Anda di halaman 1dari 1

Manusia dalam perspektif agama-agama

Jadi manusia itu bahan bakunya adalah dosa. Sementara Hindu-Buddha memandang, kehidupan dunia
ini adalah pertempuran antara manusia dengan alam. Manusia kalah, dan alamlah yang menang. Dalam
agama Islam, manusia dipandang sebagai makhluk mulia.

Manusia juga terlahir dalam keadaan fitrah, tidak seperti ajaran Kristen yang membawa dosa.

Jadi dalam diri manusia itu ada 2 dimensi; dimensi fisik/jasadi sama dimensi psikis/ruhani

Ketika kita bisa mengupayakan, pada hakikatnyakita sedang menuju kemuliaan, dan jadi manusia yang
optimal.

Fithrah

Di pembahasan yang ketiga, kita bahas soal fithrah manusia menurut pendapatnya Ibnu
Taimiyah. Menurut beliau manusia itu punya yang namanya Quwwah al-‘Aql , Quwwatus Syahwat , dan
Quwwatul Ghadhab .

Di sana Allah mengatakan "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Jadi, manusia itu punya fungsi kekhalifahan. Kalau kita cari makna khalifah, ternyata banyak
banget. Karena emang fungsi kepemimpinan itu adalah fungsi pemberdayaan bukan fungsi
"memperdayakan".

Jadi manusia dalam kapasitasnya sebagai khalifah, adalah fungsi-fungsi pemberdayaan. Dalam ayat


diatas kan malaikat bertanya, mengkonfirmasi keputusan Allah yang menunjuk manusia sebagai khalifah
di muka bumi. "Karakteristik manusia itu kan membuat kerusakan. " Kata malaikat, kami yang biasa
bertasbih, bertahmid kepadamu.

Dan ilmu, rupanya engga Allah kasih ke yang lain, cuma Allah kasih ke Adam . Ketika manusia jauh
daripada ilmu dia engga akan bisa melaksanakan fungsi-fungsi tersebut. Fakta yang ada sekarang
nunjukin bangsa-bangsa yang ilmunya dibawah rata-rata bangsa lain, dia engga bisa
menguasai. Kesimpulannya, kunci untuk menjadi khalifah itu adalah optimalisasi Aql.

Sejauh mana kita bisa mengoptimalkan anugerah sifat-sifat ilahiyyah yang ada dalam diri kita untuk
mencapai kemuliaan diri, untuk bekal mengemban tugas sebagai khalifah di muka bumi. Demikian akhir
dari serial pembahasan mengenai konsep manusia yang cukup panjang ini. Perlu ditekankan sekali
lagi, bicara soal manusia bukanlah sesuatu yang mudah. Sebab bicara mengenai diri kita sendiri yang
tentu penuh dengan keterbatasan untuk mengungkap esensi diri, walaupun memang bukan juga sebuah
kemustahilan.

Mungkin yang udah kita bahas ini belum tentu esensi, tapi mudah-mudahan bisa membantu kita semua
untuk lebih mengenal diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai