Anda di halaman 1dari 21
Perang Uhud ae oe ee ini terjadi karena para tokoh Quraisy yang tidak terbunuh pada Perang Badar bersepakat untuk membalaskan dendam orang-orang yang terbunuh di Badar. Mereka ingin mem- bentuk pasukan besar guna menghadapi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dukungan dana dari seluruh kekayaan yang dibawa leh kafilah Abu Sufyan. Keinginan ini akhirnya disetujui oleh seluruh kaum Quraisy dengan didukung pula oleh unsur-unsur yang dikenal dengan nama “al-Ahabisy” (suku-suku lain di sekitar Makkah yang terikat dengan perjanjian dengan suku Quraisy). Mereka bahkan mengerahkan kaum wanita untuk mencegah larinya para tentara dari medan perang apabila kaum Muslimin melancarkan serangan kepada mereka, Kaum Quraisy keluar meninggalkan Makkah dengan tiga ribu tentara. Setelah mendengar kabar tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya. Dalam musyawarah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan kepada mereka antara keluar menjemput musuh di luar kota Madinah atau bertahan di dalam kota Madinah; jika musuh datang menyerang kota Madinah, barulah kaum Muslimin menghadapi mereka dalam kota. Dari kalangan orang-orang tua, termasuk Abdullah bin Ubay bin Salul, memilih tawaran kedua (bertahan di dalam kota Madinah), sedangkan sebagian besar dari para sahabat yang tidak berkesempatan ikut Perang Badar berkeinginan menghadapi musuh. di luar kota Madinah lalu mereka berkata, Spe Vee BEES an ice ica SUMP As at wee ayy VG AG Al oN SN Golongan ini terus saja mendesak Pelle seaialiat ‘alaihj wa sallam agar mau melakukan perang di luar oe inal rad akhirny, beliau menyetujui. Rasulullah shallallahu alai i wa - lam emudian masuk ke rumahnya lalu mengenakan baju re aL renga senjatanya. Melihat ini, orang-orang yang alts ‘asulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut lalu menyesali iri karena merasa telah memaksa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melakukan sesuatu yang tidak diingininya sehingga mereka berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, : ae ee et ee aye ee Sad Ge OF CUS WES Sy edt SE SSE “Ya Rasulullah, kami tadi telah mendesak Anda untuk keluar, padahal tidak selayaknya kami berbuat demikian. Karena itu, jika Anda suka, duduklah saja!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, Tet ie Fda ee 7 PES Gees of (653 Lely hh od BL ed oat “Tidak pantas bagi seorang Nabi apabila telah memakai pakaian Perangnya untuk meletakkannya kembali sebelum perang.”” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian keluar dari Madinah bersama seribu orang Pasukannya menuju Uhud pada hari Sabtu tanggal 7 Syawwal, 32 bulan setelah hijrah beliau, '22 Ketika di tengah Perjalanan antara Madinah dan Uhud, Abdullah bin Ubay bersama sepertiga pasukan—umumnya terdiri atas Para pendukungnya— paar desersi dan kembali pulang dengan alasan yang dikemuka- nya, “Dia (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak men ku, bahkan menyetujui pendapat anak-anak in, orang awam. Kami tidak tahu untuk apa kami diri kami sendiri?” vetujui pendapat- 'gusan dan orang- harus membunuh 122) Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan Imam Ahmad. habranj hadits hampir serupa dengannya. Lihat Sirah Ibnu Fisyam, 2 ertvavatian Thabari, 2/500, dan Tartibu Musnadil Imam Ahmed, be goz 42 Tarikhuth done : Wt chants tel Sted mie a ee , ‘Abdullah bin Harram berusaha mencegah mereka dan mem- eringatkan mereka agar tidak mengkhianati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi mereka menolak, bahkan tokoh mereka menjawab, “Seandainya kami tahu akan terjadi peperangan, niscaya kami tidak akan mengikuti kalian.” Bukhari meriwayatkan bahwa kaum Muslimin berselisih pendapat mengenai tindakan desersi itu. Sebagian mengatakan, "Kita perangi mereka,” sedangkan sebagian yang lain mengatakan, “Biar- kanlah mereka.” Selanjutnya turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala mengenai hal ini, @ i ae fb “Maka kamu menjadi dua golongan dalam menghadapi orang- orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu ingin memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan oleh Allah? Siapa pun yang disesatkan oleh Allah, sekali-kali kamu tidak mungkin mendapatkan jalan untuk memberi petunjuk kepadanya.” (an-Nisa‘ [4]: 88)'* Menghadapi peperangan ini, sebagian sahabat mengusulkan supaya meminta bantuan kepada orang-orang Yahudi, mengingat mereka terikat perjanjian untuk tolong-menolong dengan kaum Muslimin. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, oF ek fe ety et 2 oe XK st at fe 0 JB aS “Kita tidak akan pernah meminta bantuan kepada orang-orang musyrik untuk menghadapi orang-orang musyrik (lainnya).”!5 Rasulullah kemudian bersama para sahabatnya—jumlah mereka tidak lebih dari tujuh ratus tentara—mengambil posisi di sebuah dataran di lereng gunung dan membentengi diri di balik gunung menghadap ke arah Madinah. Beliau menempatkan lima puluh pasukan pemanah di atas bukit yang terletak di belakang kaum Muslimin itu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk Abdullah bin Jubair hari. 5/31. h. Kepada pasukan pe, i pimpil asukan pemana! a So ialahy “alaihi wa sallam berpesan, ah, a ae z aren 972 gd | ies ie pal 1a Oya OB ae HEE oe ae tye . . 17d oan whe Oe selc, wy fad OAS O19 US SG Ue i jan ini dan lindungilah pasukan kj “Berjagalah di tempat kalian ini i an kit ee arses Bila kalian melihat pasukan kita berhasil men. desak dan menjarah musuh, janganlah sekali-kali kalian turut menjarah. Demikian pula andai kalian melihat pasukan kita banyak yang gugur, janganlah kalian bergerak membantu,”% Rafi’ bin Khudaij dan Samurah bin Jundab, keduanya berusia lima belas tahun, meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk ikut serta dalam peperangan ini. Karena terlalu muda, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak permintaan tersebut. Setelah di- jelaskan kepada beliau bahwa Rafi’ ahli memanah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkannya. Samurah bin Jundab pun kemudian menghadap Rasulullah seraya berkata, “Demi Allah, aku bisa mem- banting Rafi’.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memboleh- kannya juga. Pada hari menjelang Perang Uhud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang sebilah pedang kemudian bertanya kepada pasukannya, “Siapakah diantara kalian yang sanggup memenuhi fungsi pedang ini?’ Abu Dujanah Maju seraya menjawab, “Aku sanggup meme- Rasululh siete Tah wren Pedang tersebue dari cangan 'alallahu ‘alaihi wa sallam. la mengeluarkan selembar kain merah lalu diikatkannya di kepala (kebiasaan Abu Dujanah jika ingin berperang sampai mati) kemudian dia berjalan mene Lili : ian dengan membanggakan dir. Me gelilingi barisa wa sallam bersabda, Uhat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi Py) lie JH 3 Y) & Gaal “Sesungguhnya, cara berjal ‘ - lan seperti it ; i Subhanahu wa Ta’ala kecuali pada fempae 4 imurkai ‘oleh Allah ini (perang).”!27 Peristiwa) seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menyerahkan pani kepada Mus ‘ab bin Red Sementara itu, pasukan sayap kanan musyrikin dipimpin ole! ialid bin Wali fa ah bin Abu Jahal. alld dan sayap kiri dipimpin Perang campuh pun berlangsung sengit. Dalam pertempuran ini, kaum Muslimin berhasil menyerang kaum musyrikin secara mengagumkan, terutama Abu Dujanah, Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Mush’ab bin Umair. Mush’ab bin Umair gugur di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian panji diambil oleh Ali bin Abi Thalib. Tidak lama kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan pertolongan: Nya kepada kaum Muslimin sehingga kaum musyrikin lari terbirit-birit tanpa menghiraukan wanita-wanita mereka yang menyumpah serapah kepada mereka. Kaum Muslimin terus mengejar mereka seraya mengumpulkan barang rampasan. Melihat ini, pasukan pemanah yang bertugas mengawal di atas bukit tertarik untuk turun mengambil barang-barang rampasan bersama para sahabat lainnya kecuali pimpinan mereka, Abdullah bin Jubair, bersama beberapa orang tetap setia menjaga bukit seraya berkata, “Aku tidak akan melanggar perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Melihat bukit yang sudah tidak terjaga kecuali oleh beberapa orang itu, Khalid bin Walid bersama pasukannya pun melancarkan serangan balik dan diikuti oleh Ikrimah sehingga mereka berhasil membunuh pasukan pemanah yang masih setia mengawal bukit termasuk Abdullah bin Jubair. Mulailah mereka melancarkan serangan balik kepada kaum Muslimin dari arah belakang.'?° Pada saat itulah, kaum Muslimin terhenyak, mulai terdesak, dan diliputi oleh rasa takut sehingga mereka berperang dengan tidak teratur lagi. Pasukan musyrikin semakin gencar melancarkan serangan sampai mereka berhasil mendekati tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada. Mereka melempari beliau dengan batu hingga beliau terluka parah pada bagian rahangnya. Sambil mengusap darah yang mengalir di wajahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Lo ededer chee Seas ey woe Mod Tee oa wal Sh EM Aa pet Oa Lee OH Ch OS “Bagaimana mungkin suatu kaum mendapat kemenangan. sedangkan mereka mengolirkan darah di wajah Nabinya yang mrengajak mereka kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.” “ eee 8) Thabagatu Ibn! Se’od, 3/83 dan Imam Bukhari meriweyatkannye deri Barra’ 128) Thabagatu [ont ow oR sack bersihkan darah dari wa; i udian datang mem’ ra Fath encucioyl dengan air. Setelah dilihat i sedangl a akhirnya Fathimah mengambil pelepah kering lalu dita? tya samp menjadi abu, kemudian bac ante lit ke tempo, lah darah berhenti mengallr. luka ol Seats kritis itu tersiar desas-desus bahwa Rasulullah gur dalam pertempuran sehingg, shallallahu ‘alaihi wa sallam gui pel mengguncangkan hati sebagian kaum Muslimin dan menyebabkan orang-orang yang lemah iman di antara mereka berkata, “Apa gunanya kita di sini jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah gugur)” Mereka kemudian lari meninggalkan medan pertempuran. Akan tetapi, menanggapi isu ini, Anas bin Nadhar berkata, “Bahkan untuk apa lagi kalian hidup sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (gugur))” Sambil menunjuk kepada orang-orang munafik dan lemah iman, Anas bin Nadhar berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlepas diri kepada- Mu dari apa yang mereka katakan itu dan aku memohon ampun kepada-Mu atas apa yang mereka ucapkan itu.” Anas bin Nadhar kemudian melesat dengan membawa pedangnya menerjang kaum musyrikin hingga ia gugur sebagai syahid, "2° pertain agian Spe ee aT ee ‘alaihi wa sallam yang selalu berada di sekitarn : hasell tele mea bankan raga dan nyawa demi membela dan As snabkan Rasulalah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pee atraae Pastis Bukhari meriway Nabi shalaahu ‘alathiwa colle oe fan cere orane meninggalian memerisaikan dirinya dari desakas oe sahabat tetap setia dengan Thalhah adalah seorang pemanah ulung Jorn au musytikin Abu sasarannya, Setiap anak panah yang dle dan selalu tepat mengenai musyrikin selalu diamati oleh Rasulullah shore ony Ke arah kau pada sasaran manakah anak panah ity mop n manu ‘alaihi wa sallam menancap. Abu Thalhah kemu- dian berkata, “Demi a i q yah dan ibuki Ab a Anda mengamatiku nanti terkenne Menjadi tebusanmu, tak engena Ieherku asalkan lehermu Sane musuh. Biarkanlah u Dujanah juga melindungi Nabi iri gi Nabi aL hee diinya, sementara panah-panah aa alaihi wa sallam Raculullgh nee? Demikian pula Ziyad bi ertubi-tubi meng- barcaiuah shallallahu ‘ala wa sallam dengan dene: (2 Melindungi ma orang sahabatnya, Menurut Taye areal ia gugur ch nu Hisyam, ia 129) Muttafaq ‘alaih der 130) Mattajod ein deraan afl yang berdekatan a a eT a PS Go 2S merupakan orang yang terakhir yang gugur melindungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga roboh karena luka yang mengenainya, [alu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dekatkanlah dia kepadaku,” kemudian meletakkan kepalanya di atas kaki beliau dan akhirnya ia mengembuskan napasnya yang terakhir berbantalkan kaki Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selang sekian lama, pertempuran di antara kedua belah pihak pun mulai mereda dan berakhir. Kaum musyrikin mulai meninggalkan medan pertempuran dengan rasa bangga atas “kemenangan” yang diraihnya. Sementara itu, kaum Muslimin terkejut melihat para sahabat. yang berguguran, di antaranya Hamzah bin Abdul Muththalib, al-Yaman, Anas bin Nadhar, Mush’ab bin Umair, dan lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri sangat berdukacita atas kematian pamannya, Hamzah, apalagi setelah melihat mayatnya yang dibelah perutnya dan diiris hidung serta telinganya oleh musuh. Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menguburkan mayat-mayat itu dua-dua dalam satu kain lalu bertanya, “Siapakah yang paling banyak hafal al- Qur‘an?” Setelah diberitahukan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memasukkannya terlebih dahulu ke liang lahat. Sesudah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjadi saksi bagi mereka pada hari kiamat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meme- rintahkan agar mereka dikuburkan berikut pakaian dan darah mereka apa adanya dengan tidak perlu dimandikan dan dishalatkan. "2 Orang-orang Yahudi dan munafik mulai menunjukkan kebencian mereka terhadap kaum Muslimin. Abdullah bin Ubay bin Salul bersama kawan-kawannya berkata kepada kaum Muslimin, “Seandainya kalian mengikuti kami, niscaya tidak akan ada korban yang berjatuhan di antara kalian.” Mereka kemudian memperolok kaum Muslimin dengan mempertanyakan kemenangan yang pernah mereka impikan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu Menurunkan sejumlah ayat dari surah Ali Imran sebagai komentar dan jawaban terhadap celotehan orang-orang Yahudi dan munafik ter- sebut, di samping merupakan penjelasan tentang hikmah dari peristiwa yang terjadi di Uhud. Ayat-ayat itu ialah, “Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu dalam rangka menempatkan para Mukmin pada beberapa posisi untuk berperang. Dan Allah Maha Men- dengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran [3]: 121) Sampai dengan firman Allah. tidak turut pergi berperang itu berkata p Seen ‘Sekiranya mereka mengikuti kita pag ; por tidak akan terbunuh.” Katakanlah, “Tolaklah eh itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.’ (Ay {3}: 168) Pada Sabtu sore, Rasulullah shalla/lahu ‘alaihi wa Sallam renin, galkan Uhud dan pada malam harinya bermalam di Madinah para sahabatnya. Pada malam itu, kaum Muslimin mengobati Tash mereka. Setelah melaksanakan shalat subuh, pada hari Ahad, Rasululy Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Bilal untuk mengumumkag bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihy wa sallam memerintahkan kepag para sahabat agar keluar mengejar musuh. Perintah ini hanya ditujukan kepada para sahabat yang ikut dalam peperangan kemarin, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian meminta untuk diambilkan panj. nya yang belum dilepas lalu menyerahkannya kepada Ali bin Abi Thali radhiyallahu ‘anhu. Dengan kondis) yang belum pulih dan serba lemah, para sahabat melesat mengejar musuh sampai ke Hamra‘ul Asad (sebuah tempat yang terletak sepuluh mul dari Madinah). Di sinilah sedang berpesta pora membanggakan kem, dan merencanakan kembali lagi ke . Muslimin, etapi dicegah oleh fagi ke fafa untuk anempes jaun melihat Sor m bertanya, “Celaka! Sesungguhnya, Muhammad 63° para sahabatnya jumlah sebelumnya telah keluar mengear fa yang tidak pernah aku lihst kobar dan kebencian yang belum Pernah ake ioe berhadapan dengan kalian.~ Dengs : BEBERAPA "IBRAH Perang Uhud ini memberi banyak pelajaran penting kepada kaum Muslimin pada setiap masa. Semua peristiwa yang telah kami jelaskan terdahulu seolah-olah menjadi pelajaran yang bersifat aplikatif dan operasional, mengajarkan kepada kaum Muslimin cara mencapai kemenangan dalam pertempuran musuh serta cara menghindari kegagalan dan kekalahan. |. Di dalam peperangan ini, tampak pula prinsip yang selalu dipegang teguh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu bermusyawarah bersama para sahabatnya dalam setiap urusan yang memerlukan syura dan pembahasan. Akan tetapi, di sini, kita bisa mencatat satu hal yang tidak kita dapati pada musyawah menjelang Perang Badar yaitu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau mencabut kembali persetujuannya atas usulan para sahabat yang menghendaki agar peperangan dilakukan di luar kota Madinah, setelah beliau memakai baju perang dan mengambil persiapan perangnya, sekalipun mereka menyatakan penyesalan mereka dan menarik kembali usulan mereka itu. Mereka juga, pada saat itu, mengharapkan Rasulullah agar tinggal saja di Madinah jika beliau berpendapat demikian. Tampaknya, pada waktu musyawarah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam cenderung—atau menampakkan kecenderungan—terhadap usulan yang menginginkan agar kaum Muslimin menunggu musuh di Madinah. Barangkali hikmah yang terkandung dalam masalah ini, antara lain, bahwa memperbincangkan kembali suatu masalah yang sudah diputuskan—apalagi setelah diadakannya persiapan untuk berperang dan setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam muncul di tengah kaum dan para sahabatnya seraya memakai baju perang dan mengangkat senjatanya—adalah suatu tindakan di luar prinsip syura, khususnya menyangkut masalah-masalah peperangan yang memerlukan—di samping musyawarah—ketegasan dan kepastian sikap. Di samping itu, kesan yang timbul jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencabut persetujuannya setelah semuanya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersiap-siap untuk perang, seakan-akan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memiliki kehendak dan tekad yang kuat dan pasti. Biasanya, sikap ragu seperti itu muncul karena rasa takut dan kekhawatiran yang tidak beralasan, Karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab mereka dengan tegas dan pasti, Sn & yas Ne Its a | ng Nabi apabila telah memakai Pakaien bagi seora mbali sebelum perang ” “Tidak pantas ron neletakkannya ke perangnya untu ini, kaum munafikin menunjukkan gj 7 Dalam ere Shap mereka ini mengandung banyak hi tan “wien, ‘di antara yang terpenting a enya bersihan unsur-unsur munafik dari kaum ju ae Selain itu, sikap kaum munafikin tersebut memberikan berbagai manfaat bagi kaum Muslimin untuk menghadapi masa-masa mendatang. Telah kita ketahui bagaimana Abdullah bin Ubay bersama tiga ratus pengikutnya berkhianat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya setelah keluar dari kota Madinah. Konon, pengkhianatan ini disebabkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikuti pendapat anak-anak muda dan tidak mengambil pendapat orang-orang tua dan para intelektual seperti dirinya (Abdullah bin Ubay). Sesungguhnya, tidaklah demikian halnya. la (Abdullah bin Ubay) melakukan tindakan pengkhianatan itu hanya karena tidak mau berperang sebab ia tidak siap menghadapi segala risikonya. Itulah ciri khas utama kaum munafikin: ingin mengambil keuntungan-keuntungan yang terdapat dalam Islam dan menjauhi segala tanggung jawab dan risikonya. Sesuatu yang mengikat mereka dengan Islam ialah salah satu di antara dua hal: harta rampasan yang mereka idamkan ata bencana yang dapat mereka elakkan. 3. Dalam peperangan ini, Rasulullah shall ‘alaihi tidak mau meminta bantuan kepada Se Soap kendatipun jumlah kaum Muslimin masih sangat sediki Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad did lam Thagabat- nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda a Wy iat oc Fa ool Jet de sey dat 2 ALS “Kami tidak akan pernah meminta bantuan keno,” musyrik untuk menghadapi orang orang m oe orang-orang rik.” 134) Mungkin ada yang bertanya, “Orang-oran, berperang bersama kaum Muslimin itt adaley Son, M@nawarkan dirt untuk Kitab. Mengapa Rasulullah shallallahu ‘ataihi wa seijoron’, Yehudi dari Ablul ‘orang-orang musyrik?” Jawabannva, “Mereka dinamaken menamakan mereka dalam pengertian isthilahi yang biasanya ditujukan kepade ana TUSyrik bukan penyembah berhala sebab kemusyrikan memilid pengert ‘semua orang kafir.” Pengertian umum yang meliputl Muslim meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepada seorang lelaki yang ingin berperang bersama- nya dalam Peperangan Badar, ee cake 0 lt ot ey oe Spas EN a8 JE AY JU tail Lf “Apakah kamu beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Orang itu menjawab, “Tidak.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah, karena aku tidak akan meminta bantuan kepada seorang musyrik.~ Berdasarkan hal di atas, jumhur ulama berpendapat tidak boleh meminta bantuan kepada orang-orang kafir dalam peperangan. Imam Syaf'i menjelaskan hal ini dengan mengatakan, “Jika imam melihat orang kafir tersebut memiliki pandangan yang baik dan jujur kepada kaum Muslimin serta sangat diperlukan bantuannya (maka boleh meminta bantuannya), tetapi jika tidak demikian, tidak boleh.""”* Barangkali pendapat Imam Syafi'i inilah yang sesuai dengan beberapa kaidah dan dalil. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima bantuan Shafwan bin Umaiyyah pada Perang Hunain, Masalah ini termasuk dalam kerangka yang disebut siyasah syar’iyah (politik syariat). Kami akan menyebutkan perbedaan antara apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Badar dan Uhud pada pembahasan mendatang, insya Allah. 4. Halyang perlu direnungkan ialah fenomena Samurah bin Jundab dan Rafi’ bin Khudaij. Keduanya baru berusia lima belas tahun, Bagaimana kedua anak ini datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta izin agar diperkenankan ikut serta dalam peperangan. Suatu peperangan yang didasarkan pada kesiapan mati dan sangat tidak seimbang. Kaum Muslimin jumlahnya tidak lebih dari 700 tentara dan kaum musyrikin jumlahnya lebih dari 3.000 tentara. Anehnya, fenomena ini oleh para musuh Islam dianalisis sebagai bukti bahwa bangsa Arab sejak dahulu selalu hidup di dalam situasi peperangan dan pertempuran sehingga mereka (orang-orang Arab) tumbuh dalam suasana dan nuansa itu. Karena itu, mereka (tua ataupun muda) memandang peperangan sebagai sesuatu yang tidak perlu ditakutkan. Tidak diragukan lagi bahwa analisis ini dengan sengaja tidak mau melihat dan mencatat realitas desersi yang dilakukan oleh A aes ape e Abdullah bin Ubay bin Salul bersama tiga ratus engikutnya kareyg isiko peperangan dan menginginkan keselamatan jiwan, takut pada ik 7 lihat orang-orang yang ingin menikmas, Mereka juga tidak mau meliha' 1 4 mati hasil panen kota Madinah pada musim panas Gan menolak seryay Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam oo berperang dengan mengatakan, “Janganlah kalian berperang pada iihac kclalal Analisis tersebut bahkan sama sekali tidak mau melt at kekalahan kaum musyrikin di Badar kendatipun secara jumlah mereka lebih banyak ketimbang kaum Muslimin dan rasa takut yang menghantui mereka, padahal mereka adalah orang-orang Arab yang tumbuh, sebagaimana istilah mereka, di bawah naungan peperangan. Sulit sekali bagi orang yang bersikap objektif untuk mengindari suatu aksioma yang menegaskan bahwa munculnya kesiapan untuk menghadapi kematian seperti yang terlihat pada fenomena anak-anak tersebut (Samurah bin Jundab dan Rafi’ bin Khudaij) adalah karena dorongan keimanan yang telah menguasai hati dan hasil mahabbah terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bila iman dan mahabbah ini telah terbentuk, kesiapan itu pasti akan muncul. Sebaliknya, bila iman dan mahabbah itu tidak ada atau lemah, jangan diharap kesiapan tersebut akan muncul. 5, Memperhatikan siasat peperangan yang diterapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam peperangan ini (terutama dalam menempatkan posisi pasukan pemanah yang bertugas mengawal di atas bukit, betapapun situasi yang terjadi) tampak- lah beberapa pelajaran berikut ini. eee Pertama, keahlian Rasulullah shallallahu ‘ala bi lad ce eg: dude Bee ea eee strategi dan seni peperangan. Tidak diragulan lag bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membekali keahlian yang langka inf kepad beliau. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa kejentacae dan keanlian ini hanya berfungsi sebagai faktor pendukung kev ny eh yang dibawanya. Kedudukan beliau sebagai seorane Neg gy a risalah yang menuntut agar beliau menjadi sco’ nen oan Pome ahli di bidang kemiliteran, sebagaimana beliau din ne one sens seorang yang mashum dari segala bentuk penyinpr eae creek menial dijelaskan pada bagian pertama buku ini cehyon Pangan: Hal ini telah kembali. Ngga tidak perlu diulas Kedua, pesan-pesan disampail ia’ balla Wepada para sahabatnye Teall shallallahu ‘alaihi pemanah, memiliki kaitan yang erat dengan apa jane kepada pasukan itu, yaitu pelanggaran sebagian pasukan pemanah sernn iad seca lap perintah- rT oy DR. MUHAMMAD SA'D Ratoni: 5 Sg 3 intah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seolah-olah Nabi shallallahu ‘glaihi wa sallam telah mengetahui apa yang akan terjadi melalui firasat enabian atau wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga beliau perlu mewanti-wanti mereka dengan wasiat-wasiat dan berbagai perintah. Dengan demikian, seolah-olah beliau sedang melakukan suatu manuver yang hidup bersama para sahabatnya untuk melawan musuh mereka yaitu hawa nafsu dengan segala ketamakannya kepada harta dan rampasan. Suatu manuver, betapapun hasilnya, sangat bermanfaat. Hasil negatif dari manuver mungkin saja faedahnya lebih besar daripada hasil yang positif. 6 Abu Dujanah, setelah mengambil pedang dari tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, langsung berjalan mengelilingi barisan kaum Muslimin dengan cara yang amat pongah, tetapi tindakan ini tidak diingkari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau hanya berkomentar, “Ini adalah gaya berjalan yang dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali di tempat seperti ini (pepe- rangan).” SRE Se Sa TERI at: 2 Re Hal ini menunjukkan bahwa setiap bentuk kesombongan yang diharamkan dalam situasi biasa, terhapus keharamannya dalam situasi perang, Di antara bentuk kesombongan yang diharamkan kepada setiap Muslim adalah berjalan dengan cara sombong, tetapi hal tersebut men- jadi kebaikan di medan peperangan. Di antara bentuk kesombongan yang diharamkan ialah menghias rumah atau bejana dengan emas dan perak. Akan tetapi, menghiasi alat-alat perang dan senjatanya dengan emas dan perak tidaklah dilarang. Kesombongan yang ditampakkan di sini (dalam situasi perang) pada hakikatnya hanyalah merupakan ungkapan kewibawaan Islam di hadapan musuh-musuhnya, di samping. merupakan perang urat saraf yang tidak boleh dilupakan fungsinya oleh kaum Muslimin. i a 7. fika kita perhatikan masa berlangsungnya peperangan antara kaum Muslimin dan musuh mereka di Uhud ini, kita mendapat dua titik perhatian. Pertama, di saat kaum Muslimin menjaga ‘tempat-tempat mereka dan memelihara perintah-perintah yang mereka terima dari panglima mereka (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Apa hasil dari komitmen ini? Kemenangan begitu cepat diraih kaum Muslimin sehingga tidak lama kemudian berhasil mengobrak-abrik barisan lawan. Rasa takut begitu cepat merayap ke dalam hati kaum kafir yang berjumlah tiga ribu itu sehingga mereka meninggalkan medan perang, Bagian inilah hain V: Pauoos Pans Means Dit 249 nomi? Qur‘an, Jah memenuhi Janjt-Nyq h mereka dengan izin-Nyqs yang dikomentari dalam ayat al- “Dan sesungguhnya Allah te! kamu ketika kamu membunu: Imran [3]: 152) Kedua, di saat kaum Muslimin mengejar em mlasyrikiny menumpas setiap orang Yang berhasil ditangkapnya dan mep, tik barang-barang rampasan. Pada saat itulah pasukan pemanah Mel dari atas gunung saudara-saudara mereka menebaskan Pedang key sar areeicuh mereka yang lari meninggalkan medan pertempy dan kembali dengan membawa harta dan barang rampasan. Laly timby lah keinginan mereka untuk ikut membantu mengumpulkan barat rampasan. Keinginan inilah yang mengusik pikiran mereka sehin timbullah anggapan bahwa masa berlakunya perintah-perintah diterima dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu telah bers dan mereka merasa sudah tidak terikat lagi dengan pesan-pesan iu serta em perlu lagi menunggu izin dari Rasulullah shallallahu “a | Renae benrapr ty asad ea ecniinlyenieoalipa ea ini met gian temannya, terutama amir (koman- regu) mereka, Abdullah bin Jubair, mereka tetap turun dan ik Sere barang rampasan. Apakah akibat dari tindakan in : beta mn ee ea tari renyuris: pun hula neice cot aru! Khalid bin Walid yang tadinga serangan. la mengamati tempat coh 1 Se pret a mengetahui bahwa gunung yan pat di sekitarnya. Akbhirnya, ia ditinggalkan oleh pasckan fi ig Semula dijaga dengan ketat, tet di dalam benaknya Kane Lalu muncullah ide-ide kemiliteran ersama pasukan musyrikin, Khalid bin My | | *... sampai pada saat itu serta mendurhage ed !emah dan berselisih dalam uns memperlihatkan kepada th (Rasulullah) sesudah Allo ada oran, ‘amu apa ya; cry daki okhy yong menghendaki duni ng kamu sukai. Di ant ot - Kemudian Al ia dan ada pula yang mens! i er untuk mengujt kamu.» ae ™memalingkan kamu dari ™ Imran [3]: 152) ly 7 Perhatikanlah! Betapa be: kesalahan besar tersebut! Beta Muslimin! Kesalahan yang dilakukan oleh kaum ee telah menimbulkat emua orang. Rasulullah shallallahu ‘alaihj i dari akibatnya. Itulah Simetalah fie ane ait Keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di ‘eat zah pasukan itu pun tidak dapat menangkal keberlangsungan sunnatullah itu. ad Tisiko yang harus dihadapi akibat Pa risiko itu Menimpa semua personil beberapa orang di dalam pasukan in bencana tragis yang menimpa Sekarang, bandingkanlah! Lebih besar mana antara kesalahan yang dilakukan oleh beberapa orang (pasukan Pemanah) tersebut dan sekian kesalahan yang dilakukan oleh kaum Muslimin pada hari ini, dalam berbagai aspek kehidupan kita, baik yang umum maupun yang khusus? Renungkanlah semua ini agar Anda dapat menggambarkan betapa kasih sayang Allah kepada kaum Muslimin karena tidak meng- hancurkan mereka sekalipun mereka melakukan berbagai kesalahan dan mengabaikan kewajiban amar ma’ ruf nahi munkar. Dengan demikian, jelasiah bagi Anda mengapa bangsa-bangsa Islam tidak berdaya menghadapi negara-negara tiran yang tidak percaya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. 8 Dalam peperangan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meng- alami cedera dan luka parah, terperosok ke dalam lubang, kepala bocor, gigi patah, darahnya mengalir deras di wajahnya. Semua ini merupakan salah satu akibat dari kesalahan tersebut, kesalahan beberapa orang prajurit karena melanggar perintah pimpinan. Lalu, apa hikmah disebarluaskannya desas-desus tentang kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam barisan kaum Muslimin? Jawabannya: Sesungguhnya, keterikatan kaum Muslimin dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keberadaannya di antara mereka sedemikian kuat sehingga mereka tidak dapat membayangkan perpisahan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benak mereka. Mereka seolah-olah membuang jauh- jauh kenyataan ini dari pikiran mereka. Tidak diragukan lagi, seandainya berita kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu benar, niscaya berita itu akan meremukredamkan hati mereka dan mengguncangkan keimanan mereka, bahkan akan menimbulkan keguncangan jiwa yang sedemikian dahsyat pada sebagian besar di antara mereka. orn rah dey isu kematian Rasulullah shallailahu ‘alaihi wa sallam oe ae ee de ene cas ee BEST TEORSED SSCOTISSTIS SS OOS TTT ass. jadi engalaman dan pelajaran kemij; adalah ia rt sat limi menyadari akan suaty hie yang san ha dapinya sehingga mereka tidak kembali murtad apay, Recalulah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus meninggalkan mereka Demi untuk menjelaskan pelajaran penting 7 diturunkan a al-Qur‘an sebagai komentar terhadap kelemahan 7 keterkejut, yang menimpa kaum Muslimin ketika mendengar erita kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Firman Allah, “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sungguh, sebelumnya telah berlalu beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau gugur dibunuh kamu berbalik kembali (murtadp Siapa saja yang murtad maka dia sama sekali tidak dapat mend. tangkan mudharat kepada Allah sedikit pun; dan Allah kelak memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran [3]: 144) Hasil positif dari pelajaran ini tampak dengan jelas ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar meninggalkan mereka (wafat). Peristiwa (isu) Uhud inilah, dengan segenap ayat al Qur'an yang diturunkan menyusul isu tersebut, yang memperingatkan dan menyadarkan kaum Muslimin kepada kenyataan ini, Karena itu, mereka dengan berat hati dan rasa sedih, telah siap menerima kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memikul beban amanah yang ditinggalkannya: dakwah dan jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Mereka bangkit memikul amanah dengan keimanan yang kokoh dan tawakal yang mantap kepada Allah Subhanahu wa Ta’2la 9. Mari kita renungkan kematian yang t sahabat Rasulullah shallalahu alghy “rallamder membel dan menyelamatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dati hujan anak panah dan lemparan batu. Satu demi satu mereka berguguran di bawah hujan panah. Mereka berjuang dengan semangat tinggi demi menjaga nyawa Rasulullah shallallahu ‘alah wa sallam tanpa menghiraukan risiko yang ada. Dari manakah sumber pengorbanan yang menakjubkan fi?” i Semua itu tidak lain hanyalah bersum! ; ; kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rana Perame, keaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keds; ra pecinicaen sumber dan sebab munculnya pengorbanan yarg wemap ran tersebut, Setiap Muslim sangat memerlukan kedua hal int Tidaklah cukup seseorang mendakwakan diri beriman kepada masalah-masalah agidah yang harus diimani sebelum hatinya juga dipenunj eich cea KeP sha Allah Subhanahu wa Ta’ala da 7 : weyailahu ‘alah wa sallam bersabda, Rasul-Nya. Karena itu, Rasulullah Ps olay de Caio & rats - 3 t “Tidaklah beriman seorang di antara kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada hartanya, anaknya, dan semua manusia.” (HR. Muttafaq ‘alaih) Ini karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan perangkat akal dan hati pada diri manusia. Dengan akal, manusia dapat berpikir, kemudian mengimani hal-hal yang wajib diimani. Lalu dengan hati, manusia dapat mempergunakannya untuk mencintai ha-hal yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membenci hal-hal yang dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila hati tidak disibukkan dengan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya, dan hamba-hamba-Nya yang shaleh, niscaya ia akan dipenuhi oleh cinta hawa nafsu dan ke- mungkaran. Jika hati telah dipenuhi oleh cinta hawa nafsu dan kemung- karan, janganiah diharap bahwa keyakinan seseorang (yang tidak disertai oleh rasa cinta itu) akan dapat menumbuhkan pengorbanan. Hakikat ini termasuk aksiomatika yang telah ditegaskan oleh para pakar tarbiyah dan akhlak. Hakikat ini juga dikuatkan oleh berbagai pengalaman. Perhatikanlah pernyataan Jean Jacques Roussou berikut ini, “Sori ; dibicarakan tentang keinginan untuk menegakkan ecko ener berdasarkan akal semata-mata. Akan tetapi, kokohkah Jandasan ini? Inikah landasan yang baik? Sesung- ja, keutamaan, sebagaimana mereka katakan, adalah sistem. guhnya, Kes kah keyakinan terhadap sistem ini dapat mengatasi Akan tetap!, beste yang bersifat khusus? Sebenarnya, prinsip yang a eri tidak lin hanyalah sekadar permainan kata. Tidakkah eee nn merupakan kecintaan kepada sistem dalam bentuk yang berlainan?"!* i emerintah Amerika tidak dapat berpegang teguh en "iyakininya sebagai sesuatu yang berfaedah pada saat Cee an pengharaman khamr dan pelarangan penjualannya di hun 1933 karena tidak lama a pelaran, i buat keputusan itu sendiri yang memelopori pelangear,, nian ondand tersebut. Mereka tidak senang ae keputusan yang dibuatnya sendiri. Akhirnya, mereka menghapuskan kembaj, undang-undang itu dan kembali meneguk khamr dengan leluasa, Sementara itu, para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pada waktu itu secara peradaban dan pengetahuan tentang berbagai bahaya dan faedah jauh di bawah orang-orang Amerika kini, begitu mendengar perintah Allah agar menjauhi khamr. Dengan seketika mereka langsung menghancurkan botol-botol, guci-guci, dan kantung-kantung penyimpanan khamr, seraya berteriak, masyarakat pada tal ae A epee eg] Sob Kee] “Kami berhenti, ya Allah, kami berhenti!” Perbedaan antara dua gambaran dan realitas ini sangat jelas Pada masyarakat Muslim ada “sesuatu” yang bersemayam di hatinya yang mengendalikan hawa nafsunya untuk mengikuti perintah dan hukum Allah. Kecintaan yang terdapat di dalam hati para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam inilah yang membuat mereka bersedia menyerahkan nyawa mereka demi melindungi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam Perang Uhud ini, kita dapat menyaksikan berbagai pengorbanan yang menakjubkan yang mengungkapkan pengaruh cinta ini di hati para sahabat. Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabatnya, “Siapakah di antara kalian yang bersedia mencari berita untukku tentang keadaan Sa’ad bin Rabi’? Masihkah ia hidup atau sudah matikah?” Salah seorang Anshar menyatakan kesediaannya kemudian pergi mencari Sa’ad bin Rabi’. Akhirnya Sa’ad ditemukan dalam keadaan luka parah sedang menanti datangnya ajal. Kepadanya, orang Anshar itu memberi tahu, “AKU disuruh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari engkau. ‘Apakah engkau masih hidup ataukah telah mati...” Sa’ad menjawab, “Beri tahukan kepada beliau bahwa aku sudah mati dan sampaikanlah salamku kepada beliau. Katakan kepada beliau bahwa Sa’ad bin Rabi’ menyampaikan ucapan kepada Anda (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan kebajikan sebesar-besarnya atas kepemimpinan Anda sebagai seorang Nabi yang, telah diberikan kepada umatnya! Sampaikan juga salamku kepada pasukan Muslimin dan beri tahukan bahwa Sa’ad bin Rabi’ berkata kepada kalian, ‘Allah tidak akan memaafkan Kalan jika kalian mening fhe. Masueoun Sa’ Reeunnie Aine shes n n oF FFF in Nabi shallallahu ‘alaihi ' 4 bidup di antara kalian.’” "a sallam, sedangkan masih ada Pree Orang Anshar itu melanjutkan ceritanya, “| galkan, Sa’ad pun wafat. Aku lalu segera mengh ‘alaihi wa sallam dan kusampaikan kepada beliau Pesan-pesannya.” Jika cinta seperti ini telah Menyelinap dan bertakhta di dalam hati setiap diri kaum Muslimin pada hari ini sehingga menjauhkan mereka dari syahwat dan egoisme mereka, dapatlah saya katakan, “Saat itulah kaum Muslimin akan tampil sebagai generasi baru dan mampu merebut kemenangan mereka dari benteng kematian serta mengalahkan musuh-musuh mereka betapapun rintangan yang harus dihadapinya.” Jika Anda bertanya tentang media untuk mencapai cinta ini, ketahuilah bahwa ia harus dicapai melalui banyak melakukan dzikir dan shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, banyak merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan nikmat-nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada kita, menghayati sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak-akhlaknya. Semua ini dilakukan setelah kemantapan (istiqamah) dalam ibadah secara khusyuk dan berkomunikasi dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala di setiap saat. Belum sampai kuting- ‘adap Nabi shallallahu 10. Seperti disebutkan dalam riwayat Bukhari bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan penguburan mayat- mayat para syuhada berikut bercak-bercak darah yang melekat pada mereka dan tanpa menshalatkannya. Setiap satu kubur diisi dengan dua orang syuhada. Peristiwa ini dijadikan dalil oleh para ulama bahwa orang yang syahid dalam pertempuran jihad tidak perlu dimandikan dan dishalae- kan, la harus dikuburkan sebagaimana adanya. : ; Imam Syafi’i berkata, “Secara mutawatir, hadits-hadits menye- butkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menshalatkan mereka (syuhada). Adapun riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalatkan mereka sepuluh-sepuluh dan di setiap yang sepuluh itu terdapat Hamzah sehingga Nabi shalfallahu ‘alaihi wa sallam menshalatinya (Hamzah) sebanyak tujuh puluh kali adalah riwayat yang lemah dan keliru.”"” A Para viama juga berpendapat, berdasarkan peristiwa ini, bahwa bila keadaan darurat, dibolehkan penguburan lebih dari satu orang dalam satu kubur. Jika tidak darurat, tidak dibolehkan, 137) Lihat Mughnil Muhtaj, 1/349. 11. Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan Rasulullah shay, ‘alaihi wa sallam bersama sahabatnya setelah seharj tiba Madinah (mengejar kembali kaum musyrikin di Hamra’ul a tampaklah kepada kita suatu pelajaran Pertempuran Uhug secara jelas dan sempurna, di samping tampak pula bagi kita masing-masing dari kedua hasilnya, baik yang positif maupuy negatif. Secara jelas dan pasti, terlihat bahwa kemenangan ity hanya bisa dicapai dengan kesabaran, ketaatan kepada perintah. perintah pimpinan yang baik, dan tujuan yang murni semaua. mata demi agama. Seperti telah kita ketahui bahwa begitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan agar pengejaran musuh dilakukan, para sahabat yang kemarin ikut berperang serta merta berkumpul dan melaksanakan tugas tanpa menghiraukan luka yang dideritanya, bahkan belum ada yang sempat beristirahat di rumahnya. Mereka segera berangkat mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengejar kaum musyrikin yang sedang dimabuk kemenangan. Kali ini, tidak seorang pun di antara kaum Muslimin yang memiliki ambisi untuk merebut ghanimah atau kepentingan duniawi. Mereka hanya ingin mencapai kemenangan atau syahid di jalan Allah walaupun dengan berbalut luka yang masih mengucurkan darah. Akan tetapi, bagaimana hasilnya? Kemenangan yang baru saja dirayakan oleh kaum musyrikin itu tidak mampu mereka pertahankan atau lanjutkan, sebagaimana halny luka parah yang diderita oleh kaum Mukmin itu tidak menghalangi sama sekali untuk merebut kemenangan. Bagaimana jalan ke arah ini? Jalannya ialah mukjizat Ilahi untuk menyempurnakan pelajaran atau pembinaan kepada kaum Muslimin. Secara tiba-tiba, hati kaum musyrikin merasa gentar karena memba- yangkan apa yang diceritakan oleh seorang kawan mereka tentang kaum Muslimin bahwa Muhammad dan para sahabatnya kali ini datang membawa kematian untuk disebarkan di antara mereka sehingga mereka pun tunggang langgang kembali ke Makkah dengan hati kecut. Bagaimana rasa takut kepada kaum Muslimin ini dapat masuk ke dalam hati mereka, padahal mereka baru saja memukul mundur kaum Muslimin? Hal ini terjadi semata-mata karena kehendak flahi yang telah menjadikan peristiwa ini secara keseluruhan sebagai pelajaran penting bagi kaum Muslimin, baik yang bersifat positif in negatif. mmeupan oe penutup dan kelengkapan pelajaran Uhud, turunlah firman Allah, = te oe ae ott cf ” “(Yaitu) ath eetia yang menaati Nya setelah mereka mendapat Iuka (dalam Perang Uhud). Bagi ‘ly orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka a pie ! pertaqwa ada pahala yang besar, (yaitu) orang-orang (yang | 4] Hi Perintah Allah dan Rasul- menaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada mereka ada orang- orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya, manusia telah me- ngumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takut- lah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.’ Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka meng- ikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Ali Imran [3]: 172-174) **

Anda mungkin juga menyukai