Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan

oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit campak adalah

demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk dan/atau

pilek dan/atau konjungtivitis akan tetapi sangat berbahaya apabila disertai dengan

komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Penyakit ini sangat berpotensi menjadi wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan

kekebalan kelompok/herd immunitytidak terbentuk. Ketika seseorang terkena

campak, 90% orang yang berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular jika mereka

belum kebal terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika telah diimunisasi atau

terinfeksi virus campak.

Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di seluruh

dunia karena komplikasi penyakit campak. Dengan pemberian imunisasi campak dan

berbagai upaya yang telah dilakukan, maka pada tahun 2014 kematian akibat campak

menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan perkiraan 314 anak per hari atau 13

kematian setiap jamnya.

Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan

dewasa muda yang rentan. Akan tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan

masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita hamil

pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi dan selama

awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau sindrom rubella

kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi yang dilahirkan.Sebelum


dilakukan imunisasi rubella, insidens CRS bervariasi antara 0,1-0,2/1000 kelahiran

hidup pada periode endemik dan antara 0,8-4/1000 kelahiran hidup selama periode

epidemi rubella. Angka kejadian CRS pada negara yang belum mengintroduksi vaksin

rubella diperkirakan cukup tinggi.

Pada tahun 1996 diperkirakan sekitar 22.000 anak lahir dengan CRS di regio

Afrika, sekitar 46.000 di regio Asia Tenggara dan 12.634diregio Pasifik Barat.

Insiden CRS pada regio yang telah mengintroduksi vaksin rubella selama tahun 1996-

2008 telah menurun.

Di Indonesia, rubella merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun

terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15 tahun. Selain

itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di Indonesia pada tahun

2013 diperkirakan terdapat 2767 kasus CRS, 82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19

tahun dan menurun menjadi 47/100.000 pada ibu usia 40-44 tahun. Sedangkan

perhitungan modelling di Jawa Timur diperkirakan 700 bayi dilahirkan dengan CRS

setiap tahunnya.

Dalam Global Vaccine Action Plan (GVAP), campak dan rubella ditargetkan

untuk dapat dieliminasi di 5 regional WHO pada tahun 2020. Sejalan dengan GVAP,

The Global Measles & Rubella Strategic Plan 2012-2020 memetakan strategi yang

diperlukan untuk mencapai target dunia tanpa campak, rubella atau CRS. Satu

diantara lima strategi adalah mencapai dan mempertahankan tingkat kekebalan

masyarakat yang tinggi dengan memberikan dua dosis vaksin yang mengandung

campak dan rubella melalui imunisasi rutin dan tambahan dengan cakupan yang

tinggi (>95%) dan merata.


B. TUJUAN

Tujuan Umum :
adalah untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubella/CRS tahun 2020.

Tujuan Khusus :

- Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan rubella secara cepat

- Memutuskan transmisi virus campak dan rubella

- Menurunkan angka kesakitan campak dan rubella

- Menurunkan angka kejadian CRS

C. SASARAN

Sasaran pelaksanaan kegiatan kampanye imunisasi MR adalah seluruh anak usia 9

bulan sampai dengan <15 tahun . Imunisasi MR diberikan tanpa melihat status

imunisasi maupun riwayat penyakit campak dan rubella sebelumnya. Imunisasi ini

sifatnya wajib dan tidak memerlukan individual informed consent.

D. TEMPAT PEMBERIAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

i. Tempat Pelaksanaan :

Kampanye imunisasi MR dilaksanakan Indonesia (34 provinsi). Pelayanan

imunisasi dilakukan di pos-pos pelayanan imunisasi yang telah ditentukan

yaitu di sekolah-sekolah yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman

Kanak-Kanak (TK), SD/MI/sederajat dan SMP/MTs/sederajat, Posyandu,

Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.


ii. Waktu Pelaksanaan :

Kampanye imunisasi MR dilaksanakan dalam waktu dua bulan penuh yaitu

bulan Agustus dan September di masing-masing daerah termasuk sweeping.

Kegiatan sweeping dilakukan untuk menjangkau sasaran yang belum

diberikan imunisasi karena sakit, sedang bepergian, orang tua sibuk, tidak

mengetahui mengenai adanya kampanye imunisasi MR maupun alasan

lainnya. ( Jadwal Kegiatan terlampir )

b. STARATEGI PELAKSANAANNYA

Target cakupan kampanye imunisasi MR adalah minimal 95%. Untuk itu diperlukan

strategi agar berhasil mencapai target yang diharapkan.Pelaksanaan kampanye

imunisasi MR dibagi menjadi 2 tahap :

 Tahap pertama pemberian imunisasi MR di seluruh sekolah yang terdiri dari

sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak,

SD/MI/sederajat, SDLB dan SMP/MTs/sederajat dan SMPLB. Sebelum

pelaksanaan kampanye imunisasi MR dilaksanakan, perlu melibatkan Tim

Pembina UKS (Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kanwil Kemenag,

Pemda) untuk koordinasi pelaksanaan kegiatan imunisasi MR di sekolah.

 Tahap kedua pemberian imunisasi untuk anak-anak di luar sekolah usia 9

bulan – <15 tahun di pos-pos pelayanan imunisasi seperti Posyandu, Polindes,

Poskesdes, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit dan fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya.

Alasan utama pemberian imunisasi di sekolah lebih dahulu yaitu lebih mudah

dilakukan karena sasaran sudah terkumpul dan anak yang belum mendapatkan

imunisasi lebih mudah diidentifikasi danditindaklanjuti.Setelah pemberian imunisasi


di sekolah-sekolah selesai, maka dilanjutkan dengan pemberian imunisasi di pos-pos

pelayanan imunisasi lainnya.

E. JEJARING KERJA DAN KOORDINASI

Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan keterlibatan berbagai pihak terkait seperti

Camat,Kepala desa beserta Pamong ,PKK, Kader kesehatan,Dinas

Pendidikan,Fatayat ,Muslimat dan LSM di bawah koordinasi Dinas Kesehatan melalui

jejaring kerja dengan pembagian tugas masing-masing untuk meningkatkan kelancaran

penyelenggaraan Measles Rubella tahun 2017.

F. PENDANAAN

Sumber Pendanaan dari BOK dan sumber dana APBD lainnya

RENCANA KEBUTUHAN ANGGARAN UNTUK KEGIATAN MR TAHUN 2017

NO URAIAN JUMLAH
1 Transport Pemateri dari Puskesmas kedesa17x3 Rp.5.100.000,-
Orang ,Rp100.000
2 Konsumsi Pertemuan Sosialisasi kepada kader Rp.8.080.000,-
didesa 2 orang x 151 Posy x 3 Pamong x 3
Pemateri,Rp 20.000,-

3 Sosialisasi pada guru UKS ( Transport ) 150 x Rp Rp 11.250.000,-


75.000,-
4 Konsumsi pertemuan 160 x Rp 20.000 Rp 3.200.000,-
5 Transport Petugas Pelaksanaan MR 150 Sekolah x Rp 30.000.000,-
2 orang x Rp 100.000,-
6 Transport Petugas Supervisi 2 Orang x 17 desa Rp 3.400.000,-
7 ATK ( FC Materi ,bener,Blangko Laporan ) Rp 3.873.600,-
JUMLAH Rp 61.503.600,-
G. PENUTUP

Dengan tersusunya kerangka acuan kegiatan pelaksanaan MR ( Measles

Rubella ) di wilayah kerja Puskesmas Turen Tahun 2017 diharapkan dapat menjadi

acuan dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas. Dari proses kegiatan pelaksanaan MR

diharapkan dapat tercapainya eliminasi Rubella di Indonesia ,khususnya di wilayah

puskesmas Turen . Pemantauan dalam pelaksanaan kegiatan tetap dibutuhkan guna

inventarisasi permasalahan yang nantinya dapat diupayakan pemecahan masalah yang

nantinya dapat berguna dalam penyusunan rencana kegiatan di masa mendatang.

Mengetauhi
Kepala BLUD Unit Kerja
Puskesmas Turen Penanggung Jawab Program

( dr Didik Sulistyanto ) ( Urifah )

Anda mungkin juga menyukai