 10.292 36,7%
5 JAMBI 92.574 69.255 23.319 25,2%
6 SUMATERA SELATAN 310.148 221.516 88.632 28,6%
 Terdapat sekitar 4,3 juta Petani (29,2%) 7 BENGKULU 89.677 65.944 23.733 26,5%
8 LAMPUNG 691.002 613.885 77.117 11,2%
yang terdaftar di e-Alokasi, namun 9 KEP. BANGKA BELITUNG 15.603 9.212 6.391 41,0%
belum/tidak bisa menebus pupuk 10
11
KEPULAUAN RIAU
DKI JAKARTA
1.848
225
1.437
120
411
105
22,2%
46,7%
bersubsidi. (data pertanggal 6 Okt 2023) 12
13
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
2.351.207
2.855.778
1.463.571
1.891.980
887.636
963.798
37,8%
33,7%
14 DI YOGYAKARTA 303.671 143.397 160.274 52,8%
 Terdapat 15 Provinsi dengan persentase 15 JAWA TIMUR 3.208.458 2.745.383 463.075 14,4%
16 BANTEN 329.751 178.415 151.336 45,9%
di atas 40% ke atas yang Petaninya 17 BALI 169.779 113.633 56.146 33,1%
18 NUSA TENGGARA BARAT 574.043 499.637 74.406 13,0%
belum/tidak bisa menebus pupuk 19 NUSA TENGGARA TIMUR 371.094 145.310 225.784 60,8%
bersubsidi. 20
21
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
236.877
65.195
167.243
33.704
69.634
31.491
29,4%
48,3%
22 KALIMANTAN SELATAN 233.808 102.043 131.765 56,4%
23 KALIMANTAN TIMUR 48.655 25.946 22.709 46,7%
Data tersebut menunjukan bahwa tingkat Petani 24
25
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
11.306
122.904
5.505
42.217
5.801
80.687
51,3%
65,7%
yang belum/tidak bisa menebus pupuk bersubsidi 26
27
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
139.755
933.888
98.310
687.665
41.445
246.223
29,7%
26,4%
cukup tinggi, hal ini menjadi salah satu indikasi 28
29
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
99.712
143.791
61.545
75.991
38.167
67.800
38,3%
47,2%
bahwa mekanisme penebusan belum 30
31
SULAWESI BARAT
MALUKU
122.075
13.866
64.413
5.805
57.662
8.061
47,2%
58,1%
sepenuhnya memudahkan petani. 32
33
MALUKU UTARA
PAPUA
11.595
40.264
3.598
23.580
7.997
16.684
69,0%
41,4%
34 PAPUA BARAT 7.988 5.573 2.415 30,2%
Jumlah 15.015.657 10.638.491 4.377.166 29,2%

Sumber data: Kementan (diolah oktober 2023)


Kendala Petani Belum/Tidak Bisa Menebus
0
Ketersediaan stok di Kios tidak pasti 5 8
0
Data Petani pada e-Alokasi tidak sesuai 6
6

Jenis Pupuk Bersubsidi tidak sesuai… 4 5


Pertanyaannya, Kios menggunakan mekanisme…
12
20 24
30

Apa yang menjadi Gangguan Teknis Mesin EDC 1


5 9

kendala Petani
4
Gangguan Teknis Kartu Tani 10 12
4
Petani belum memiliki Kartu Tani 1 10

Belum/Tidak Bisa Petani tidak menggarap lahan lagi 1


2 3
3

Menebus Pupuk
Petani kekurangan Modal 8 10
3
Permasalahan iklim (kekeringan) 10 17

Bersubsidi ??? Kab. Pengandaran Kab. Bandung Barat Kab. Cianjur


Sumber data: Hasil Uji Petik Ombudsman RI melalui wawancara terhadap Petani di 3 Kabupaten.
Setiap Kabupaten 30 orang Petani dari berbagai Kelompok Tani di beberapa Kecamatan. (September 2023)
Catatan Data:
 Penerapan mekanisme penebusan secara tunggal di Kios Pengecer (Cth: hanya menggunakan Kartu Tani saja),
menjadi kendala utama bagi Petani yang terdaftar di e-alokasi dalam melakukan penebusan pupuk bersubsidi. Hal
tersebut karena Kios Pengecer khawatir terhadap potensi lebih salur jika menggunakan lebih dari 1 mekanisme
penebusan yang tidak terintegrasi. Oleh karena itu harus ada solusi atas masalah tersebut.
 Kendala lainnya seperti: permasalahan iklim (kekeringan), gangguan teknis kartu tani dan mesin EDC, belum
validnya data petani pada e-Alokasi (tidak padu padan dengan dukcapil), tidak bisa menebus secara kelompok tani,
rendahnya literasi atau pemahaman petani atas sistem atau mekanisme penebusan yang digunakan dll.
 Petani juga terhambat karena penebusan tidak bisa dilakukan secara kelompok lagi, salah satunya di wilayah piloting
KTD dan i-Pubers yang mewajibkan petani datang sendiri ke kios + foto petani.
Terbatasnya Kios Pengecer Pupuk Bersubsidi
di Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar)
: ALUR
EKSISTING
: ALUR USULAN
UNTUK DAERAH
3T
KIOS/PENGECER

PETANI
DISTRIBUTOR
PABRIK LINI I GUDANG LINI II & III
PRODUSEN PRODUSEN BUMDES/
(PLANT) KELOMPOK TANI
Alur Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Catatan :
 Negara harus hadir dalam penyelenggaraan pelayanan publik pada program pupuk bersubsidi di seluruh
daerah, termasuk daerah 3T.
 Kios/Pengecer sebagai bagian dari pelaksana pelayanan harus dekat dan mudah dijangkau oleh
pengguna layanan (Petani).
 Dalam hal Kios/Pengecer tidak tersedia pada daerah 3T, maka Pemerintah perlu mendorong peran
BUMDES/Kelompok Tani di tingkat Desa sebagai penyalur pupuk bersubsidi di daerah 3T.
CATATAN Belum
ada
Skema Bantuan Langsung ke Petani (BLP) Regulasi

Catatan atas Mekanisme


Penebusan Pupuk Bersubsidi:
”Skema TPubers
Masih banyak data (Nama/NIK) Petani
tidak Padu Padan dengan Dukcapil.

”Skema KARTU TANI


Gagal, karena masih banyak kendala
dalam pelaksanaannya.

”Skema IPUBERS
Masih memilik kendala dalam Jaringan/Signal yang
tidak memadai di Remote Area”

”Skema BLP
Bantuan Langsung ke Petani Belum Jelas dan masih
banyak catatan yang perlu disikapi dengan serius
oleh para Stakeholders terkait!”
Ketidakpastian
dalam Penetapan Alokasi Pupuk Bersubsidi Tahun 2023
ALOKASI e-ALOKASI KONTRAK SELISIH
NO JENIS PUPUK
KEPMENTAN (ton) 2023 (ton) 2023 (ton)
1 UREA 5.570.330 4.642.703 3.762.432 880.271
2 NPK 15 10 12 3.232.273 3.100.215 2.850.181 250.034
3 NPK FORMULA KHUSUS 211.003 114.033 67.673 46.360
JUMLAH 9.013.606 7.856.951 6.680.286 1.176.665
Surat Dirjen PSP
Kontrak PI &
Kepmentan No. kpd Dirut PIHC,
Kementan, tgl 17
Dokumen dan Tanggal 734/2022, tgl 26 tgl 9 Januari 2023
Jan 2023 (HPP
September 2022 (SK Alokasi
Audited BPK 2021)
Bupati/Walikota)
Catatan Data:
 Berubah-ubahnya jumlah alokasi pupuk bersubsidi memunculkan ketidakpastian atas alokasi yang didapatkan Petani, hal ini bentuk
tindakan Maladministrasi.
 Terdapat selisih sebesar 1.176.665 ton dari jumlah kontrak Kementan-PIHC dengan jumlah e-Alokasi. Sedangkan di lapangan, data
Petani masih mengacu pada data e-Alokasi. Hal tersebut berpotensi memunculkan polemik jika tidak terpenuhi sesuai data yang
telah ditetapkan dalam data e-Alokasi.
 Menurut informasi telah terbit HPP Audited BPK 2022, maka alokasi pupuk bersubsidi akan kembali turun menjadi 6.058.241 ton.
 Bagaimana sikap dan kebijakan Pemerintah terhadap jumlah selisih 1.176.665 ton? Menambah Anggaran atau merubah dan
menyesuaikan data e-Alokasi? Bagaimana memitigasi potensi munculnya polemik?
Saran Ombudsman RI
Dalam Rangka Optimalisasi Layanan Penyaluran
Pupuk Bersubsidi kepada Petani
Mekanisme Penyaluran dan Penebusan Pupuk Bersubsidi Wajib Memudahkan
Petani, dengan tetap mendorong Akuntabilitas.
 Penebusan dapat dilakukan secara individu maupun kolektif melalui Poktan.
Mekanisme
Penyaluran dan  Penebusan tidak menggunakan 1 (satu) mekanisme, selama infrastruktur
Penebusan Wajib pendukung Kartu Tani/Ipubers/BLP belum memadai di setiap daerah.
Memudahkan Petani
 Evaluasi terhadap segala bentuk potensi penyimpangan dalam penyaluran dan
penebusan pupuk bersubsidi, baik yang dilakukan oleh Oknum Pemerintah,
Oknum Distributor, Oknum Kios pengecer maupun oleh Kelompok Tani.
 Mendorong penyesuaian Margin/Fee pada Distributor dan Pengecer yang sejak
Tuntaskan tahun 2010 belum mengalami perubahan, karena rendahnya atau tidak
Masalah berubahnya Margin tersebut berpotensi memunculkan Moral Hazard.
Pendataan
Tuntaskan Masalah Pendataan!
 Lakukan pemutakhiran data Petani Penerima Pupuk Bersubsidi secara
komprehensif dengan melibatkan Petani, Kelompok Tani, Penyuluh dan
Aparatur/Perangkat Desa.
 Penguatan Penyuluh Pertanian dengan mengidealkan jumlah SDM Penyuluh (1
Desa 1 Penyuluh), peningkatan kompetensi dan dukungan anggaran/insentif.
 Penguatan institusi pendataan di Kementerian Pertanian.
Membuat mekanisme pelibatan Aparatur/Perangkat Desa dalam
Pendataan, Verifikasi dan Validasi RDKK Pupuk Bersubsidi, dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi oleh Ketua Kelompok

Catatan tambahan Tani dan Petani, serta didampingi oleh Penyuluh Pertanian;

dalam Upaya 2. Verifikasi dan validasi RDKK Pupuk Bersubsidi oleh


Pemutakhiran Data Petani Penyuluh Pertanian dan Aparatur/Perangkat Desa;
Penerima Pupuk Bersubsidi 3. Melaksanakan Musyawarah Desa untuk menetapkan RDKK
dengan Pelibatan Pupuk Bersubsidi;
Aparartur/Perangkat Desa 4. RDKK Pupuk Bersubsidi ditandatangani oleh Ketua
Kelompok Tani, Penyuluh Pertanian dan Kepala Desa;
5. Penandatanganan pakta integritas keabsahan data dan
informasi RDKK yang ditandatangani oleh Ketua Kelompok
Tani dan Penyuluh Pertanian, dengan diketahui oleh Kepala
Desa, di hadapan Aparatur Penegak Hukum setempat.
Terima Kasih
Jl. HR. Rasuna Said Kav. C-19, Kuningan, Jakarta Selatan 12920
Telepon: (021) 2251.3737 - Fax: (021) 5296.0904/05

Anda mungkin juga menyukai