Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

POLITIK DAN DEMOKRASI MINORITAS ETNIS TIONGHOA DI


BOGOR

DISUSUN OLEH:

JUDITIH AMMARIS SIDHARTA

1812541044

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................3

1.1 Latar belakang...........................................................................................3

1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................4

1.4 Batasan Masalah........................................................................................4

1.5 Tujuan........................................................................................................4

1.6 Manfaat......................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

2.1 Tinjauan Pustaka.......................................................................................5

2.2 Landasan Konseptual................................................................................8

2.3 Landasan Teoritis......................................................................................8


BAB I
PENDAHULUAN

3.3.1. Latar belakang


Indonesia merupakan negara dengan keragaman suku, ras, agama,
dan bahasa yang bahkan di tuangkan kedalam Bhineka Tunggal Ika yang
diartikan sebagai berbeda beda tetapi tetap satu yang dapat diartikan
sebagai negara yang beragam namun tetap bersatu, dengan keragaman
yang ada maka sudah pasti akan terjadi banyaknya konflik etnis yang
terjadi terutama kepada kaum minoritas yang notabennya dianggap tidak
memiliki banyak suara. Kaum minoritas di Indonesia sering kali
mengalami diskiriminasi baik secara verba mauun non-verba dengan
tidak kuatnya perlindungan hukum kepada setiap masyarakat maka
gesekan sering kali menguntungkan mayoritas agar menghindari stigma
buruk terhadap pemerintah karena melindungi minoritas.
Pada dasarnya diskriminasi merupakan masalah sosial yang
mengakibatkan pola relasi, interaksi dan komunikasi manusia menjadi
terganggu. Perilaku diskriminatif ini sering kali tidak disadari oleh subjek
atau orang yang menerima perlakuan diskriminasi tersebut dan oleh yang
memperlakukan tindakan diskriminasi tersebut. Praktek diskriminasi
merupakan tindakan yang mengkucilkan warga Negara untuk
mendapatkan hak dan pelayanan kepada masyarakat dengan didasarkan
warna kulit, golongan, suku, etnis, agama, bangsa, jenis kelamin dan
sebagainya ( Liliweri, 2005;218 ).
Adapun pendapat lain dari Theodorson dalam Danandjaja ( 2003 :2 )
mengatakan bahwa yang di maksud dengan diskriminasi adalah
perlakuan yang tidak seimbang terhadap perseorang, kelompok,
berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau keanggotaan
kelas – kelas sosial. Diskriminasi ini tidak hanya terjadi pada
peseorangan, namun diskriminasi ini juga terjadi pada kelompok –
kelompok masyarakat,baik itu di kelompok masyarakat mekanik ataupun
masyarakat organik. Seperti halnya terjadi pada masyarakat Indonesia
pada saat ini.

Latar kebencian terhadap masyarakat keturunan Tionghua menurut


jurnal Political Institution and Ethnic Chinese Identity In Indonesia yang
di tulis Freedman menyebutkan tindakan Soehato sebagai presiden pada
masa itu menggap bahwa masyarakat Tionghua yang memperoleh
banyak investasi dari pihak asing sebagai non pribumi dan membuat
masyarakat Indonesia membenci masyarakat keturunan Tionghua. Begitu
pula yang dialami etnis Tionghoa di Bogor, yang didiskriminiasi saat
terselenggaranya Cap Go Meh tahun 2019 kemarin. Perayaan Cap Go
Meh di Kota Bogor dihadiri oleh Sejumlah pejabat yang turut hadir
dalam agenda tahunan itu, seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil,
Kapolda Jawa Barat Agung Budi Maryoto, Wali Kota Bogor Bima Arya
Sugiarto, perwakilan kedutaan besar, serta beberapa pejabat lainnya.
Pembukaan acara tersebut juga menghadirkan enam tokoh pemuka
agama yang masing-masing mewakili agama Islam, Kristen Protestan,
Kristen Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu Wali Kota Bogor Bima
Arya Sugiarto mengatakan, perayaan Cap Go Meh bertajuk Bogor Street
Festival ini merupakan ajang pemersatu bangsa di tengah keberagaman.
Bima menuturkan, hal ini merupakan momentum untuk bersama-sama
menjaga komitmen untuk saling menghormati dan menghargai. "Bogor
Street Festival bukan hanya peristiwa budaya. Ini persembahan dari
Bogor untuk Indonesia, ajang pemersatu bangsa melalui budaya," kata
Bima, dalam sambutannya. Sementara itu, ketua Pelaksana Cap Go Meh
Arifin Himawan menjelaskan, event ini merupakan penegasan atas nilai
persatuan bangsa yang selalu dijaga oleh Kota Bogor. Arifin
menegaskan, Kota Bogor secara konsisten ingin memperlihatkan
semangat toleransi dan pluralisme yang selalu dipelihara sebagai bagian
dari masyarakat besar di Indonesia. "Ini menjadi bukti bahwa semangat
pluralisme, nilai toleransi dan kekayaan budaya yang diperlihatkan Kota
Bogor sangat efektif mempersatukan warga. Ini juga sebuah fakta betapa
masyarakat kita sangat dewasa menjaga kebangsaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.”

Tentunya perayaan tersebut tidak serta merta melulu selalu diterima


ada juga Organisasi Keagamaan yang bersikeras melarang adanya
kegiatan perayaan Cap Go Meh yang ditandai beredar surat dari Forum
Muslim Bogor (FMB) yang menyerukan agar pemerintah tidak
memfasilitasi perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Kota Bogor. Mereka
meminta Pemerintah Kota dan Kabupaten Bogor tidak memfasilitasi
perayaan Imlek dan Cap Go Meh di wilayah Bogor, terutama yang
melibatkan umat beragama lainnya. Forum Muslim Bogor juga meminta
pemerintah untuk tidak mengarahkan aparat sipil negara (ASN) yang
beragama Islam dan masyarakat muslim lainnya untuk ikut menghadiri
atau mendukung perayaan tersebut.

Karenanya penulis tertarik untuk meneliti konflik diskriminasi


etnis yang ada di kota Bogor terhadap perayaan Cap Go Meh. Hal
tersebut akan menghantarkan pemahaman baru, sejauh mana sikap
toleransi masyarakat kota Bogor. Dengan demikian penulis akan
meneliti dengan judul “Politik dan Demokrasi Etnis Minoritas
Tionghoa di Bogor (Studi Kasus Cap Go Meh 2019 di Jl. Surya
Kencana Kota Bogor).” Pemilihan etnis Tionghoa di Bogor sebagai
subjek dalam studi kasus di penelitian ini, berdasarkan data-data di
atas, etnis Tionghoa dirasa cukup relevan untuk penijauan ini.

3.3.2. Batasan Masalah


Menghindari akan banyaknya aspek yang harus diuji dalam melakukan
penelitian ini, maka penelitian akan melakukan metode studi banding yang
akan dilakukan di Jl. Surya Kencana, Bogor Tengah.

3.3.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada dapat diperoleh sebuah tujuan pembuatan
penelitian yaitu untuk mengetahui Bagaimana Masyarakat keturunan
Tionghua mampu berkembang ditengah maraknya tindakan diskriminasi
di Indonesia.
3.3.4. Manfaat
Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Bagi Pembaca, dengan adanya penelitian ini diharapkan pembaca
bisa memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan baru yang
berkaitan dengan realita diskriminasi etnis di Indonesia.
2. Bagi Penulis, dengan adanya pembuatan tulisan ini penulis bisa
menerapkan kajian ilmu sosial politik yang penulis pelajari dan
mampu menerapkan kedalam masyarakat sehingga dapat
memperoleh hasil yang sesuai dengan bidang ilmu saya yang
berguna untuk menjawab permasalahan yang saya ajukan.
BAB II
DASAR TEORI

3.3.5. Tinjauan Pustaka


Penelitian mengenai diskriminasi etnis akhir-akhir ini banyak
ditemukan. Selain itu terbukti dari adanya beberapa artikel atau wacana
yang lain ada dipublik mulai membahas tentang diskriminasi etnis yang
ada di Indonesia. Berikut artikel dan hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian ini yang dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka.

Penulis meneemukan beberapa buku dan penelitian akademis yang


berhubungan denganya yaitu sebagai berikut : Usup Mardini dalam
skripsinya dengan judul ”Respon Organisasi Keagamaan terhadap
Perayaan Cap Go Meh”. Skripsi ini membahas tentang mengkaji fungsi
dari perayaan Cap Go Meh terhadap keterkaitanya dengan aspek-aspek
lain dalam kehidupan masyarakat menggunakan metode kualitatif.

Masalah minoritas adalah masalah masyarakat yang umum dan


menjadi fenomena universal dengan sumber perbedaannya pada, ras,
bahasa, agama budaya, Negara asal, pekerjaan, pendapatan, kebiasaan dan
sebagainya. Ada sikap dari pengaruh rasial yaitu kaum mayoritas
mengklaim adanya superior karena anggapan tentang nilai – nilai dari
kaum minoritas. Dan adanya sikap hegemoni budaya, etnis dan kebiasaan
dari kaum mayoritas kepada kaum minoritas.

Diantaranya prilaku diskriminasi yang terjadi seluruh dunia sepeti


halnya dasar apartheid yang pernah diamalkan di Afrika Selatan, enam
juta Yahudi Eropa dibunuh oleh Nazi pada tahun 1940-an, dengan kedok
“memurnikan” ras Eropa, lebih dari satu juta orang Amerika yang tinggal
di Turki di bantai oleh orang Turki pada awal abad 20, demikian juga
ribuan orang Arab di Zanzibar yang menginginkan kebebasan (Sears,
1994, 146 ).
Dalam keadaan yang lebih melampau pula, diskriminasi boleh
membawa kepada tindakan langsung dan keganasan terhadap kumpulan
sasaran, di Indonesia sendiripun terjadi banyak kasus diskriminatif salah
satunya pada masyarakat etnis tionghoa di Jakarta pada masa orde baru
termasuk Koran – Koran yang berbahasa cina, perilaku diskriminasi
lainnya terjadi pada bentuk keyakinan / agama terjadi pada masyarakat
Kristen di solo sejak tahun 1770-an, banyak di antaranya menimbulkan
korban jiwa ( Sarlito, 2006 ), antara etnis Cina dengan etnis Bugis -
Makassar yang berujung pada konflik kekerasan, kerusuhan antara Etnis
Dayak dan etnis Madura, Kerusuhan 6 antar etnis Jawa dan etnis Cina dan
Kerusuhan antar umat beragama di Maluku misalnya, dan masih banyak
lagi prilaku diskriminasi yang di lakukan oleh kelompok mayoritas
terhadap kelompok minoritas di Indonesia.

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas penelitian yang dilakukan oleh


penulis dengan penelitian sebelumnya memiliki persamaan, yakni sama-
sama membahas tentang permasalahan yang sama mengenai diskriminasi
etnis minoritas.

2.2 Landasan Konseptual

Landasan Konseptual dalam penelitian ini adalah menekankan pada


permasalahan yang diangkat peneliti, dengan mengemukakan pandangan
umum atau pemahaman suatu konsep. Wulansari (2009: 33) menyatakan
bahwa konsep merupakan kata atau istilah yang mengemukakan tentang
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lainnya. Konsep dianggap
ada pada tahapan abstraksi yang lebih rendah dibandingkan dengan teori.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep Diskriminasi Etnis.
Untuk mempertegas kajian ini, maka perlu kiranya memberikan satu
persatu pengertian tentang :

Diskriminasi adalah aksi negatif terhadap kelompok yang menjadi


sasaran prasangka. Diskriminasi berhubungan dengan prangka karna
seperti yang telah saya katakan pada bagian sebelumnya bahwa
prasangka dapat menimbulkan tingkah laku negative kepada orang
mendapat prasangka negatif itu,wujud tingkah laku negatif. Diskriminasi
merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di
mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh
individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa
dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena
kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain.

Diskriminasi juga berarti merujuk kepada pelayanan yang tidak adil


terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi
merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat
manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk
membeda-bedakan yang lain. Diskriminasi berasal dari bahasa Inggris
yakni discrimination yang artinya „perbedaan perlakuan‟. Dalam bahasa
Arab disebut dengan „tafriq‟ dan merupakan sifat tercela yang harus
dihapuskan, apa lagi di Negara yang menganut sistem demokrasi.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto,


diskriminasi artinya adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga
Negara berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan
sebagainya. Istilah diskriminasi kemudian meluas maknanya kepada
segala bentuk pembedaan atas warga negara atas dasar suku bangsa dan
ras antar negara (SARA)

Kata etnik (ethnic) berasal dari bahasa Yunani “ethnos” , yang


merujuk pada pengertian bangsa atau orang. Seringkali ethnos diartikan
sebagai setiap kelompok sosial yang ditentukan oleh ras, adat istiadat,
bahasa, nilai, dan norma budaya dan lain-lain, yang pada gilirannya
mengindikasikan adanya kenyataan kelompok yang minoritas dan
mayoritas dalam suatu masyarakat. Misalnya kita menyebutkan
Eurocentric untuk menerangkan kebudayaan yang terpusat pada
mayoritas etnik dan ras dari orang-orang Eropa; Chinacentric utnuk
menyebutkan kebudayaan yang beroriantasi pada Cina; Jawacentric
untuk menjelaskan kebudayaan yang berorientasi pada Jawa, dan
lainlain. Jadi, istilah etnik mengacu pada suatu kelompok yang sangat
fanatik dengan ideologi kelompoknya, dan tidak mau tahu dengan
ideologi kelompok lain.

Dalam perkembangannya makna ethnos berubah menjadi etnichos,


yang secara harafiah digunakan untuk menerangkan keberadaan
sekelompok “penyembah berhala” atau orang kafir yang hanya berurusan
dengan kelompoknya sendiri tanpa peduli kelompok lain. Menurut
Fredrick Barth, Etnis adalah himpunan manusia karena kesamaan ras,
agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut yang
terikat pada sistem nilai budaya. Sedangkan menurut Hassan Shadily
M.A. etnis atau suku bangsa adalah segolongan rakyat yang masih
dianggap mempunyai hubungan biologis.

Disisi lain Ensiklopedi Indonesia berpandangan Etnis berarti kelompok


sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau
kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan
sebagainya. Anggota - anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan
dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun
tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.

Etnik sebagai satu kelompok manusia yang mempunyai ikatan


kebudayaan yang banyak persamaan seperti persamaan agama, ras,
mahupun asal usulnya. Kumpulan etnik yang sama berkongsi adat,
bahasa, pakaian tradisional, makanan dan mempunyai hubungan sosial
sesama mereka. Perkongsian nilai telah menghasilkan identiti etnik
tertentu yang secara tidak langsung membahagikan masyarakat dengan
kumpulan etnik yang berbeda.

Etnik juga didefinisikan sebagai: "Sebuah kelompok etnis didefinisikan


sebagai kolektivitas dalam masyarakat yang lebih besar memiliki
keturunan nyata atau diduga umum, kenangan masa lalu sejarah bersama,
dan fokus budaya pada satu atau lebih elemen simbolis didefinisikan
sebagai lambang peoplehood mereka. Contoh unsur simbolik tersebut:
pola kekerabatan, kedekatan fisik, agama, bahasa atau dialek "

2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan alur penulis dalam melakukan


penelitian. Kerangka berpikir dibuat berdasarkan permasalahan dan
fokus penelitian, serta menggambarkan secara singkat alur penelitian
yang akan dilakukan. Indonesia merupakan salah satu Negara yang
masyarakatnya mempunyai banyak kebudayaan dan mempunyai
karakteristik, mulai dari etnis, suku bangsa, agama, adat-istidat dan lain
sebagainya. Sehingga masyarakat Indonesia disebut sebagai masyarakat
Multikultural. Hal tersebut terjadi karena masyarakat Indonesia terdiri
dari berbagai etnis besar sebagai masyarakat pribumi yang merupakan
kelompok mayoritas serta terdapat juga kelompok minoritas salah
satunya yaitu etnis Tionghoa dan lain sebagainya.

Kelompok etnis minoritas ini awalnya datang ke Indonesia hanya


untuk berdagang dan lambat laun akhirnya mereka menetap di
Indonesia. Hubungan relasi anta kelompok etnis yang ada di Indonesia
berlangsung dengan baik, meskipun terkadang terjadi konflik antar
kelompok etnis yang ada di Indonesia. Masyarakat multikultural
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia salah satunya di Kota Bogor,
yang merupakan wilayah yang terdapat di Jawa Barat. Jl. Suryakencana
yang merupakan salah satu wilayah yang ada di Kota Bogor yang
penduduknya merupakan keturunan Tionghoa, sebagai Minoritas.

Di Suryakencana ini terjadi diskriminasi etnis sehingga memunculkan


perspektif-perspektif dari masing-masing kelompok etnis yang tinggal
di Jl. Suryakencana. Kedua kelompok ini saling berinteraksi dengan
baik dalam kehidupan keseharian mereka, akan tetapi hal tersebut tidak
lepas dari adanya permasalahan yang terjadi antar kelompok. Konflik
yang menimpa etnis minoritas ini merupakan karakteristik dari
diskriminasi etnis. Dalam diskriminasi etnis ini penulis menggunakan
konsep diskriminasi etnis dari tokoh yang bernama. Konsep tersebut
sangat cocok digunakan untuk menganalisis diskriminasi minoritas.
Dari penjelasan diatas, peneliti menggunakan kerangka berpikir sebagai
berikut:

Bagan 1 Kerangka Berpikir

Anda mungkin juga menyukai