Pasal 57 Ayat 1 : Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan Ayat 2 : Ketentuan mengenai ha katas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak berlaku dalam hal : Perintah UU, Perintah Pengadilan, Izin yang bersangkutan, Kepentingan masyarakat, kepentingan orang tersebut
2. UU no 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 47 : Rahasia Kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, berdasarkan ketentuan perundang undangan
3. Permenkes 21 Tahun 2013
Pasal 21 Ayat 1 : Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan berdasarkan prinsip konfidensialitas, persetujuan, konseling, pencatatan, pelaporan dan rujukan Ayat 2 : Prinsip konfidensial berarti hasil pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya dibuka kepada : Yang bersangkutan, Tenaga kesehatan yang menangani, Keluarga terdekat, pasangan seksual dan pihak lain sesuai dengan peraturan perundang undangan.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor :
KEP.68/MEN/IV/2004 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV AIDS di tempat Kerja Pasal 5 Ayat 1 : Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan tes HIV untuk digunakan sebagai prasyarat suatu proses rekrutmen atau kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin. Ayat 2 : Tes HIV hanya dapat dilakukan terhadap pekerja/buruh atas dasar kesukarelaan dengan persetujuan tertulis dari pekerja/buruh yang bersangkutan, dengan ketentuan bukan untuk digunakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 6 Informasi yang diperoleh dari kegiatan konseling, tes HIV, pengobatan, perawatan dan kegiatan lainnya harus dijaga kerahasiaannya seperti yang berlaku bagi data rekan medis