Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang diberikan kepada setiap

orangtua, anak juga buah hati, anak juga cahaya mata, tumpuan harapan serta

kebanggaan keluarga. Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa

kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang. Anak juga

merupakan ujian bagi setiap orangtua, ketika orang tua menginginkan anaknya

terlahir sempurna namun takdir mengharuskan anaknya mengalami kecacatan,

disaat itulah Allah memberikan ujian kepada orang tua untuk terus

bertanggung jawab dan menerima terhadap amanah yang diberikan dengan

lapang dada. sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 28

yang berbunyi :

Artinya : “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah

sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar”.

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan (UU No 35, 2014). Sedangkan

anak yang mengalami kelainan/penyimpangan (fisik, mental-intelektual, sosial

dan emosional) dalam proses pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan

anak-anak lain yang seusianya disebut dengan anak berkebutuhan khusus.

sehingga mempunyai kekhususan dari segi kebutuhan layanan kesehatan,

1
2

kebutuhan pendidikan, pendidikan layanan, pendidikan inklusi dan kebutuhan

akan kesejahteraan sosial dan bantuan-bantuan sosial (A. Dayu P., 2012).

Menurut WHO tahun 2014 didapatkan anak berkebutuhan khusus di dunia

diperkirakan sebesar 15% dari jumlah penduduk dunia atau sebesar 1 milyar

orang, WHO juga menyebutkan 80% anak berkebutuhan khusus di dunia itu

berada di kalangan negara-negara berkembang (WHO, 2014). Badan pusat

statistik (BPS) tahun 2013 menyatakan 9,9 juta anak di Indonesia adalah anak

berkebutuhan khusus (Winarsih, dkk 2013). Hasil riset kesehatan dasar

(Riskesdas) tahun 2013 prevalensi angka kejadian tertinggi di provinsi

Gorontalo sebesar 31,85% dan provinsi terendah di provinsi Yogyakarta

sebesar 17,05%. Sedangkan di jawa timur menempati urutan ke 24 dari 33

provinsi di Indonesia sebesar 24,27% (Kemenkes RI, 2014).

Tempertantrum dikatakan sebagai suatu reaksi emosi yang berlebihan dari

seorang anak ketika keinginannya tidak terpenuhi atau merupakan suatu

ekspresi kemarahan yang kuat dan lepas kontrol yang disertai dengan sifat

menangis, menjerit, menghentak-hentakkan kaki, memukul, menentang,

melukai diri sendiri dan orang lain. Pada dasarnya perilaku temper tantrum

merupakan suatu hal yang wajar terjadi pada anak usia 2-4 tahun, walaupun

ada orangtua yang masih harus menghadapi perilaku temper tantrum anaknya

sampai mereka berusia 5-6 tahun (Muis, 2014). dan pada anak berkebutuhan

khusus 95% mengalami kesulitan modulasi sensorik yang mengakibatkan

masalah tingkah laku khususnya pada anak Autis (Widianti, 2012).


3

Pengasuhan (parenting) orang tua pada anak berkebutuhan khusus

memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan

emosional yang besar (A. Dayu P., 2012). Beberapa penelitian berkesimpulan

bahwa status pendidikan orangtua sangat menentukan kualitas pengasuhannya.

Orangtua yang berpendidikan tinggi tentu akan berbeda dengan ibu yang

berpendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan maka semakin bertambah

pengetahuannya (Anindita, 2012; Setiyo, 2016).

Kecendrungan orangtua terutama ibu saat ini memilih kembali bekerja

setelah punya anak karena beberapa alasan tertentu. Ibu yang tidak bekerja

dapat memberikan banyak waktu untuk selalu menemani, mengasuh serta

memantau perkembangan emosional anaknya, namun waktu yang dimiliki

oleh ibu yang tidak bekerja belum tentu selalu lebih baik dari ibu yang bekerja

karena waktu yang dimiliki oleh ibu yang tidak bekerja hanya digunakan

untuk memasak, membesihkan dan mengurus rumah. Pada penelitian yang

diteliti oleh Esti Lusiana melaporkan bahwasannya ibu yang bekerja

mempunyai resiko memiliki anak tempertantrum lebih tinggi dibanding ibu

yang tidak bekerja (Lusiana, 2015).

Ibu yang bekerja hanya untuk ikut berperan mendukung ekonomi dan

pendapatan dalam rumah tangga. Sehingga dapat mempengaruhi cara asuh

orang tua (ibu) dalam memantau perkembangan emosional anaknya (Anindita,

2012). Pada penelitian Risda Rizkillah dkk menjelaskan bahwasannya ada

hubungan antara pendapatan keluarga dengan motivasi pengasuhan pada anak

(Faizah dan Imron, 2015; Rizkillah, Sunarti dan Herawati, 2015; Setiyo,
4

2016). Sedangkan motivasi pengasuhan pada anak dapat mempengaruhi

terhadap cara asuh (parenting) orang tua sehingga mempengaruhi tingkat

kejadian temper tantrum pada anak (Zakiyah, 2015; Dwi, 2016).

Berdasarkan fenomena di atas dapat disimpulkan bahwa masalah temper

tantrum pada anak memiliki keterkaitan dengan motivasi orang tua.

Sedangkan motivasi orang tua, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan

orang tua adalah hal yang saling berkaitan satu sama lain. Sedangkan

penelitian saat ini terkait temper tantrum pada anak hanya seputar hubungan

pola asuh orang tua dan perbedaan resiko temper tantrum pada anak antara ibu

bekerja dan tidak bekerja (Anindita, 2012; Lusiana, 2015; Zakiyah, 2015;

Dwi, 2016; Setiyo, 2016)

Pada penelitian ini, peneliti menganalisis hubungan tingkat pendidikan,

pekerjaan dan pendapatan terhadap motivasi orang tua yang berdampak

kepada masalah tempertantrum anak berkebutuhan khusus di SDLB Demung

Kabupaten Situbondo.

B. Rumusan Masalah

Tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan terhadap motivasi orangtua

yang berdampak dalam masalah tempertantrum anak berkebutuhan khusus di

SDLB Demung Kabupaten Situbondo


5

C. Tujuan Umum

Diketahui adanya hubungan tingkat pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan terhadap motivasi orang tua yang berdampak dalam masalah

tempertantrum anak berkebutuhan khusus di SDLB Demung Kabupaten

Situbondo

D. Tujuan Khusus

1. Teridentifikasi karakteristik Orangtua dengan Anak (pendidikan,

pekerjaan, motivasi dan masalah tempertantrum).

2. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan terhadap motivasi orang tua

yang berdampak dalam masalah tempertantrum anak berkebutuhan khusus

di SDLB Demung Kabupaten Situbondo Tahun 2018.

3. Diketahuinya hubungan pekerjaan terhadap motivasi orang tua yang

berdampak dalam masalah tempertantrum anak berkebutuhan khusus di

SDLB Demung Kabupaten Situbondo Tahun 2018.

4. Diketahuinya hubungan pendapatan terhadap motivasi orang tua yang

berdampak dalam masalah tempertantrum anak berkebutuhan khusus di

SDLB Demung Kabupaten Situbondo Tahun 2018.

5. Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan orang tua yang berdampak

dalam masalah tempertantrum anak berkebutuhan khusus di SDLB

Demung Kabupaten Situbondo Tahun 2018.


6

6. Diketahuinya hubungan pekerjaan orang tua yang berdampak dalam

masalah tempertantrum anak berkebutuhan khusus di SDLB Demung

Kabupaten Situbondo Tahun 2018.

7. Diketahuinya hubungan pendapatan orang tua yang berdampak dalam

masalah tempertantrum anak berkebutuhan khusus di SDLB Demung

Kabupaten Situbondo Tahun 2018

8. Diketahuinya hubungan motivasi orang tua yang berdampak dalam

masalah tempertantrum anak berkebutuhan khusus di SDLB Demung

Kabupaten Situbondo Tahun 2018

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wacana tentang keperawatan anak terkait gangguan

perkembangan emosional anak, salah satunya adalah masalah

tempertantrum yang di alami oleh anak berkebutuhan khusus.

b. Sebagai dasar mengembangkan pengetahuan dalam bidang

keperawatan. Khususnya keperawatan anak dan keperawatan keluarga

yang mendapatkan kasus tentang masalah terpertantrum terhadap anak

berkebutuhan khusus.

c. Sebagai bahan refrensi untuk penelitian berikutnya.


7

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Profesi Keperawatan

Fungsi perawat yang diantaranya sebagai penyuluh dan konselor

dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada ibu yang

memiliki anak berkebutuhan khusus yang mengalami masalah

tempertantrum yang diharapkan dapat memantau perkembangan

emosional anaknya dengan baik sejak dini. Dan penelitian ini juga bisa

digunakan sebagai acuan dalam pengembangan keilmuan khususnya

ilmu keperawatan anak terkait motivasi orang tua yang berdampak

kepada masalah perilaku tempertantrum anak berkebutuhan khusus.

b. Prodi S1 Keperawatan

Sebagai panduan bagi mahasiswa untuk meningkatkan informasi

serta literature tentang keilmuan keperawatan anak program study ilmu

keperawatan Universitas Nurul Jadid, sehingga dapat menambah

pengetahuan kepada mahasiswa tentang pengaruh tingkat pendidikan,

pekerjaan, dan pendapatan orang tua terhadap motivasi orang tua yang

berdampak kepada masalah perilaku tempertantrum pada anak

berkebutuhan khusus

c. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan

pengetahuan bagi peneliti dalam memahami seberapa besar pengaruh

tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan orang tua terhadap

motivasi orang tua, sehingga dapat meminimalisir tingkat kejadian


8

tempertantrum pada anak berkebutuhan khusus.

d. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan

pengetahuan bagi masyarakat terkait masalah temper tantrum pada

anak yang mengalami masalah tempertantrum dan mencari solusi yang

tepat untuk menyelesaikannya. Karena jika dibiarkan akan berdampak

negative saat anak tersebut dewasa seperti melawan orang tua,

melawan aturan di rumah dan bertindak tanpa memikirkan tindakan itu

sendiri.

Anda mungkin juga menyukai