Anda di halaman 1dari 7

Fitofarmaka, Vol.7, No.

1, Juni 2017 ISSN:2087-9164

GAMBARAN PENGGUNAAN ANALGETIKA


PADA PASIEN PASCA BEDAH DI RUANG III DAN MELATI LANTAI 4 RSUD
DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Laila Awaliyah Darajatun, Ilham Alifiar*, Tita Nofianti


Program Studi Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
*email: ilhamalifiar@gmail.com

ABSTRAK

Bedah merupakan tindakan yang dilakukan oleh dokter untuk mengatasi masalah pasien
yang mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri. Nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Penanganan nyeri umumnya
menggunankan analgetik seperti golongan opioid dan Non Steroid Anti-Inflammantory
Drugs. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan analgetik
dalam menghilangkan nyeri pasca bedah meliputi penggunaan analgetik tunggal
maupun analgetik kombinasi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan
desain Cross sectional dan pengambilan data dilakukan secara prospektif. Subjek pada
penelitian ini adalah pasien pasca bedah yang menerima analgetik di Ruang Pasca
Bedah yang dirawat di sebuah RSUD dr. Soekardjo, Kota Tasikmalaya periode April-
Mei tahun 2017. Jumlah pasien yang bersedia untuk mengikuti penelitian ada 111
pasien. Data-data yang diperoleh menunjukkan analgetik yang paling banyak digunakan
adalah ketorolak sebanyak 49,5%, penggunaan terbanyak kedua adalah tramadol
sebanyak 21,6%, kemudian asam mefenamat sebanyak 22,5% dan parasetamol
sebanyak 4,5%. Penggunaan analgetik kombinasi yaitu antara tramadol dengan
ketorolak sebanyak 1,8%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah analgetik tunggal lebih
banyak digunakan terhadap pasien pasca operasi di RSUD dr. Soekardjo, Kota
Tasikmalaya.

Kata kunci: Pereda nyeri, anagesik, pasca bedah

ABSTRACT

Surgery is a common action by doctors taken to overcome the problem of patients who
got tissue damage which caused the pain. Pain is an emotional experience of unpleasant
feelings as a result of actual or potential damage. The pain generally relieved using
analgesia opioid or NSAIDs (Non-steroidal Anti-Inflammantory Drugs). This study
aims to describe the use of analgesics in relieving post-surgical pain includes the use of
a single analgesic or analgesic combination. This study was carried out using
observational methods with cross sectional design. Subjects of this study were 111
patients who received postoperative analgesia in Room III and Melati 4 th floor dr.
Soekardjo General Hospital Tasikmalaya city in period April-May 2017. The results
show that the most widely used analgesic is ketorolac (49.5%) follow by tramadol
(21.6%), mefenamic acid (22.5%) and paracetamol (4.5%) respectively. The
combination analgesic used was tramadol-ketorolac (1.8%). It can be concluded that the
Fitofarmaka, Vol.7, No.1, Juni 2017 ISSN:2087-9164

single analgesic was more widely used in post surgical patients compared to analgesic
combination.

Keywords: Pain reliever, analgesic, post surgery

PENDAHULUAN Nyeri pasca bedah akan


Nyeri pasca operasi umumnya meningkatkan stres pasca bedah dan
disebabkan oleh kerusakan jaringan yang memiliki pengaruh negatif terhadap
tidak dapat dihindari dan mengakibatkan penyembuhan nyeri, setelah pembedahan
perubahan pada sistem saraf perifer dan kontrol nyeri sangat penting, nyeri yang
sistem saraf pusat. Pada tahun 1990 The dibebaskan dapat mengurangi kecemasan,
Royal College of Surgeons (RCS) bernafas lebih mudah dan dalam
melaporkan adanya rasa nyeri pada 30- (Sjamsuhidajat dan Jong, 2010).
70% pasien pasca bedah. Meskipun Penanganan nyeri pada umumnya
kejadian nyeri pasca bedah telah menggunakan analgetik seperti gologan
berkurang 2% pertahun selama 30 tahun opioid, dan NSAID (Non Steroid Anti-
terakhir, 30% pasien masih mengeluh Inflammantory Drugs). Penanganan nyeri
nyeri sedang dan 11% mengeluh nyeri akut yang ringan dapat diberikan NSAID,
parah (Holdcorf dan Jaggar, 2005). pada nyeri akut sedang menggunakan
Beberapa penelitian mengatakan NSAID, dan opioid lemah. Sedangkan
sekitar 9 dari 10 orang di Amerika untuk nyeri yang berat menggunakan
menderita rasa nyeri, nyeri merupakan opioid kuat seperti morfin dan
alasan orang paling umum untuk mencari dikombinasi dengan NSAID disertai
pengobatan. Sekitar 25 juta orang adjuvant (Macintyre, 2010).
Amerika mengalami nyeri akut karena
cedera atau tindakan pembedahan (Katz METODOLOGI PENELITIAN
dkk., 2001). Desain Penelitian
Berdasarkan durasinya, nyeri dapat Penelitian ini menggunakan desain
diklasifikasikan sebagai nyeri akut dan penelitian observational study yang
nyeri kronik. Nyeri akut memiliki termasuk kedalam penelitian deskriptif.
karakteristik awitan mendadak; durasi Jenis penelitian yang digunakan adalah
singkat, kurang dari enam bulan cross sectional yaitu pengukuran yang
sedangkan untuk nyeri kronik awitan dilakukan dalam waktu yang bersamaan
bertahap; menetap, lebih lama dari enam dan berbatas waktu.
bulan (Price dan Wilson, 2006).
Menurut International Association Pengambilan Data
for Study of Pain (IASP) nyeri adalah Pengambilan data dilakukan dengan
pengalaman perasaan emosional yang cara prospektif, yaitu penelitian bersifat
tidak menyenangkan akibat terjadinya longitudinal dengan mengikuti perjalanan
kerusakan aktual maupun potensial, atau penyakit ke depan berdasarkan urutan
menggambarkan kondisi terjadinya waktu perkembangan pasien selama
kerusakan. Nyeri dapat memberikan pengobatan di Rumah Sakit.
perubahan fisiologi, ekonomi, sosial, dan
emosional yang berkepanjangan sehingga
perlu dikelola secara baik.
Populasi dan Sampel
Fitofarmaka, Vol.7, No.1, Juni 2017 ISSN:2087-9164

Populasi dalam penelitian ini Tabel 1. Jenis Kelamin Pasien Pasca


adalah seluruh pasien pasca bedah di Bedah
ruangan III dan Melati lantai 4 RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya yang Jenis Kelamin
Jumlah
memenuhi kriteria inklusi dan sampel Σ %
dalam penelitian ini adalah pasien pasca Laki-laki 60 54,05
bedah yang menggunakan obat analgetika Perempuan 51 45,95
yang memenuhi kriteria inklusi. Σ 111 100

Tahapan Penelitian Pada Tabel 1 dapat dilihat hasil


Penelitian dilakukan dengan penelitian terhadap jenis kelamin laki-laki
tahapan-tahapan sebagai berikut: lebih banyak dibandingkan penelitian
1. Dilakukan penelusuran data terhadap perempuan yaitu 54,05% pada
mengenai pasien-pasien yang pernah laki-laki dan 45,95% pada perempuan.
menerima perlakukan bedah di RS
DR Soekardjo, Tasikmalaya. Tabel 2. Alamat Pasien Pasca Bedah
2. Meminta persetujuan pasien atau Jumlah
keluarganya untuk dimintai Alamat
Σ %
informasi dengan menjelaskan Kota tasikmalaya 46 41,4
ketentuan-ketentuannya (informed Kab. Tasikmalaya 56 50,5
consent). Lainnya 9 8,1
3. Mengumpulkan dan mencatat data- Σ 111 100
data mengenai perlakuan yang
diterima pasien setelah menjalani Data tabel 2 diatas menunjukan
prosedur operasi khususnya bahwa daerah kabupaten Tasikmalaya
informasi mengenai jenis-jenis lebih banyak pasien yang melakukan
analgesik yang diterima. operasi, hal tersebut dapat terjadi karena
4. Melakukan analisa data secara faktor gaya hidup pasien yang dipengaruhi
statistic dan memberikan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena
kesimpulan terhadap hasil analisa penduduk mengalami keterbatasan dalam
data. mengakses fasilitas kesehatan, kondisi
sosial ekonomi dan geografis di pedesaan
Analisis Data lebih minim dibanding dengan perkotaan
Data yang dikumpulkan dianalisis (Hapsari dkk., 2009).
secara statistik, kemudian ditampilkan
dalam bentuk tabel dan diberikan uraian Tabel 3. Karakteristik Umur Pasien
pembahasan. Jumlah
Umur
Σ %
HASIL DAN PEMBAHASAN Anak (<11 tahun) 7 6,3
Pada penelitian ini didapatkan 111 Remaja (12-22 tahun) 20 18
pasien yang memenuhi kriteria. Hasil akan Dewasa (23-45 tahun) 40 36
Paruh baya (46-55 tahun) 13 11,7
disajikan yaitu meliputi demografi pasien, Lansia (>56 tahun) 31 27,9
profil penggunaan obat dan evaluasi
Σ 111 100
penggunaan obat.

Demografi Pasien Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa


pada penelitian ini pasien terbanyak
adalah pada usia antara 12-22 tahun yang
dikategorikan remaja dengan persentase
Fitofarmaka, Vol.7, No.1, Juni 2017 ISSN:2087-9164

36%. Mulai umur 30 tahun, seseorang berperan dan usaha-usaha untuk


akan mulai mengalami penurunan fungsi mencegahnya (Buchari, 2007).
fisiologis dan perubahan-perubahan
struktur menyebabkan terjadinya
penurunan kekuatan otot maupun Tabel 5. Karakteristik Pekerjaan
mudahnya seseorang menderita penyakit Pasien
(Sesa dan Efendi, 2015).
Jumlah
Pekerjaan
Tabel 4. Karakteristik Pasien Berdasarkan Σ %
Tingkat Pendidikan Buruh 29 26,1
IRT 30 27
Petani 5 4,5
Tingkat Jumlah Pelajar/Mahasiswa 25 22,5
pendidikan Σ % Wiraswasta 10 9
SD 58 52,3 Pedagang 3 2,7
SMP 20 18 Karyawan Swasta 3 2,7
SMA 26 23,4 Pensiunan 1 0,9
PT 4 3,6 Tidak Bekerja 5 4,5
Tidak Sekolah 3 2,7 Σ 111 100
Jumlah 111 100
Tabel 6. Diagnosis Pasien
Berdasarkan tabel 4 tingkat
pendidikan pasien yang paling banyak Jumlah
Diagnosis
adalah tingkat SD sebanyak 58 pasien Σ %
dengan persentase 52,3%. Pendidikan Gangguan sistem Digestif 42 37,
Neoplasma 30 8
diperlukan untuk mendapatkan informasi Gangguan kelenjar tiroid 6 25,
yang menunjang kesehatan sehingga dapat Gangguan sistem 9 2
meningkatkan kualitas hidup, pendidikan genitourinaria 13 5,4
berpengaruh pada cara berpikir, tindakan Infeksi kulit dan jaringan 2 8,1
dan pengambilan keputusan seseorang Gangguan kelenjar Limfa 9 11,
Cidera 7
dalam melakukan suatu perbuatan 1,8
(Sriyono, 2015). 8,1
Berdasarkan Tabel 5 pekerjaan Σ 111 100
pasien pasca bedah paling banyak adalah
perempuan yang bekerja sebagai IRT (ibu Berdasarkan Tabel 6, diagnosis yang
rumah tangga) sebanyak 30 pasien (27%), paling banyak adalah gangguan sistem
sedangkan yang memiliki pekerjaan digestif yaitu sebanyak 42 pasien dengan
sebagai buruh sebanyak 29 pasien persentase 37,8%. Sistem digestif disebut
(26,1%). juga sistem sistem pencernaan terdiri dari
Hubungan pasien operasi dengan ronggan mulut, faring, eosophagus,
faktor pekerjaan dapat terjadi karena lambung, usus halus, dan usus besar
pekerjaan yang terlalu berat dapat merupakan komponen saluran
mempengaruhi kesehatan dan berakibat gastrointestinal.
menimbulkan penyakit. Penyakit akibat
kerja atau berhubungan dengan pekerjaan
dapat disebabkan oleh paparan dari
lingkungan kerja, terdapat kesenjangan
antara pengetahuan ilmiah tentang
bagaimana bahaya-bahaya kesehatan
Fitofarmaka, Vol.7, No.1, Juni 2017 ISSN:2087-9164

Tabel 7. Nilai VAS (Visual Analog Scale) kesehatan perorangan, mencakup


pelayanan promotif, preventif, kuratif dan
Nilai VAS
Jumlah rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan
Σ % bahan medis pakai sesuai dengan
1-3 102 91,9 kebutuhan medis yang diperlukan
4-6 9 8,1 (Anonim, 2013).
Σ 111 100
Profil Penggunaan Obat
Berdasarkan Tabel 7 tingkat Penggunaan obat pada pasien nyeri
keparahan nyeri padapasien pasca bedah pasca bedah di ruang III dan Melati lt.4
dengan nilai vas 1-3 (nyeri ringan) adalah obat golongan analgetik narkotik
berjumlah 102 pasien (91,9%), nilai VAS yaitu tramadol, golongan analgetik non-
4-6 (nyeri sedang) berjumlah 9 pasien narkotik seperti ketorolak, asam
(8,1%). mefenamat dan parasetamol.
Skala analog visual merupakan
gambaran tentang seberapa parah nyeri Tabel 9. Penggunaan Obat Analgetik
yang dirasakan oleh individu, pengukuran
nyeri dengan pendekatan objektif yang Jumlah
Nama Obat
paling mungkin adalah menggunakan Σ %
respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu Narkotik
Tramadol 24 21,6
sendiri (Tamsuri, 2006).
Non narkotik
Ketorolak 55 49,5
Tabel 8. Status Pembayaran Pasien Asam mefenamat 25 22,5
Parasetamol 5 4,5
Status Jumlah Kombinasi
pembayaran Σ % Tramadol - ketorolak 2 1,8
Umum 4 3,6 Jumlah 111 100
BPJS 94 84,7
Jamkesda 12 10,8 Berdasarkan Tabel 9 analgetik yang
Jamkeskin 1 0,9
Σ 111 100 digunakan adalah golongan narkotik dan
Keterangan: non-narkotik. Golongan narkotik yang
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial digunakan yaitu tramadol, dengan
Jamkesda: Jaminan Kesehatan Daerah persentase 21,6%, penggunaan analgetik
Jamkeskin: Jaminan Kesehatan Miskin Daerah non-narkotik sebanyak 87 pasien,
diantaranya penggunaan ketorolak dengan
Berdasarkan Tabel 8 status persentase 49,5%, penggunaan asam
pembayaran pasien yang paling banyak mefenamat 22,5% dan parasetamol 4,5%,
adalah dengan cara pembayaran BPJS sedangkan kombinasi tramadol dengan
dengan persentase 84,7%, sedangkan ketorolak 1,8%.
untuk pembayaran dengan jamkesda Tramadol adalah suatu analgesik
10,8%, jamkeskin 0,9% dan pembayaran kerja sentral dengan mekanisme kerja
umum 3,6%. didasarkan pada blokade penyerapan
BPJS merupakan badan hukum ulang serotonin. Tramadol bekerja secara
publik yang dibentuk untuk sinergis yaitu agonis opioid yang lemah
menyelenggarakan program jaminan dan penghambat kembali neuro transmiter
sosial. BPJS terdiri dari BPJS kesehatan monoamin. Pada sistem pernafasan,
dan BPJS ketenagakerjaan. Setiap peserta tramadol lebih kecil menyebabkan depresi
berhak memperoleh manfaat jaminan pernafasan dibandingkan dengan opioid
kesehatan yang bersifat pelayanan lain. Onset tramadol 15-45 menit setelah
Fitofarmaka, Vol.7, No.1, Juni 2017 ISSN:2087-9164

pemberian oral sedangkan setelah antiinflamasi. Parasetamol diberikan


pemberian rute parenteral onsetnya 5-10 secara oral. Dalam dosis yang besar
menit (Raffa, 2008). bersifat toksik bagi hati dan ginjal
Ketorolak merupakan suatu (Katzung, 2015).
analgetik non narkotik, obat ini Kombinasi merupakan gabungan
merupakan OAINS yang menunjukan dua obat dengan khasiat yang sama dan
aktivitas antipiretik yang lemah dan digunakan secara bersamaan. Proses
antiinflamasi. Ketorolak menghambat kerjanya dapat berupa antagonis dan
biosintesis prostaglandin, kerjanya sinergis. Antagonis terjadi ketika kerja
menghambat enzim siklooksigenase, obat pertama dikurangi atau ditiadakan
ketorolak memberikan efek antiinflamasi sama sekali oleh obat kedua. Sinergisme
dengan menghambat pelekatan granulosit terjadi ketika kekuatan obat saling
pada pembuluh darah yang rusak, memperkuat. Sinergisme ada 2 jenis yaitu
menstabilkan membran lisosom dan adisi/sumasi (kekuatan obat saling
menghambat migrasi leukosit ke tempat memperkuat kombinasi kedua obat yang
peradangan (Hardman dan Limbird, sama dengan jumlah masing-masing
2012). kekuatan obat tersebut) dan potensial
Ketorolak telah digunakan untuk (kekuatan kombinasi kedua obat lebih
menghilangkan gejala nyeri pasca bedah besar dari jumlah kedua obat tersebut)
ringan sampai sedang, termasuk yang (Sastramihardja, 2011).
berhubungan dengan operasi perut,
ginekologi, mulut, optalmik, ortopedi dan
urologi. Ketorolak tidak boleh digunakan KESIMPULAN
untuk analgesia selama persalinan karena Hasil penelitian yang dilakukan
inhibitor sintesis prostaglandin dapat terhadap pasien pasca bedah di ruang III
mempengaruhi kontraksi uterus dan dan Melati lt.4 RSUD Kota Tasikmalaya
sirkulasi janin (American Hospital periode April-Mei 2017 menunjukan
Formulary Services, 2008). bahwa analgetik yang paling banyak
Asam mefenamat merupakan digunakan adalah golongan antiinflamasi
senyawa fenamat turunan N-fenilantranilat nonsteroid yaitu ketorolak sebanyak 55
yang termasuk golongan fenamat. pasien (49,5%), asam mefenamat 25
Senyawa fenamat mempunyai sifat pasien (22,5%), parasetamol 5 pasien
analgetik, antiinflamasi. Pada anlgesia, (4,5%). Sedangkan untuk penggunaan
asam mefenamat merupakan satu-satunya analgetik narkotik yaitu tramadol
fenamat yang menunjukan kerja pusat dan digunakan oleh 24 pasien (21,6%),
perifer. Asam mefenamat rute oral kombinasi tramadol-ketorolak pada 2
diabsorbsi pertama kali dari lambung dan pasien (1,8%). Pemberian analgetik
usus selanjutnya obat akan melalui hati ketorolac dan tramadol dilakukan secara
diserap oleh darah dan dibawa oleh darah parenteral, sedangkan asam mefenamat
sampai ke tempat kerjanya, konsentrasi dan parasetamol diberikan secara oral.
puncak asam mefenamat dalam plasma
tercapai dalam 2-4 jam (Goodman dan SARAN
Gilman, 2012). Perlu dilakukan penelitian lanjutan
Parasetamol atau asetaminofen untuk studi kasus serupa dengan
adalah metabolit aktif fenasetin dan parameter-parameter uji yang lebih
berperan menghasilkan efek analgesik, terperinci sehingga didapatkan data lebih
merupakan inhibitor COX-1 dan COX-2 detail dalam memahami kondisi pasien
di jaringan perifer dan tidak memiliki efek selama perawatan pasca bedah dan
Fitofarmaka, Vol.7, No.1, Juni 2017 ISSN:2087-9164

mendapatkan terapi obat yang efektif. Macintyre PE, Schug SA, Scott DA,
Penelitian juga harus dilakukan dengan Visser EJ, Walker. 2010. Acute Pain
periode yang lebih lama dan penggunaan Management: Scientific Evidence.
obat yang lebih beragam. Australian and New Zealand
College of Anaesthetists. Australia.
Price, A. Sylvia dan Wilson, M. Lorraine.
DAFTAR PUSTAKA 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
American Pharmacists Associstion Proses-Proses Penyakit; Edisi-6
(APHA). 2009. Drug Information Vol. 2. Jakarta: Buku Kedokteran
Handbook: A Comprehensif EGC.
Resource for All Clinicians and Raffa. 2008. Basic Pharmacology
Healthcare Professionals 17th Relevant To Drug Abuse
Edition. Lexi Comp. U.S.A Assessment: Departement Of
Katz J.A., P.H. Berry, E.C. Covington Pharmaceutical Sciences. Journal
J.L. Dahl dan C. Miaskowski. 2011. Of Clinical Pharmacy And
Pain: Current Understanding of Therapeutics. University School of
Assessments, Managements, and Pharmacy: Philadelphia, USA.
Treatments. National Sastramihardja. 2011. Farmakologi
Pharmaceutical Council. USA. Klinik. Bandung: PT Kiblat Buku
Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Utama.
Penyakit Terkait Kerja. USU Sesa dan Efendi. 2015. Karakteristik
Repository. Universitas Sumatera Penderita Hernia Inguinalis Yang
Utara. Sumatera Utara. Dirawat Inap Di Rumah Sakit
Hardman, J.G. dan L.E. Limbird. Umum Anutapura Palu Tahun 2012.
2012.Goodman & Gilman: Dasar Jurnal Kesehatan Tadulako Vol.1
Farmakologi Terapi Edisi 10 Vol II. No.1, Januari 2015.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sjamsuhidajat R, Jong. 2013. Buku Ajar
Hapsari, D., S. Sari dan J. Pradono. 2009. Ilmu Bedah. Jakarta : Buku
Pengaruh lingkungan sehat dan Kedokteran EGC.
perilaku hidup sehat terhadap status Sriyono. 2015. Pengaruh Tingkat
kesehatan. Buletin Penelitian Pendidikan Dan Pemahaman
Kesehatan. 37: 40-49. Masyarakat Tentang Ikan
Holdcroft, A. dan S. Jaggar. 2005. Core Berformalin Terhadap Kesehatan
Topics in Pain. Cambridge Masyarakat. Faktor exacta, Vol. 8,
University Press. United Kingdom. No. 1.
Katzung G Betram, Masters B Susan, Tamsuri, A. Seri Kebutuhan Dasar
Trevor Anthony J. 2015. Manusia: Konsep Dan Pelaksanaan
Farmakologi Dasar dan Klinik; Nyeri. Jakarta: Buku Kedokteran
Edisi 12. Vol. 1. Penerbit Buku EGC.
Kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai