Anda di halaman 1dari 4

Potret Keburaman Dalam Rumah Tangga

Faris Adianto

Setiap tanggal 25 November, di peringati sebagai hari anti kekerasan dan diskriminasi
terhadap perempuan. Kampanye anti kekerasan dan diskriminasi ini di rayakan oleh seluruh
negara didunia yang bertujuan untuk memperingati Hari Anti Pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM), termasuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Dengan adanya kampanye
ini diharapkan dapat membantu mengurangi kasus kekerasan terhadap perempuan, dan
membuktikan kepada masyarakat bahwa perempuan itu tidak boleh dianggap rendah tetapi
dianggap sama rata dengan laki-laki.

Berbicara mengenai perempuan, perempuan adalah mahkluk yang hebat di muka bumi ini,
perempuan memiliki karakter yang tangguh dalam menyelesaikan berbagai permasalahan,
ketika perempuan sedang dalam keadaan terpuruk. Mereka mencoba bangkit dari
keterpurukan itu. Salah satu contoh perempuan yang hebat adalah seorang ibu, bahkan mereka
rela mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anaknya. Akan tetapi, di balik tangguhnya
seorang ibu terkadang mereka juga merasakan penderitaan, bahkan dapat mengalami
kekerasan fisik di dalam rumah tangganya tanpa diketahui pihak luar.

Dalam Negara Indonesia sendiri kasus kekerasan terhadap perempuan sangat sering terjadi,
menurut data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap perempuan (Komnas
perempuan), jumlah kekerasan terhadap perempuan semakin meningkat setiap tahun yang
pada tahun 2019 berjumlah 450.000 kasus. Kasus kekerasan pada perempuan ini merupakan
permasalahan yang amat serius dan membutuhkan upaya lebih dalam penanganannya, seperti
mengesahkan Rancangan undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang
dinilai bisa melindungi perempuan, salah satu contohnya adalah perlindungan dari kekerasan
seksual yang akan memberikan jalan keluar untuk perlindungan perempuan.

Di masa pandemi Covid-19 ini, semakin banyak korban kekerasan khususnya dalam
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Menurut data dari Lembaga Hukum Bantuan
Asosiasi Perempuan Indonesia menunujukkan, bahwa terdapat laporan sebanyak 110 kasus
KDRT yang telah dilaporkan sejak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), banyak laporan
kekerasan yang terjadi pada perempuan yang sudah berkeluarga. Bentuk kekerasan dalam
rumah tangga yang paling banyak terjadi dimasa pandemi adalah kekerasan fisik seperti
pemukulan, menjabak rambut ,dan menendang yang dapat membuat dampak kepada fisik dan
psikologis sang korban.

Kemudian, mengapa dalam kasusnya perempuan yang sudah berumah tangga selalu menjadi
korban kekerasan kehidupan rumah tangga itu sendiri? Bukankah seharusnya perempuan itu
dihormati atas hak dan kewajibannya sebagai istri? Apakah karena budaya dan nilai-nilai
masyarakat Indonesia yang dibentuk oleh kekuatan patriarki? yang mana secara budaya
leluhur Indonesia, pria identik dianggap sebagai pemimpin sebuah keluarga dan penentu nasib
kehidupan keluarganya. Sehingga menjadikan pria memegang kendali penuh atas kontrol
kehidupan rumah tangganya sendiri. Sesuai dengan pasal 28G ayat(1) bahwa: ”Setiap orang
bebas atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di
bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya”. Dan CEDAW telah
memberikan arti ’diskriminasi’ secara komprensif sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1
CEDAW bahwa: ”Dalam Konvensi ini istilah ”diskriminasi terhadap perempuan” berarti
setiap pembedaan, pengucilan, atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin yang
mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan,
penikmatan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil atau apapun lainnya bagi kaum perempuan, terlepas dari
status perkawinan mereka atas dasar persamaan hak laki-laki dan perempuan.”

Bentuk dari kekerasan dalam rumah tangga itu sendiri ada banyak jenisnya, ada kekerasan
secara fisik, psikologis, finansial, dan seksual. Oleh karena itu seharusnya tidak boleh
dibiarkan begitu saja dan tidak boleh terjadi, sebab dapat menjadi dampak yang sangat buruk
bagi korban, seperti gangguan psikologis, dan bisa menimbulkan luka batin dan fisik pada
dirinya. Contoh dari kasusnya adalah seperti suami yang tega menginjak perut istrinya saat
sedang hamil, suami mengira anak yang dalam kandungan istrinya adalah hasil hubungan
gelap dengan orang lain. Tendangan itu membuat bayi terpaksa lahir sebelum waktunya dan
meninggal , hal itulah yang membuat psikologi korban terganggu karena bayinya telah
meninggal.

Untuk itu, pesan yang dapat disampaikan kepada para perempuan yang sudah berumah tangga,
apabila sedang mengalami permasalahan serius dalam hal ekonomi sebaiknya dibicarakan
secara baik-baik kepada suami dan keluarga. Ada banyak cara yang bisa dilakukan suami dan
istri di saat perekonomian mulai menurun, seperti Rukun Tetangga di lingkungan rumah
sekitar untuk dapat menerima bantuan. Sehingga, dengan cara-cara tersebut akan
meminimalisir tindakan kekerasan dalam rumah tangga akibat permasalahan ekonomi yang
melanda.

Kemudian secara tidak sadar masih banyak perempuan di luar sana yang tidak menyadari
bahwa mereka adalah korban kekerasan dalam rumah tangga. Mereka secara tidak sadar telah
mengalami kekeresan dalam bentuk bentakan maupun dalam bentuk kekerasan fisik. Untuk itu
pesan yang dapat disampaikan untuk para ibu rumah tangga adalah, jangan takut untuk
menegur suaminya jika memarahi melebihi batas, jika sudah melebihi batas jangan takut untuk
melaporkannya kepada pihak yang berwenang, karena kasus kekerasan pada perempuan di
Indonesia telah di lindungi dengan Undang-Undang №23 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UUPKDRT).

Suami harus menghormati sang istri dan tidak merendahkannya hanya karena para lelaki kuat.
Lelaki seharusnya menurunkan ego dan menghormati perempuan, karena dibalik lelaki kuat
ada perempuan hebat dibaliknya. Pada dasarnya rumah tangga itu punya peran masing-
masing, bukan lelaki saja yang memegang semua peran. Untuk menghindari dari kekerasan
dalam rumah tangga kita harus bersikap saling jujur antar pasangan dan saling menghargai
satu sama lain. Untuk para lelaki jika ada masalah jangan dibawa ke dalam. Jika ada masalah
kita sebagai lelaki harus bijak dan tegas dalam menghadapinya, agar ketika ada masalah kita
bisa mendapatkan solusi terbaik. Oleh karena itu untuk mengatasi kekerasan dalam rumah
tangga, kita semua harus bekerja sama untuk menyelesaikannya, salah satu tindakannya adalah
dengan adanya sosialisasi di masyarakat, agar dapat melindungi korban dari kekerasan
khususnya para perempuan yang rentan menjadi korban.
15

Anda mungkin juga menyukai

  • Jogis 2
    Jogis 2
    Dokumen2 halaman
    Jogis 2
    Faris Adianto
    Belum ada peringkat
  • ADAT
    ADAT
    Dokumen4 halaman
    ADAT
    Faris Adianto
    Belum ada peringkat
  • Tugas Bram
    Tugas Bram
    Dokumen8 halaman
    Tugas Bram
    Faris Adianto
    Belum ada peringkat
  • Intisari BAB 3
    Intisari BAB 3
    Dokumen2 halaman
    Intisari BAB 3
    Faris Adianto
    Belum ada peringkat
  • Makalah Han
    Makalah Han
    Dokumen15 halaman
    Makalah Han
    Faris Adianto
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pertanahan
    Makalah Pertanahan
    Dokumen12 halaman
    Makalah Pertanahan
    Faris Adianto
    Belum ada peringkat