Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN KOMUNIKASI, POLA KOMUNIKASI PEDESAAN DAN SYSTEM

KOMUNIKASI MASYARAKAT PEDESAAN

1. Pengerian komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia dalam berhubungan dengan orang
lain. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik
dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam
masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat
dalam komunikasi. Komunikasi itu sendiri adalah pertukaran pesan verbal maupun
nonverbal antara pengirim dan penerima untuk mengubah tingkah laku. Pengirim pesan
dapat berupa seorang individu, kelompok, atau organisasi. Begitu juga dengan penerima
pesan. Proses komunikasi berlangsung melalui tahap-tahap tertentu secara terus menerus,
beruba-ubah, dan tak henti-hentinya. Proses komunikasi merupakan proses yang timbal
balik karena antara pengirim dan penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Dan
perubahan tingkah laku yaitu perubahan yang terjadi di dalam diri individu mungkin
dalam aspek kognitif, afektif, atau psikomotor.
Apabila tidak terdapat bahasa verbal, dapat menggunakan bahasa isyarat seperti
tersenyum, gesture tubuh, menggelengkan kepala, dan lain-lain.
2. Pola komunkasi pedesaan
Bentuk komunikasi di pedesaan lebih cenderung kepada komunikasi antar
personal. Yaitu proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang
seorang lainnya atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui
balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi, menjadi
bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga bertambah
komplekslah komunikasi tersebut. Contoh: ketika di suatu desa akan diadakan kerjabakti
atau gotong royong maka informasi itu akan cepat tersebar luas melalui satu orang
kepada orang yang lainnya sehingga masyarakat akan turut dalam acara gotong royong
tersebut.
Masyarakat Indonesia menurut para ahli lebih dari 80% tinggal di pedesaan
dengan mata pencaharian yang bersifat agraris. Masyarakat yang agraris biasanya
dipandang antara sepintas kilas dinilai oleh orang orang kota sebagai masyarakat tentang
damai, harmonis yaitu masyarakat yang adem ayem, sehingga oleh orang kota dianggap
sebagai tempat untuk melepaskan lelah dari segala kesibukan, keramaian dan keruwetan
atau kekusutan pikiran. Tapi, sebenranya di dalam masyarakat desa ada bermacam
macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal
ini merupakan sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan
ketegangan social.
Beberapa gejala social yang terjadi di pedesaan, yaitu:
a. Konflik ( pertengkaran ), Penilaian orang kota terhadap masyarakat desa yang
tenang dan damai tidak selamanya benar karena di desa juga penuh dengan
ketegangan dan masalah. Karena setiap hari mereka yang selalu berdekatan
dengan tetangga tetangganya secara terus menerus menyebabkan kesempatan
untuk bertengkar lebih banyak sehingga kemungkinan terjadinya peristiwa
peristiwa peledakan dari ketegangan tersebut amat banyak dan juga sering terjadi.
Apalgi bagi orangorang yang tidak bisa menghormati orang yang lainnya.
b. Kontroversi ( pertentangan ), Pertentang bisa terjadi akibat adanya perubahan
Konsep konsep dari kebudayaan ( adapt istiadat ) psikologi atau dalam
hubungannya dengan guna guna ( black magic ) dan hal ini biasanya ditinjau dari
sudut kebiasaan masyarakat.
c. Kompetisi ( persaingan ), Selaku manusia biasa, orang desa pun sesuai kodratnya
mempunyai sifat sifat sebagai manusia yang antara lain mempunyai saingan
dengan manifestasi sebagai sifat ini. Wujud persaingan bisa positif dan juga
negatif.
Desa adalah sebuah karakteristik yang mempunyai ciri khas sendiri, menurut Paul H.
Landis cirri ciri desa adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa
b. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan
c. Cara berusaha ( ekonomi ) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam, seperti iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Ciri khas dalam hubungan komunikasi masyarakat pedesaan lebih banyak
menggunakan komunikasi antarpribadi karena masyarakat pedesaan belum begitu
percaya terhadap media massa. Artinya, masyarakat lebih percaya terhadap
informasi yang di sampaikan oleh seseorang yang patut di percaya.Dengan proses
komunikasi antarpersonal yang terjadi di pedesaan yang biasa di sebut dengan
istilah “gethok tular” artinya pesan komunikasi tersebut disampaikan secara lisan
melalui satu orang kepada orang yang lainnya. Tidak hanya itu saja ketika
berbicara mengenai hal yang baru yang belum diketahui oleh masyarakat desa,
misalnya program KB pemasaran pelaksanaan program KB tersebut lebih efektif
lewat lisan seperti yang pernah dilakukan oleh sebuah unit mobil di desa. Namun,
sejalan dengan tingkat perkembangan tingkat pengetahuan dan pendidikan
penduduk yang sudah mulai maju, komunikasi seperti itu lambat laun akan
ditinggalkan.
Dengan demikian, proses komunikasi melalui lisan atau antar persona akan cepat
berubah apabila pembaharuan cepat diterima oleh masyarakat desa tetapi bukan
berarti masyarakat desa tidak berhak dalam mengkonsumsi teknologi dalam
semakin majunya perkembangan zaman seperti sekarang ini.
Pada masyarakat pedesaan dimana sebagian besar mereka adalah masyarakat
tradisional terdapat berbagai media sosial sebagai sarana efektif saling
berinteraksi. Media ini telah sejak lama tumbuh dan berkembang bersama
masyarakat dan menjadi media sosialisasi nilai-nilai antar warga masyarakat,
bahkan dari generasi ke generasi. Media ini dikenal sebagai media rakyat. Media
sosial adalah wahana komunikasi atau pertukaran informasi yang telah terpola
dalam kehidupan sosial suatu komunitas masyarakat. Media sosial menuntut
keterlibatan secara fisik individu dalam proses komunikasi (Sigman;124). Media
sosial menggunakan komunikasi tatap muka dalam bentuk komunikasi antar
personal maupun komunikasi kelompok. Disini proses keterlibatan anggota
menjadi sangat penting. Media rakyat ini digambarkan sebagai media yang
murah, mudah, bersifat sederajat, dialogis, sesuai dan sah dari segi budaya,
bersifat setempat, lentur menghibur dan sekaligus memasyarakat juga sangat
dipercayaoleh kalangan masyarakat pedesaan yang kebetulan menjadi kelompok
sasaran utama (Oepen;hal 88).
Media rakyat sering muncul dalam bentuk kesenian daerah atau kebudayaan
tradisonal daerah. Kesenian atau budaya daerah digunakan sebagai wahana untuk
memperkenalkan dan memberikan pesan pesan pembangunan kepada masyarakat
pedesaan. Karena warga masyarakat pedesaan masih menyukai dan membutuhkan
budaya atau kesenian tradisional sebagai sebuah bentuk hiburanmaka media ini
juga menjadi sarana yang sangat tepat sebagai media tranformasi nilai nilai,
termasuk pesan pesan pembangunan dari pemerintah. Pesan pesan pembangunan
disisipkan secara implisit dan kreatif sehingga terasa menyatu dengan media
rakyat (Yuni Setyaningsih ;2000). Ada banyak macam media rakyat yang selama
ini tumbuh, berkembang di masyarakat, namun banyak pula yang hilang karena
ditinggalkan penggemarnya dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan jaman. Pemilihan media rakyat yang mana yang bisa digunakan
untuk menyebar luaskan ide ide pembangunan adalah sangat penting untuk
mendukung efektifitas pesan. Pilihan hendaknya dijatuhkan pada media rakyat
yang paling disukai oleh sebagian besar masayarakat setempat (Colleta dan
Kayam ; hal 235). Media rakyat dalam bentuk seni rakyat (folk culture) diyakini
dapat lebih mudah digunakan sebagai sarana menyebar luaskan informasi
pembangunan karena media tersebut telah ada dan dekat dalam kehidupan
masyarakat setempat. Dengan media rakyat, masyarakat akan ikut serta merasa
memiliki atau terlibat dalam pembuatannya, sehingga memungkinkan
tersampaikannya pesan pesan pembangunan secara lebih efektif. Induksi nilai
nilai yang sifatnya evolutif dan menyatu dengan masyarakat dapat membuat
masyarakat merasa tidak dipaksa untuk mengadopsi nilai nilai baru.Upaya
penyebaran informasi pembangunan yang disampaikan melalui media melalui
media yang ada bagi setiap masyarakat bangsa berbeda beda disebabkan oleh
struktur dan sistem masyarakat yang berbeda pula. Bagi masyarakat bangsa yang
sudah linier dalam arti pengertian berbagai masalah sudah diketahui dan dimiliki
oleh bagian terbesar anggota masyarakat, komunikasi melalui media massa
modern akan lebih menguntungkan, namun bagi masyarakat yang mempunyai
struktur dan sistem sosial yang majemuk, penyebaran informasi melalui media
massa masih memerlukan upaya dengan media tradisional yang ada dalam
masyarakatnya (Rogers 1971 : 165). Terdapat tiga media yang sangat berpotensi
dalam penyebaran informasi di pedesaan, yaitu
1. Koran masuk desa adalah media massa atau Koran kota yang dikelola untuk
masyarakat desa.
2. media rakyat adalah media profil pedesaan yaitu dari, oleh, dan untuk rakyat
pedesaan tetapi belum ada di Indonesia. Dan yang
3. media tradisional.
Robert de Laurent mengatakan bahwa media rakyat sama dengan surat kabar
pedesaan. Sedangkan Berrigan mendefenisikan media rakyat atau media
masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Media masyarakat adalah media yang bertumpu pada landasan yang lebih luas
dari kebutuhan semua khalayaknya. Media masyarakat adalah media yang
memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk mmperoleh informasi
pendidikan bila mereka menginginkan kesempatan itu. Media ini adalah
media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai perencanaan, produksi
dan pelaksanaan.
Sedangkan beberapa fungsi media masyarakat menurut Cepen adalah
a. memberi saluran alternative sebagai sasaran bagi rakyat untuk
mengemukakan kebutuhan dan kepentingan rakyat.
b. Berguna menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin
dari isi media.
c. Membantu menjembatani kesenjangan antara pinggiran dengan perkotaan.
d. Mencegah membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan
dikalangan penduduk daerah pedesaan.
e. Memberikan fasilitas berkembangnya keswadayaan, kemampuan
mendorong diri sendiri dan kemampuan mengambil keputusan sendiri.
f. Dan berguna bagi umpan balik system pemantauan dan pengawasan suatu
proyek tertentu.
Peran komunikasi dalam hal ini adalah merupakan saluran sosialisasi
kebudayaan, yang mencerminkan bahwa komunikasi antar sesama adalah
merupakan suatu yang harus dijaga dalam komunikasi di pedesaan,
komunikasi tidak sekedar sebuah fenomena pertukaran informasi pengirim
dan penerima pesan, lebih dari itu komunikasi merupakan upaya mencapai
saling pengertian dan dari komunikasi inilah suatu kebudayaan diturunkan
ke generasi selanjutnya. Kemudian komunikasi menyebarluaskan ide ide
baru sehingga menjadi nilai nilai baru. Nilai nilai baru ini biasanya muncul
dari kreatifitas individu individu atau consensus dari kelompok kelompok
manusia. Komunikasi mnyediakan kesempatan dan rentang waktu bagi
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan nilai nilai baru tersebut.
Corak kehidupan social di desa dapat dikatakan masih homogen.
Pola pola interkasi social pada suatu masyarakat ditentukan oleh struktur
social masyarakat yang bersangkutan. Dalam interaksi social selalu
diusahakan agar supaya kesatuan social (social unity) tidak terganggu,
konflik atau pertentangan social sedapat mungkin dihindarkanjangan
sampai terjadi. Bahkan kalau terjadi konflik diusahakan supaya konflik
tersebut tidak terbuka di hadapan umum. Bila terjadi pertentangan
diusahakan untuk dirukunkan karena memang prinsip kerukunan inilah
yang menjiwai hubungan social pada masyarakat pedesaan karena
masyarakat ini sangat mendambakan tercapainya keserasian dalam
kehidupan masyarakat. Tetapi pada hakekatnya masyarakat pedesaan dan
perkotaan bukanlah dua komunikasi yang terpisah satu sama lain. Tetapi
dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang
erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling
membutuhkan. Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan
warganya akan bahan bahan pangan. Dan desa juga merupakan sumber
tenaga kasar bagi jenis jenis pekerjaan tertentu di kota. Masyarakat desa
adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan bekerjasama yang
berhubungan secara erat tahan lama dengan sifat sifat yang hamper sama
(homogen) di suatu daerah atau wilayah tertentu dengan bermata
pencaharian dominant dari sector pertanian (agraris). Sifat hakekat
masyarakat pedesaan banyak kegotong royongan dan tolong menolong
dan kehidupan desa juga tidak selamanya tenang dan damai tetapi juga
terdapat ketegangan tertentu.Sedangkan system komunikasi yang
digunakan oleh masyarakat desa cenderung berbentuk system komunikasi
antar persona yaitu pesan disampaikan melalui satu orang kepada orang
yang lainnya sehingga suatu berita di samapikan secara lisan dan akan
mendapatkan feedback secara langsung sehingga masyarakat desa terlihat
lebih kompak dan harmonis.perkembangan tekonologi komunikasi dan
informasi dewasa ini telah berkembang dengan sangat cepat. Tentu saja
ini memberikan efek atau pengaruh yang ditimbulkan baik positif atau
negative. Mayoritas masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan
memerlukan upaya upaya dan program program untuk meningkatkan
kualitas pembangunan agar tidak semakin tertinggal dengan masyarakat
perkotaan. Untuk mengejar ketertinggalan dan melaksanakan
pembangunan termasuk masalah otonomi daerah yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat tidak bisa bergantung pada satu
program dari pusat (topdown) dan juga satu media, apalagi media massa
yang rendah daya terimanya di masyarakat pedesaan. Tapi, diperlukan
keterlibatan nyata berupa partisipasi masyarakat dalam menunjang
program pemerintah tersebut. Dan salah satu media yang dapat dijadikan
sarana untuk melibatkan masyarakat adalah menggunakan media rakyat,
yang terbukti efektif dan tidak pernah berubah dalam kehidupan
masyarakat tradisional. Dengan ini diharapkan semua pihak baik
pemerintah dan masyarakat bisa menggunakan media rakyat dengan tepat
dan efektif

3. Sistem komunikasi masyarakat desa


Desa adalah sebuah karakteristik yang mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas
khusus yang berhubungan dengan komunikasi adalah komunikasi lebih banyak dilakukan
dengan komunikasi antarpersonal. Ini diakibatkan, masyarakat desa belum percaya
sepenuhnya terhadap media massa atau juga sejalan dengan tingkat pendidikannya. Oleh
karena itu, informasi dari orang lain yang bisa dipercaya lebih menemukan hasil,
misalnya melalui pemimpin opini.
Di desa, komunikasi antarpersonal biasa disebut dengan gethok tular. Artinya,
komunikasi dilakukan dengan lisan tentang suatu pesan dari suatu orang ke orang lain.
Misalnya, jika di desa akan dilaksanakan kerja bakti atau gotong royong maka informasi
itu akan cepat tersebar luas melalui satu orang ke orang lain, begitu seterusnya. Tak
terkecuali ketika berbicara tentang hal baru yang belum diketahui masyarakat desa,
misalnya usaha memasyarakatkan Keluarga Berencana (KB) dengan kondom pada tahun
1972.
Namun sejalan dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan pendidikan
penduduk yang sudah mulai maju, pola komunikasi semacam ini lambat laun akan
ditinggalkan masyarakat. Pada saat ini ada tiga media yang sangat berpotensi dalam
menyebarkan informasi ke masyarakat di pedesaan, yakni Koran Masuk Desa (KMD),
Media Rakyat (MR), dan Media Tradisional (MT).
a. Koran Masuk Desa (KMD).

Program KMD di Indonesia mulai dilaksanakan pada bulan Februari 1980


berdasarkan SK Menpen No.11/A/Kep/Menpen/1980 tanggal 29 Januari 1980.
Penetapan sebuah KMD dilakukan atas saran gubernur/kepala daerah yang
berkonsultasi dengan Serikat Pekerja Surat Kabar (SPS) dan Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI). Hasilnya kemudian adalah kesepakata antara proyek pembinaan
dari Deppen dengan perusahaan/ penerbit pers yang bersangkutan. Ini dilakukan
mengingat KMD sangat penting untuk mensosialisasikan pesan-pesan
pembangunan pada masyarakat. Sebagai koran yang berbeda dengan koran pada
umumnya, tentunya dari segi liputan reportase juga berbeda karena perbedaan
target, tujuan, misi, dan sasarannya. Misalnya, lingkup daerah yang hanya meliputi
desa (dari desa ke desa agar masyarakat desa merasa memiliki). Kalaupun ada
reportase di kota prosentasenya kecil, mungkin hal-hal yang berhubungan dengan
pembaharuan agar ditiru oleh masyarakat desa. Namun demikian, hal ini harus
dilakukan dengan hati-hati. Sebab KMD adalah koran kota yang beredar di
pedesaan, sehingga perlu dihindari munculnya sinyal bahwa koran itu adalah koran
kota bukan koran masuk desa.

b. Media Rakyat (MR)


Berrigan (1979) mendefinisikan media rakyat (media masyarakat) sebagai berikut :
1. Media masyarakat adalah media yang bertumpu pada landasan yang lebih
luas dari kebutuhan semua khalayak.
2. Media masyarakat adalah adaptasi media yang digunakan oleh masyarakat
yang bersangkutan, apapun tujuan yang yang ditetapkan masyarakat.
3. Media masyarakat adalah media yang memberi kesempatan kepada warga
masyarakat untuk memperoleh informasi, pendidikan, bila mereka
menginginkan kesempatan itu.
4. Media ini adalah media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai
perencanaan, produksi, dan pelaksana.
5. Media masyarakat adalah sasaran bagi masyarakat untuk mengemukakan
sesuatu, bukan untuk menyatakan sesuatu kepada masyarakat.
Adapun fungsi-fungsi media rakyat adalah sebagai berikut (Oepen, 1988):
a. Memberi saluran alternatif sebagai sarana bagi rakyat untuk
mengemukakan kebutuhan dan kepentingan mereka.
b. Berguna menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin
dalam isi media.
c. Membantu menjembatani kesenjangan antara pusat dan pinggiran.
d. Mencegah membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan
dikalangan penduduk daerah pedesaan.
e. Memberi fasilitas berkembangnya keswadayaan, kemampuan menolong
diri sendiri dan kemampuan mengambil keputusan sendiri.
f. Berguna bagi umpan balik, sistem pemantauan dan pengawasan suatu
proyek tertentu.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Media Rakyat adalah bentuk
komunikasi dengan memakai media massa sebagai salurannya. Media dari,
oleh, dan untuk rakyat di pedesaan. Artinya, media yang menganggap
kepentingan rakyat sebagai hal yang paling utama. Media rakyat juga sangat
berperan dalam membantu perkembangan masyarakat. Media rakyat adalah
media yang mengakar kuat di masyarakat. Sebab ia tumbuh dan berkembang
di pedesaan.
c. Media Tradisional (MT)
Namanya saja media tradisional, sehingga tidak sama dengan media
massa. Kalau media massa adalah media dengan mengunakan alat teknologi
komunikasi modern, sedangkan media tradisional adalah alat komunikasi
yang sudah lama digunakan si suatu tempat (desa) sebelum kebudayaannya
tesentuh oleh teknologi modern dan sampai sekarang masih digunakan di
daerah itu. Adapun isinya masih berupa lisan, gerak isyarat atau alat pengingat
dan alat bunyi-bunyian. (James Danandjaja, 1987).
Membicarakan media tradisional tidak bisa dipisahkan dari seni
tradisional, yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat
dengan memakai media tradisional. Media komunikasi tradisional sering
disebut sebagai bentuk folklor. Bentuk-bentuk folklor tersebut antara lain :
1. Cerita prosa rakyat
2. Ungkapan rakyat
3. Puisi rakyat
4. Nyanyian rakyat
5. Teater rakyat
6. Gerak isyarat
7. Alat pengingat
8. Alat bunyi-bunyian
Beberapa kelebihan media tradisional dan seni tradisional disbanding
media lain adalah :
1. Ia tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga dianggap sebagai
atau cermin kehidupan masyarakat desa. Di samping apa yang
disuguhkan lebih mengena hati masyarakat, melalui media tradisional
juga bisa diselipkan pesan pembangunan, misalnya dalam cerita teater
rakyat, ketoprak atau wayang.
2. Media rakyat harus dinikmati dengan jenjang pengetahuan atau
pendidikan tertentu (karena sifatnya tertulis, maka masyarakat harus
bisa membaca terlebih dahulu), sedangkan media tradisional bisa
dinikmati semua lapisan masyarakat.
3. Seni tradisional lebih menghibur sehingga lebih mudah mempengaruhi
sikap masyarakat. Disamping itu, seni tradisional tidak perlu dinikmati
dengan mengerutkan dahi.
Namun begitu, seni atau media tradisional terbentur hambatan
dalam pengembangannya. Pertama, sejalan dengan tingkat
perkembangan masyarakat yang kian maju dan modern, ia akan
terancam eksistensinya. Kita bisa ambil contoh banyak kalangan muda
yang enggan mamupuk dan mewarisi media atau seni tradisional
tersebut. Kedua, peran serta pemerintah sangat kecil, padahal seni
tradisional menjadi salah satu sumber devisa yang dapat diandalkan.
Saat ini pentas Wayang Orang di Taman Hiburan Rakyat (THR)
Sriwedari, Solo tidak ada lagi. Ketiga, media massa kurang tertarik
mengekspos atau memberitakan seni tradisional tersebut. Padahal
pemberitaan ini menjadi sarana efektif menjaga kelangsungannya.
Adapun medai tradisional yang dimaksud dalam hal ini salah satunya
contohnya adalah trong-trong atau kentongan. Trong-trong ini hidup
dalam masyarakat Pandeglang umumnya dan kecamatan Banjar
khususnya. Fungsi trong-trong ini sebagai alat informasi bagi
masyarakat terutama kaitannya dengan pemberitahuan kepada
masyarakat jika ada kejadian darurat seperti pembunuhan, kebakaran,
dan pencurian.

Anda mungkin juga menyukai