Perang Uhud
ae oe
ee ini terjadi karena para tokoh Quraisy yang tidak
terbunuh pada Perang Badar bersepakat untuk membalaskan
dendam orang-orang yang terbunuh di Badar. Mereka ingin mem-
bentuk pasukan besar guna menghadapi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengan dukungan dana dari seluruh kekayaan yang dibawa
leh kafilah Abu Sufyan. Keinginan ini akhirnya disetujui oleh seluruh
kaum Quraisy dengan didukung pula oleh unsur-unsur yang dikenal
dengan nama “al-Ahabisy” (suku-suku lain di sekitar Makkah yang
terikat dengan perjanjian dengan suku Quraisy). Mereka bahkan
mengerahkan kaum wanita untuk mencegah larinya para tentara dari
medan perang apabila kaum Muslimin melancarkan serangan kepada
mereka, Kaum Quraisy keluar meninggalkan Makkah dengan tiga ribu
tentara.
Setelah mendengar kabar tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam lalu mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya.
Dalam musyawarah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menawarkan kepada mereka antara keluar menjemput musuh di luar
kota Madinah atau bertahan di dalam kota Madinah; jika musuh datang
menyerang kota Madinah, barulah kaum Muslimin menghadapi mereka
dalam kota. Dari kalangan orang-orang tua, termasuk Abdullah bin
Ubay bin Salul, memilih tawaran kedua (bertahan di dalam kota
Madinah), sedangkan sebagian besar dari para sahabat yang tidak
berkesempatan ikut Perang Badar berkeinginan menghadapi musuh.
di luar kota Madinah lalu mereka berkata,
Spe Vee BEES an ice ica SUMP As at
wee ayy VG AG Al oN SNGolongan ini terus saja mendesak Pelle seaialiat ‘alaihj
wa sallam agar mau melakukan perang di luar oe inal rad akhirny,
beliau menyetujui. Rasulullah shallallahu alai i wa - lam emudian
masuk ke rumahnya lalu mengenakan baju re aL renga
senjatanya. Melihat ini, orang-orang yang alts ‘asulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut lalu menyesali iri karena merasa
telah memaksa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melakukan
sesuatu yang tidak diingininya sehingga mereka berkata kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
: ae ee et ee aye ee
Sad Ge OF CUS WES Sy edt SE SSE
“Ya Rasulullah, kami tadi telah mendesak Anda untuk keluar,
padahal tidak selayaknya kami berbuat demikian. Karena itu,
jika Anda suka, duduklah saja!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
Tet ie Fda ee 7
PES Gees of (653 Lely hh od BL ed oat
“Tidak pantas bagi seorang Nabi apabila telah memakai pakaian
Perangnya untuk meletakkannya kembali sebelum perang.””
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian keluar dari Madinah
bersama seribu orang Pasukannya menuju Uhud pada hari Sabtu
tanggal 7 Syawwal, 32 bulan setelah hijrah beliau, '22 Ketika di tengah
Perjalanan antara Madinah dan Uhud, Abdullah bin Ubay bersama
sepertiga pasukan—umumnya terdiri atas Para pendukungnya—
paar desersi dan kembali pulang dengan alasan yang dikemuka-
nya,
“Dia (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) tidak men
ku, bahkan menyetujui pendapat anak-anak in,
orang awam. Kami tidak tahu untuk apa kami
diri kami sendiri?”
vetujui pendapat-
'gusan dan orang-
harus membunuh
122) Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan Imam Ahmad. habranj
hadits hampir serupa dengannya. Lihat Sirah Ibnu Fisyam, 2 ertvavatian
Thabari, 2/500, dan Tartibu Musnadil Imam Ahmed, be goz 42 Tarikhuth
done : Wt chants tel Sted mie a ee ,‘Abdullah bin Harram berusaha mencegah mereka dan mem-
eringatkan mereka agar tidak mengkhianati Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, tetapi mereka menolak, bahkan tokoh mereka menjawab,
“Seandainya kami tahu akan terjadi peperangan, niscaya kami tidak
akan mengikuti kalian.”
Bukhari meriwayatkan bahwa kaum Muslimin berselisih
pendapat mengenai tindakan desersi itu. Sebagian mengatakan, "Kita
perangi mereka,” sedangkan sebagian yang lain mengatakan, “Biar-
kanlah mereka.” Selanjutnya turunlah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengenai hal ini,
@ i ae fb
“Maka kamu menjadi dua golongan dalam menghadapi orang-
orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada
kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu ingin
memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan
oleh Allah? Siapa pun yang disesatkan oleh Allah, sekali-kali
kamu tidak mungkin mendapatkan jalan untuk memberi
petunjuk kepadanya.” (an-Nisa‘ [4]: 88)'*
Menghadapi peperangan ini, sebagian sahabat mengusulkan
supaya meminta bantuan kepada orang-orang Yahudi, mengingat
mereka terikat perjanjian untuk tolong-menolong dengan kaum
Muslimin. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
oF ek fe ety et 2 oe XK
st at fe 0 JB aS
“Kita tidak akan pernah meminta bantuan kepada orang-orang
musyrik untuk menghadapi orang-orang musyrik (lainnya).”!5
Rasulullah kemudian bersama para sahabatnya—jumlah mereka
tidak lebih dari tujuh ratus tentara—mengambil posisi di sebuah
dataran di lereng gunung dan membentengi diri di balik gunung
menghadap ke arah Madinah. Beliau menempatkan lima puluh pasukan
pemanah di atas bukit yang terletak di belakang kaum Muslimin itu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk Abdullah bin Jubair
hari. 5/31.h. Kepada pasukan pe,
i pimpil asukan pemana! a
So ialahy “alaihi wa sallam berpesan, ah,
a ae
z aren 972 gd | ies ie pal
1a Oya OB ae HEE oe ae tye
. . 17d oan whe Oe selc,
wy fad OAS O19 US SG Ue
i jan ini dan lindungilah pasukan kj
“Berjagalah di tempat kalian ini i an kit
ee arses Bila kalian melihat pasukan kita berhasil men.
desak dan menjarah musuh, janganlah sekali-kali kalian turut
menjarah. Demikian pula andai kalian melihat pasukan kita
banyak yang gugur, janganlah kalian bergerak membantu,”%
Rafi’ bin Khudaij dan Samurah bin Jundab, keduanya berusia
lima belas tahun, meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk ikut serta dalam peperangan ini. Karena terlalu muda, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menolak permintaan tersebut. Setelah di-
jelaskan kepada beliau bahwa Rafi’ ahli memanah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membolehkannya. Samurah bin Jundab pun kemudian
menghadap Rasulullah seraya berkata, “Demi Allah, aku bisa mem-
banting Rafi’.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memboleh-
kannya juga.
Pada hari menjelang Perang Uhud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam memegang sebilah pedang kemudian bertanya kepada
pasukannya, “Siapakah diantara kalian yang sanggup memenuhi fungsi
pedang ini?’ Abu Dujanah Maju seraya menjawab, “Aku sanggup meme-
Rasululh siete Tah wren Pedang tersebue dari cangan
'alallahu ‘alaihi wa sallam. la mengeluarkan selembar kain
merah lalu diikatkannya di kepala (kebiasaan Abu Dujanah jika ingin
berperang sampai mati) kemudian dia berjalan mene Lili : ian
dengan membanggakan dir. Me gelilingi barisa
wa sallam bersabda, Uhat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
Py) lie JH 3 Y) & Gaal
“Sesungguhnya, cara berjal ‘ -
lan seperti it ; i
Subhanahu wa Ta’ala kecuali pada fempae 4 imurkai ‘oleh Allah
ini (perang).”!27 Peristiwa) sepertiRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menyerahkan
pani kepada Mus ‘ab bin Red Sementara itu, pasukan sayap kanan
musyrikin dipimpin ole! ialid bin Wali
fa ah bin Abu Jahal. alld dan sayap kiri dipimpin
Perang campuh pun berlangsung sengit. Dalam pertempuran
ini, kaum Muslimin berhasil menyerang kaum musyrikin secara
mengagumkan, terutama Abu Dujanah, Hamzah bin Abdul Muththalib,
dan Mush’ab bin Umair.
Mush’ab bin Umair gugur di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, kemudian panji diambil oleh Ali bin Abi Thalib. Tidak lama
kemudian, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan pertolongan: Nya
kepada kaum Muslimin sehingga kaum musyrikin lari terbirit-birit
tanpa menghiraukan wanita-wanita mereka yang menyumpah serapah
kepada mereka. Kaum Muslimin terus mengejar mereka seraya
mengumpulkan barang rampasan. Melihat ini, pasukan pemanah yang
bertugas mengawal di atas bukit tertarik untuk turun mengambil
barang-barang rampasan bersama para sahabat lainnya kecuali
pimpinan mereka, Abdullah bin Jubair, bersama beberapa orang tetap
setia menjaga bukit seraya berkata, “Aku tidak akan melanggar perintah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Melihat bukit yang sudah tidak
terjaga kecuali oleh beberapa orang itu, Khalid bin Walid bersama
pasukannya pun melancarkan serangan balik dan diikuti oleh Ikrimah
sehingga mereka berhasil membunuh pasukan pemanah yang masih
setia mengawal bukit termasuk Abdullah bin Jubair. Mulailah mereka
melancarkan serangan balik kepada kaum Muslimin dari arah
belakang.'?°
Pada saat itulah, kaum Muslimin terhenyak, mulai terdesak, dan
diliputi oleh rasa takut sehingga mereka berperang dengan tidak
teratur lagi. Pasukan musyrikin semakin gencar melancarkan serangan
sampai mereka berhasil mendekati tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berada. Mereka melempari beliau dengan batu hingga beliau
terluka parah pada bagian rahangnya. Sambil mengusap darah yang
mengalir di wajahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Lo ededer chee Seas ey woe Mod Tee oa
wal Sh EM Aa pet Oa Lee OH Ch OS
“Bagaimana mungkin suatu kaum mendapat kemenangan.
sedangkan mereka mengolirkan darah di wajah Nabinya yang
mrengajak mereka kepada jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala.”
“ eee
8) Thabagatu Ibn! Se’od, 3/83 dan Imam Bukhari meriweyatkannye deri Barra’
128) Thabagatu [ont ow oR sackbersihkan darah dari wa;
i udian datang mem’ ra
Fath encucioyl dengan air. Setelah dilihat i
sedangl a akhirnya Fathimah mengambil pelepah kering lalu dita?
tya samp menjadi abu, kemudian bac ante lit ke tempo,
lah darah berhenti mengallr.
luka ol Seats kritis itu tersiar desas-desus bahwa Rasulullah
gur dalam pertempuran sehingg,
shallallahu ‘alaihi wa sallam gui pel
mengguncangkan hati sebagian kaum Muslimin dan menyebabkan
orang-orang yang lemah iman di antara mereka berkata, “Apa gunanya
kita di sini jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah gugur)”
Mereka kemudian lari meninggalkan medan pertempuran. Akan tetapi,
menanggapi isu ini, Anas bin Nadhar berkata, “Bahkan untuk apa lagi
kalian hidup sesudah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (gugur))”
Sambil menunjuk kepada orang-orang munafik dan lemah iman, Anas
bin Nadhar berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlepas diri kepada-
Mu dari apa yang mereka katakan itu dan aku memohon ampun
kepada-Mu atas apa yang mereka ucapkan itu.” Anas bin Nadhar
kemudian melesat dengan membawa pedangnya menerjang kaum
musyrikin hingga ia gugur sebagai syahid, "2°
pertain agian Spe ee aT ee
‘alaihi wa sallam yang selalu berada di sekitarn : hasell tele mea
bankan raga dan nyawa demi membela dan As snabkan Rasulalah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, pee atraae Pastis
Bukhari meriway
Nabi shalaahu ‘alathiwa colle oe fan cere orane meninggalian
memerisaikan dirinya dari desakas oe sahabat tetap setia dengan
Thalhah adalah seorang pemanah ulung Jorn au musytikin Abu
sasarannya, Setiap anak panah yang dle dan selalu tepat mengenai
musyrikin selalu diamati oleh Rasulullah shore ony Ke arah kau
pada sasaran manakah anak panah ity mop n manu ‘alaihi wa sallam
menancap. Abu Thalhah kemu-
dian berkata, “Demi a i
q yah dan ibuki Ab
a Anda mengamatiku nanti terkenne Menjadi tebusanmu, tak
engena Ieherku asalkan lehermu Sane musuh. Biarkanlah
u Dujanah juga melindungi Nabi
iri gi Nabi aL
hee diinya, sementara panah-panah aa alaihi wa sallam
Raculullgh nee? Demikian pula Ziyad bi ertubi-tubi meng-
barcaiuah shallallahu ‘ala wa sallam dengan dene: (2 Melindungi
ma orang sahabatnya, Menurut Taye areal ia gugur
ch nu Hisyam, ia
129) Muttafaq ‘alaih der
130) Mattajod ein deraan afl yang berdekatan
a a eT a PS Go 2Smerupakan orang yang terakhir yang gugur melindungi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga roboh karena luka yang mengenainya,
[alu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dekatkanlah dia
kepadaku,” kemudian meletakkan kepalanya di atas kaki beliau dan
akhirnya ia mengembuskan napasnya yang terakhir berbantalkan kaki
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Selang sekian lama, pertempuran di antara kedua belah pihak
pun mulai mereda dan berakhir. Kaum musyrikin mulai meninggalkan
medan pertempuran dengan rasa bangga atas “kemenangan” yang
diraihnya. Sementara itu, kaum Muslimin terkejut melihat para sahabat.
yang berguguran, di antaranya Hamzah bin Abdul Muththalib, al-Yaman,
Anas bin Nadhar, Mush’ab bin Umair, dan lainnya. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri sangat berdukacita atas kematian pamannya,
Hamzah, apalagi setelah melihat mayatnya yang dibelah perutnya dan
diiris hidung serta telinganya oleh musuh. Selanjutnya, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menguburkan mayat-mayat itu dua-dua
dalam satu kain lalu bertanya, “Siapakah yang paling banyak hafal al-
Qur‘an?” Setelah diberitahukan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memasukkannya terlebih dahulu ke liang lahat. Sesudah itu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjadi saksi bagi mereka
pada hari kiamat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meme-
rintahkan agar mereka dikuburkan berikut pakaian dan darah mereka
apa adanya dengan tidak perlu dimandikan dan dishalatkan. "2
Orang-orang Yahudi dan munafik mulai menunjukkan kebencian
mereka terhadap kaum Muslimin. Abdullah bin Ubay bin Salul bersama
kawan-kawannya berkata kepada kaum Muslimin, “Seandainya kalian
mengikuti kami, niscaya tidak akan ada korban yang berjatuhan di
antara kalian.” Mereka kemudian memperolok kaum Muslimin dengan
mempertanyakan kemenangan yang pernah mereka impikan bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu
Menurunkan sejumlah ayat dari surah Ali Imran sebagai komentar
dan jawaban terhadap celotehan orang-orang Yahudi dan munafik ter-
sebut, di samping merupakan penjelasan tentang hikmah dari peristiwa
yang terjadi di Uhud. Ayat-ayat itu ialah,
“Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari
(rumah) keluargamu dalam rangka menempatkan para Mukmin
pada beberapa posisi untuk berperang. Dan Allah Maha Men-
dengar lagi Maha Mengetahui.” (Ali Imran [3]: 121)Sampai dengan firman Allah.
tidak turut pergi berperang itu berkata p
Seen ‘Sekiranya mereka mengikuti kita pag ;
por tidak akan terbunuh.” Katakanlah, “Tolaklah eh
itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.’ (Ay
{3}: 168)
Pada Sabtu sore, Rasulullah shalla/lahu ‘alaihi wa Sallam renin,
galkan Uhud dan pada malam harinya bermalam di Madinah
para sahabatnya. Pada malam itu, kaum Muslimin mengobati Tash
mereka. Setelah melaksanakan shalat subuh, pada hari Ahad, Rasululy
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Bilal untuk mengumumkag
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihy wa sallam memerintahkan kepag
para sahabat agar keluar mengejar musuh. Perintah ini hanya ditujukan
kepada para sahabat yang ikut dalam peperangan kemarin, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian meminta untuk diambilkan panj.
nya yang belum dilepas lalu menyerahkannya kepada Ali bin Abi Thali
radhiyallahu ‘anhu. Dengan kondis) yang belum pulih dan serba lemah,
para sahabat melesat mengejar musuh sampai ke Hamra‘ul Asad
(sebuah tempat yang terletak sepuluh mul dari Madinah). Di sinilah
sedang berpesta pora membanggakan kem,
dan merencanakan kembali lagi ke .
Muslimin, etapi dicegah oleh fagi ke fafa untuk anempes jaun
melihat Sor m bertanya, “Celaka! Sesungguhnya, Muhammad 63°
para sahabatnya jumlah
sebelumnya telah keluar mengear fa yang tidak pernah aku lihst
kobar dan kebencian yang belum Pernah ake ioe
berhadapan dengan kalian.~ Dengs
:BEBERAPA "IBRAH
Perang Uhud ini memberi banyak pelajaran penting kepada kaum
Muslimin pada setiap masa. Semua peristiwa yang telah kami jelaskan
terdahulu seolah-olah menjadi pelajaran yang bersifat aplikatif dan
operasional, mengajarkan kepada kaum Muslimin cara mencapai
kemenangan dalam pertempuran musuh serta cara menghindari
kegagalan dan kekalahan.
|. Di dalam peperangan ini, tampak pula prinsip yang selalu
dipegang teguh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu
bermusyawarah bersama para sahabatnya dalam setiap urusan
yang memerlukan syura dan pembahasan. Akan tetapi, di sini,
kita bisa mencatat satu hal yang tidak kita dapati pada musyawah
menjelang Perang Badar yaitu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak mau mencabut kembali persetujuannya atas usulan
para sahabat yang menghendaki agar peperangan dilakukan di
luar kota Madinah, setelah beliau memakai baju perang dan
mengambil persiapan perangnya, sekalipun mereka menyatakan
penyesalan mereka dan menarik kembali usulan mereka itu.
Mereka juga, pada saat itu, mengharapkan Rasulullah agar tinggal
saja di Madinah jika beliau berpendapat demikian. Tampaknya,
pada waktu musyawarah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
cenderung—atau menampakkan kecenderungan—terhadap
usulan yang menginginkan agar kaum Muslimin menunggu musuh
di Madinah.
Barangkali hikmah yang terkandung dalam masalah ini, antara
lain, bahwa memperbincangkan kembali suatu masalah yang sudah
diputuskan—apalagi setelah diadakannya persiapan untuk berperang
dan setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam muncul di tengah kaum
dan para sahabatnya seraya memakai baju perang dan mengangkat
senjatanya—adalah suatu tindakan di luar prinsip syura, khususnya
menyangkut masalah-masalah peperangan yang memerlukan—di
samping musyawarah—ketegasan dan kepastian sikap. Di samping itu,
kesan yang timbul jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencabut
persetujuannya setelah semuanya melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersiap-siap untuk perang, seakan-akan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak memiliki kehendak dan tekad yang kuat dan
pasti. Biasanya, sikap ragu seperti itu muncul karena rasa takut dan
kekhawatiran yang tidak beralasan, Karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab mereka dengan tegas dan pasti,
Sn & yas Ne Its a
|ng Nabi apabila telah memakai Pakaien
bagi seora mbali sebelum perang ”
“Tidak pantas ron neletakkannya ke
perangnya untu
ini, kaum munafikin menunjukkan gj
7 Dalam ere Shap mereka ini mengandung banyak hi
tan “wien, ‘di antara yang terpenting a enya
bersihan unsur-unsur munafik dari kaum ju ae Selain itu,
sikap kaum munafikin tersebut memberikan berbagai manfaat
bagi kaum Muslimin untuk menghadapi masa-masa mendatang.
Telah kita ketahui bagaimana Abdullah bin Ubay bersama tiga
ratus pengikutnya berkhianat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para sahabatnya setelah keluar dari kota Madinah. Konon,
pengkhianatan ini disebabkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengikuti pendapat anak-anak muda dan tidak mengambil pendapat
orang-orang tua dan para intelektual seperti dirinya (Abdullah bin
Ubay). Sesungguhnya, tidaklah demikian halnya. la (Abdullah bin Ubay)
melakukan tindakan pengkhianatan itu hanya karena tidak mau
berperang sebab ia tidak siap menghadapi segala risikonya. Itulah ciri
khas utama kaum munafikin: ingin mengambil keuntungan-keuntungan
yang terdapat dalam Islam dan menjauhi segala tanggung jawab dan
risikonya. Sesuatu yang mengikat mereka dengan Islam ialah salah
satu di antara dua hal: harta rampasan yang mereka idamkan ata
bencana yang dapat mereka elakkan.
3. Dalam peperangan ini, Rasulullah shall ‘alaihi
tidak mau meminta bantuan kepada Se Soap
kendatipun jumlah kaum Muslimin masih sangat sediki Dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad did lam Thagabat-
nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda a
Wy iat oc Fa
ool Jet de sey dat 2 ALS
“Kami tidak akan pernah meminta bantuan keno,”
musyrik untuk menghadapi orang orang m oe orang-orang
rik.”
134) Mungkin ada yang bertanya, “Orang-oran,
berperang bersama kaum Muslimin itt adaley Son, M@nawarkan dirt untuk
Kitab. Mengapa Rasulullah shallallahu ‘ataihi wa seijoron’, Yehudi dari Ablul
‘orang-orang musyrik?” Jawabannva, “Mereka dinamaken menamakan mereka
dalam pengertian isthilahi yang biasanya ditujukan kepade ana TUSyrik bukan
penyembah berhala sebab kemusyrikan memilid pengert
‘semua orang kafir.” Pengertian umum yang meliputlMuslim meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah berkata kepada seorang lelaki yang ingin berperang bersama-
nya dalam Peperangan Badar,
ee cake 0 lt ot ey oe
Spas EN a8 JE AY JU tail Lf
“Apakah kamu beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?”
Orang itu menjawab, “Tidak.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Kembalilah, karena aku tidak akan meminta bantuan
kepada seorang musyrik.~
Berdasarkan hal di atas, jumhur ulama berpendapat tidak boleh
meminta bantuan kepada orang-orang kafir dalam peperangan. Imam
Syaf'i menjelaskan hal ini dengan mengatakan, “Jika imam melihat orang
kafir tersebut memiliki pandangan yang baik dan jujur kepada kaum
Muslimin serta sangat diperlukan bantuannya (maka boleh meminta
bantuannya), tetapi jika tidak demikian, tidak boleh.""”*
Barangkali pendapat Imam Syafi'i inilah yang sesuai dengan
beberapa kaidah dan dalil. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menerima bantuan Shafwan bin Umaiyyah pada Perang
Hunain, Masalah ini termasuk dalam kerangka yang disebut siyasah
syar’iyah (politik syariat). Kami akan menyebutkan perbedaan antara
apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Badar
dan Uhud pada pembahasan mendatang, insya Allah.
4. Halyang perlu direnungkan ialah fenomena Samurah bin Jundab
dan Rafi’ bin Khudaij. Keduanya baru berusia lima belas tahun,
Bagaimana kedua anak ini datang kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam meminta izin agar diperkenankan ikut serta
dalam peperangan. Suatu peperangan yang didasarkan pada
kesiapan mati dan sangat tidak seimbang. Kaum Muslimin
jumlahnya tidak lebih dari 700 tentara dan kaum musyrikin
jumlahnya lebih dari 3.000 tentara.
Anehnya, fenomena ini oleh para musuh Islam dianalisis sebagai
bukti bahwa bangsa Arab sejak dahulu selalu hidup di dalam situasi
peperangan dan pertempuran sehingga mereka (orang-orang Arab)
tumbuh dalam suasana dan nuansa itu. Karena itu, mereka (tua ataupun
muda) memandang peperangan sebagai sesuatu yang tidak perlu
ditakutkan.
Tidak diragukan lagi bahwa analisis ini dengan sengaja tidak
mau melihat dan mencatat realitas desersi yang dilakukan oleh
A aes
ape eAbdullah bin Ubay bin Salul bersama tiga ratus engikutnya kareyg
isiko peperangan dan menginginkan keselamatan jiwan,
takut pada ik 7 lihat orang-orang yang ingin menikmas,
Mereka juga tidak mau meliha' 1 4 mati
hasil panen kota Madinah pada musim panas Gan menolak seryay
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam oo berperang dengan
mengatakan, “Janganlah kalian berperang pada iihac kclalal Analisis
tersebut bahkan sama sekali tidak mau melt at kekalahan kaum
musyrikin di Badar kendatipun secara jumlah mereka lebih banyak
ketimbang kaum Muslimin dan rasa takut yang menghantui mereka,
padahal mereka adalah orang-orang Arab yang tumbuh, sebagaimana
istilah mereka, di bawah naungan peperangan.
Sulit sekali bagi orang yang bersikap objektif untuk mengindari
suatu aksioma yang menegaskan bahwa munculnya kesiapan untuk
menghadapi kematian seperti yang terlihat pada fenomena anak-anak
tersebut (Samurah bin Jundab dan Rafi’ bin Khudaij) adalah karena
dorongan keimanan yang telah menguasai hati dan hasil mahabbah
terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bila iman dan mahabbah
ini telah terbentuk, kesiapan itu pasti akan muncul. Sebaliknya, bila
iman dan mahabbah itu tidak ada atau lemah, jangan diharap kesiapan
tersebut akan muncul.
5, Memperhatikan siasat peperangan yang diterapkan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam peperangan ini (terutama
dalam menempatkan posisi pasukan pemanah yang bertugas
mengawal di atas bukit, betapapun situasi yang terjadi) tampak-
lah beberapa pelajaran berikut ini. eee
Pertama, keahlian Rasulullah shallallahu ‘ala bi
lad ce eg: dude Bee ea eee
strategi dan seni peperangan. Tidak diragulan lag bahwa Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah membekali keahlian yang langka inf kepad
beliau. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa kejentacae dan keanlian
ini hanya berfungsi sebagai faktor pendukung kev ny eh
yang dibawanya. Kedudukan beliau sebagai seorane Neg gy a
risalah yang menuntut agar beliau menjadi sco’ nen oan Pome
ahli di bidang kemiliteran, sebagaimana beliau din ne one sens
seorang yang mashum dari segala bentuk penyinpr eae creek menial
dijelaskan pada bagian pertama buku ini cehyon Pangan: Hal ini telah
kembali. Ngga tidak perlu diulas
Kedua, pesan-pesan disampail
ia’ balla Wepada para sahabatnye Teall shallallahu ‘alaihi
pemanah, memiliki kaitan yang erat dengan apa jane kepada pasukan
itu, yaitu pelanggaran sebagian pasukan pemanah sernn iad seca
lap perintah-
rT oy DR. MUHAMMAD SA'D Ratoni: 5
Sg 3intah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seolah-olah Nabi shallallahu
‘glaihi wa sallam telah mengetahui apa yang akan terjadi melalui firasat
enabian atau wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga beliau
perlu mewanti-wanti mereka dengan wasiat-wasiat dan berbagai
perintah. Dengan demikian, seolah-olah beliau sedang melakukan suatu
manuver yang hidup bersama para sahabatnya untuk melawan musuh
mereka yaitu hawa nafsu dengan segala ketamakannya kepada harta
dan rampasan. Suatu manuver, betapapun hasilnya, sangat bermanfaat.
Hasil negatif dari manuver mungkin saja faedahnya lebih besar daripada
hasil yang positif.
6 Abu Dujanah, setelah mengambil pedang dari tangan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, langsung berjalan mengelilingi barisan
kaum Muslimin dengan cara yang amat pongah, tetapi tindakan
ini tidak diingkari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau hanya berkomentar, “Ini adalah gaya berjalan yang dimurkai
Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali di tempat seperti ini (pepe-
rangan).”
SRE Se Sa TERI at: 2 Re
Hal ini menunjukkan bahwa setiap bentuk kesombongan yang
diharamkan dalam situasi biasa, terhapus keharamannya dalam situasi
perang, Di antara bentuk kesombongan yang diharamkan kepada setiap
Muslim adalah berjalan dengan cara sombong, tetapi hal tersebut men-
jadi kebaikan di medan peperangan. Di antara bentuk kesombongan
yang diharamkan ialah menghias rumah atau bejana dengan emas dan
perak. Akan tetapi, menghiasi alat-alat perang dan senjatanya dengan
emas dan perak tidaklah dilarang. Kesombongan yang ditampakkan
di sini (dalam situasi perang) pada hakikatnya hanyalah merupakan
ungkapan kewibawaan Islam di hadapan musuh-musuhnya, di samping.
merupakan perang urat saraf yang tidak boleh dilupakan fungsinya
oleh kaum Muslimin.
i
a
7. fika kita perhatikan masa berlangsungnya peperangan antara
kaum Muslimin dan musuh mereka di Uhud ini, kita mendapat
dua titik perhatian.
Pertama, di saat kaum Muslimin menjaga ‘tempat-tempat mereka
dan memelihara perintah-perintah yang mereka terima dari panglima
mereka (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Apa hasil dari komitmen
ini? Kemenangan begitu cepat diraih kaum Muslimin sehingga tidak
lama kemudian berhasil mengobrak-abrik barisan lawan. Rasa takut
begitu cepat merayap ke dalam hati kaum kafir yang berjumlah tiga
ribu itu sehingga mereka meninggalkan medan perang, Bagian inilah
hain V: Pauoos Pans Means Dit 249 nomi?Qur‘an,
Jah memenuhi Janjt-Nyq
h mereka dengan izin-Nyqs
yang dikomentari dalam ayat al-
“Dan sesungguhnya Allah te!
kamu ketika kamu membunu:
Imran [3]: 152)
Kedua, di saat kaum Muslimin mengejar em mlasyrikiny
menumpas setiap orang Yang berhasil ditangkapnya dan mep, tik
barang-barang rampasan. Pada saat itulah pasukan pemanah Mel
dari atas gunung saudara-saudara mereka menebaskan Pedang key
sar areeicuh mereka yang lari meninggalkan medan pertempy
dan kembali dengan membawa harta dan barang rampasan. Laly timby
lah keinginan mereka untuk ikut membantu mengumpulkan barat
rampasan. Keinginan inilah yang mengusik pikiran mereka sehin
timbullah anggapan bahwa masa berlakunya perintah-perintah
diterima dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu telah bers
dan mereka merasa sudah tidak terikat lagi dengan pesan-pesan iu
serta em perlu lagi menunggu izin dari Rasulullah shallallahu “a |
Renae benrapr ty asad ea ecniinlyenieoalipa ea ini
met gian temannya, terutama amir (koman-
regu) mereka, Abdullah bin Jubair, mereka tetap turun dan ik
Sere barang rampasan. Apakah akibat dari tindakan in :
beta mn ee ea
tari renyuris: pun hula neice cot aru! Khalid bin Walid yang tadinga
serangan. la mengamati tempat coh 1 Se pret a
mengetahui bahwa gunung yan pat di sekitarnya. Akbhirnya, ia
ditinggalkan oleh pasckan fi ig Semula dijaga dengan ketat, tet
di dalam benaknya Kane Lalu muncullah ide-ide kemiliteran
ersama pasukan musyrikin, Khalid bin
My
|
|
*... sampai pada saat
itu serta mendurhage ed !emah dan berselisih dalam uns
memperlihatkan kepada th (Rasulullah) sesudah Allo
ada oran, ‘amu apa ya; cry
daki okhy yong menghendaki duni ng kamu sukai. Di ant ot
- Kemudian Al ia dan ada pula yang mens! i
er
untuk mengujt kamu.» ae ™memalingkan kamu dari ™
Imran [3]: 152)ly
7
Perhatikanlah! Betapa be:
kesalahan besar tersebut! Beta
Muslimin!
Kesalahan yang dilakukan oleh
kaum ee telah menimbulkat
emua orang. Rasulullah shallallahu ‘alaihj i
dari akibatnya. Itulah Simetalah fie ane ait
Keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di ‘eat zah
pasukan itu pun tidak dapat menangkal keberlangsungan sunnatullah
itu.
ad Tisiko yang harus dihadapi akibat
Pa risiko itu Menimpa semua personil
beberapa orang di dalam pasukan
in bencana tragis yang menimpa
Sekarang, bandingkanlah! Lebih besar mana antara kesalahan
yang dilakukan oleh beberapa orang (pasukan Pemanah) tersebut dan
sekian kesalahan yang dilakukan oleh kaum Muslimin pada hari ini,
dalam berbagai aspek kehidupan kita, baik yang umum maupun yang
khusus? Renungkanlah semua ini agar Anda dapat menggambarkan
betapa kasih sayang Allah kepada kaum Muslimin karena tidak meng-
hancurkan mereka sekalipun mereka melakukan berbagai kesalahan
dan mengabaikan kewajiban amar ma’ ruf nahi munkar.
Dengan demikian, jelasiah bagi Anda mengapa bangsa-bangsa
Islam tidak berdaya menghadapi negara-negara tiran yang tidak percaya
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
8 Dalam peperangan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meng-
alami cedera dan luka parah, terperosok ke dalam lubang, kepala
bocor, gigi patah, darahnya mengalir deras di wajahnya. Semua
ini merupakan salah satu akibat dari kesalahan tersebut,
kesalahan beberapa orang prajurit karena melanggar perintah
pimpinan. Lalu, apa hikmah disebarluaskannya desas-desus
tentang kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam
barisan kaum Muslimin?
Jawabannya: Sesungguhnya, keterikatan kaum Muslimin dengan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keberadaannya di antara
mereka sedemikian kuat sehingga mereka tidak dapat membayangkan
perpisahan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kematian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sesuatu yang tidak pernah
terlintas dalam benak mereka. Mereka seolah-olah membuang jauh-
jauh kenyataan ini dari pikiran mereka. Tidak diragukan lagi, seandainya
berita kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu benar, niscaya
berita itu akan meremukredamkan hati mereka dan mengguncangkan
keimanan mereka, bahkan akan menimbulkan keguncangan jiwa yang
sedemikian dahsyat pada sebagian besar di antara mereka.
orn rah dey isu kematian Rasulullah shallailahu ‘alaihi wa sallamoe ae ee de ene cas ee
BEST TEORSED
SSCOTISSTIS SS
OOS TTT ass.
jadi engalaman dan pelajaran kemij;
adalah ia rt sat limi menyadari akan suaty hie
yang san ha dapinya sehingga mereka tidak kembali murtad apay,
Recalulah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus meninggalkan mereka
Demi untuk menjelaskan pelajaran penting 7 diturunkan a
al-Qur‘an sebagai komentar terhadap kelemahan 7 keterkejut,
yang menimpa kaum Muslimin ketika mendengar erita kematian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Firman Allah,
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul. Sungguh,
sebelumnya telah berlalu beberapa orang Rasul. Apakah jika
dia wafat atau gugur dibunuh kamu berbalik kembali (murtadp
Siapa saja yang murtad maka dia sama sekali tidak dapat mend.
tangkan mudharat kepada Allah sedikit pun; dan Allah kelak
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali
Imran [3]: 144)
Hasil positif dari pelajaran ini tampak dengan jelas ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar meninggalkan
mereka (wafat). Peristiwa (isu) Uhud inilah, dengan segenap ayat al
Qur'an yang diturunkan menyusul isu tersebut, yang memperingatkan
dan menyadarkan kaum Muslimin kepada kenyataan ini, Karena itu,
mereka dengan berat hati dan rasa sedih, telah siap menerima
kematian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memikul beban
amanah yang ditinggalkannya: dakwah dan jihad di jalan Allah Subhanahu
wa Ta’ala, Mereka bangkit memikul amanah dengan keimanan yang
kokoh dan tawakal yang mantap kepada Allah Subhanahu wa Ta’2la
9. Mari kita renungkan kematian yang t
sahabat Rasulullah shallalahu alghy “rallamder membel
dan menyelamatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dati
hujan anak panah dan lemparan batu. Satu demi satu mereka
berguguran di bawah hujan panah. Mereka berjuang dengan
semangat tinggi demi menjaga nyawa Rasulullah shallallahu ‘alah
wa sallam tanpa menghiraukan risiko yang ada. Dari manakah
sumber pengorbanan yang menakjubkan fi?” i
Semua itu tidak lain hanyalah bersum! ; ;
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rana Perame, keaan
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keds; ra pecinicaen
sumber dan sebab munculnya pengorbanan yarg wemap ran
tersebut, Setiap Muslim sangat memerlukan kedua hal int Tidaklah
cukup seseorang mendakwakan diri beriman kepada masalah-masalah
agidah yang harus diimani sebelum hatinya juga dipenunj eich cea
KeP
shaAllah Subhanahu wa Ta’ala da 7 :
weyailahu ‘alah wa sallam bersabda, Rasul-Nya. Karena itu, Rasulullah
Ps olay de Caio & rats
- 3 t
“Tidaklah beriman seorang di antara kamu sehingga aku lebih
dicintainya daripada hartanya, anaknya, dan semua manusia.”
(HR. Muttafaq ‘alaih)
Ini karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan
perangkat akal dan hati pada diri manusia. Dengan akal, manusia dapat
berpikir, kemudian mengimani hal-hal yang wajib diimani. Lalu dengan
hati, manusia dapat mempergunakannya untuk mencintai ha-hal yang
dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membenci hal-hal yang
dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila hati tidak disibukkan dengan
cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya, dan hamba-hamba-Nya
yang shaleh, niscaya ia akan dipenuhi oleh cinta hawa nafsu dan ke-
mungkaran. Jika hati telah dipenuhi oleh cinta hawa nafsu dan kemung-
karan, janganiah diharap bahwa keyakinan seseorang (yang tidak
disertai oleh rasa cinta itu) akan dapat menumbuhkan pengorbanan.
Hakikat ini termasuk aksiomatika yang telah ditegaskan oleh
para pakar tarbiyah dan akhlak. Hakikat ini juga dikuatkan oleh berbagai
pengalaman. Perhatikanlah pernyataan Jean Jacques Roussou berikut
ini,
“Sori ; dibicarakan tentang keinginan untuk menegakkan
ecko ener berdasarkan akal semata-mata. Akan
tetapi, kokohkah Jandasan ini? Inikah landasan yang baik? Sesung-
ja, keutamaan, sebagaimana mereka katakan, adalah sistem.
guhnya, Kes kah keyakinan terhadap sistem ini dapat mengatasi
Akan tetap!, beste yang bersifat khusus? Sebenarnya, prinsip yang
a eri tidak lin hanyalah sekadar permainan kata. Tidakkah
eee nn merupakan kecintaan kepada sistem dalam bentuk
yang berlainan?"!*
i emerintah Amerika tidak dapat berpegang teguh
en "iyakininya sebagai sesuatu yang berfaedah pada saat
Cee an pengharaman khamr dan pelarangan penjualannya dihun 1933 karena tidak lama a pelaran,
i buat keputusan itu sendiri yang memelopori pelangear,,
nian ondand tersebut. Mereka tidak senang ae keputusan
yang dibuatnya sendiri. Akhirnya, mereka menghapuskan kembaj,
undang-undang itu dan kembali meneguk khamr dengan leluasa,
Sementara itu, para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang pada waktu itu secara peradaban dan pengetahuan tentang
berbagai bahaya dan faedah jauh di bawah orang-orang Amerika kini,
begitu mendengar perintah Allah agar menjauhi khamr. Dengan
seketika mereka langsung menghancurkan botol-botol, guci-guci, dan
kantung-kantung penyimpanan khamr, seraya berteriak,
masyarakat pada tal
ae A epee
eg] Sob Kee]
“Kami berhenti, ya Allah, kami berhenti!”
Perbedaan antara dua gambaran dan realitas ini sangat jelas
Pada masyarakat Muslim ada “sesuatu” yang bersemayam di hatinya
yang mengendalikan hawa nafsunya untuk mengikuti perintah dan
hukum Allah.
Kecintaan yang terdapat di dalam hati para sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam inilah yang membuat mereka bersedia
menyerahkan nyawa mereka demi melindungi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dalam Perang Uhud ini, kita dapat menyaksikan
berbagai pengorbanan yang menakjubkan yang mengungkapkan
pengaruh cinta ini di hati para sahabat.
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda kepada para sahabatnya, “Siapakah di antara kalian
yang bersedia mencari berita untukku tentang keadaan Sa’ad bin Rabi’?
Masihkah ia hidup atau sudah matikah?” Salah seorang Anshar
menyatakan kesediaannya kemudian pergi mencari Sa’ad bin Rabi’.
Akhirnya Sa’ad ditemukan dalam keadaan luka parah sedang menanti
datangnya ajal. Kepadanya, orang Anshar itu memberi tahu, “AKU
disuruh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mencari engkau.
‘Apakah engkau masih hidup ataukah telah mati...” Sa’ad menjawab,
“Beri tahukan kepada beliau bahwa aku sudah mati dan sampaikanlah
salamku kepada beliau. Katakan kepada beliau bahwa Sa’ad bin Rabi’
menyampaikan ucapan kepada Anda (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam), semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melimpahkan kebajikan
sebesar-besarnya atas kepemimpinan Anda sebagai seorang Nabi yang,
telah diberikan kepada umatnya! Sampaikan juga salamku kepada
pasukan Muslimin dan beri tahukan bahwa Sa’ad bin Rabi’ berkata
kepada kalian, ‘Allah tidak akan memaafkan Kalan jika kalian mening
fhe. Masueoun Sa’ Reeunnie Aine shesn
n
oF FFF
in Nabi shallallahu ‘alaihi '
4 bidup di antara kalian.’” "a sallam, sedangkan masih ada Pree
Orang Anshar itu melanjutkan ceritanya, “|
galkan, Sa’ad pun wafat. Aku lalu segera mengh
‘alaihi wa sallam dan kusampaikan kepada beliau Pesan-pesannya.”
Jika cinta seperti ini telah Menyelinap dan bertakhta di dalam
hati setiap diri kaum Muslimin pada hari ini sehingga menjauhkan
mereka dari syahwat dan egoisme mereka, dapatlah saya katakan,
“Saat itulah kaum Muslimin akan tampil sebagai generasi baru dan
mampu merebut kemenangan mereka dari benteng kematian serta
mengalahkan musuh-musuh mereka betapapun rintangan yang harus
dihadapinya.”
Jika Anda bertanya tentang media untuk mencapai cinta ini,
ketahuilah bahwa ia harus dicapai melalui banyak melakukan dzikir
dan shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, banyak
merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
nikmat-nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada kita, menghayati sirah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akhlak-akhlaknya. Semua
ini dilakukan setelah kemantapan (istiqamah) dalam ibadah secara
khusyuk dan berkomunikasi dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala di setiap
saat.
Belum sampai kuting-
‘adap Nabi shallallahu
10. Seperti disebutkan dalam riwayat Bukhari bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan penguburan mayat-
mayat para syuhada berikut bercak-bercak darah yang melekat
pada mereka dan tanpa menshalatkannya. Setiap satu kubur
diisi dengan dua orang syuhada.
Peristiwa ini dijadikan dalil oleh para ulama bahwa orang yang
syahid dalam pertempuran jihad tidak perlu dimandikan dan dishalae-
kan, la harus dikuburkan sebagaimana adanya. : ;
Imam Syafi’i berkata, “Secara mutawatir, hadits-hadits menye-
butkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menshalatkan
mereka (syuhada). Adapun riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalatkan mereka sepuluh-sepuluh dan
di setiap yang sepuluh itu terdapat Hamzah sehingga Nabi shalfallahu
‘alaihi wa sallam menshalatinya (Hamzah) sebanyak tujuh puluh kali
adalah riwayat yang lemah dan keliru.”"”
A Para viama juga berpendapat, berdasarkan peristiwa ini, bahwa
bila keadaan darurat, dibolehkan penguburan lebih dari satu orang
dalam satu kubur. Jika tidak darurat, tidak dibolehkan,
137) Lihat Mughnil Muhtaj, 1/349.11. Kalau kita perhatikan apa yang dilakukan Rasulullah shay,
‘alaihi wa sallam bersama sahabatnya setelah seharj tiba
Madinah (mengejar kembali kaum musyrikin di Hamra’ul a
tampaklah kepada kita suatu pelajaran Pertempuran Uhug
secara jelas dan sempurna, di samping tampak pula bagi kita
masing-masing dari kedua hasilnya, baik yang positif maupuy
negatif. Secara jelas dan pasti, terlihat bahwa kemenangan ity
hanya bisa dicapai dengan kesabaran, ketaatan kepada perintah.
perintah pimpinan yang baik, dan tujuan yang murni semaua.
mata demi agama.
Seperti telah kita ketahui bahwa begitu Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengumumkan agar pengejaran musuh dilakukan, para
sahabat yang kemarin ikut berperang serta merta berkumpul dan
melaksanakan tugas tanpa menghiraukan luka yang dideritanya, bahkan
belum ada yang sempat beristirahat di rumahnya. Mereka segera
berangkat mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengejar
kaum musyrikin yang sedang dimabuk kemenangan. Kali ini, tidak
seorang pun di antara kaum Muslimin yang memiliki ambisi untuk
merebut ghanimah atau kepentingan duniawi. Mereka hanya ingin
mencapai kemenangan atau syahid di jalan Allah walaupun dengan
berbalut luka yang masih mengucurkan darah.
Akan tetapi, bagaimana hasilnya?
Kemenangan yang baru saja dirayakan oleh kaum musyrikin itu
tidak mampu mereka pertahankan atau lanjutkan, sebagaimana halny
luka parah yang diderita oleh kaum Mukmin itu tidak menghalangi
sama sekali untuk merebut kemenangan.
Bagaimana jalan ke arah ini? Jalannya ialah mukjizat Ilahi untuk
menyempurnakan pelajaran atau pembinaan kepada kaum Muslimin.
Secara tiba-tiba, hati kaum musyrikin merasa gentar karena memba-
yangkan apa yang diceritakan oleh seorang kawan mereka tentang
kaum Muslimin bahwa Muhammad dan para sahabatnya kali ini datang
membawa kematian untuk disebarkan di antara mereka sehingga
mereka pun tunggang langgang kembali ke Makkah dengan hati kecut.
Bagaimana rasa takut kepada kaum Muslimin ini dapat masuk
ke dalam hati mereka, padahal mereka baru saja memukul mundur
kaum Muslimin? Hal ini terjadi semata-mata karena kehendak flahi
yang telah menjadikan peristiwa ini secara keseluruhan sebagai
pelajaran penting bagi kaum Muslimin, baik yang bersifat positif
in negatif.
mmeupan oe penutup dan kelengkapan pelajaran Uhud, turunlah
firman Allah,
=
te oe ae ott cf”
“(Yaitu) ath eetia yang menaati
Nya setelah mereka mendapat Iuka (dalam Perang Uhud). Bagi ‘ly
orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka a pie !
pertaqwa ada pahala yang besar, (yaitu) orang-orang (yang |
4]
Hi
Perintah Allah dan Rasul-
menaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada mereka ada orang-
orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya, manusia telah me-
ngumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takut-
lah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan
mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi
penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.’ Maka
mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari
Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka meng-
ikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang
besar.” (Ali Imran [3]: 172-174) **