PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar
terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “potensial danger to
mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
(Manuaba, 2017).
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di Negara berkembang
berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh
defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan jarak keduanya saling berinteraksi. Anemia dalam
kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama di negara berkembang dengan tingkat
morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia
diperkirakan sebesar 72,6%. Tingginya pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah
Menurut data World Health Organization (WHO), AKI di dunia pada tahun 2015
diperkirakan 303.000 per 100.000 KH. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) di dunia
menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 diperkirakan 41 per 1000
KH (WHO, 2018).
AKI di Indonesia sudah mengalami penurunan pada periode tahun 1994- 2012 yaitu
pada tahun 1994 sebesar 390 per 100.000 KH, tahun 1997 sebesar 334 per 100.000 KH,
tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 KH, tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 KH, namun
pada tahun 2012, AKI meningkat kembali menjadi 359 per 100.000 KH. Hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 AKI maupun AKB menunjukan penurunan (AKI 305
per 100.000 KH dan AKB 22,23 per 1.000 KH) (KemenKes, 2017).
Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu
yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor determinan lainnya.
Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan postpartum.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah
penanganan komplikasi, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, dan
empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu dekat jaraknya 2 tahun
dan terlalu banyak anaknya >3 tahun). Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat,
indikator yang akan dicapai adalah menurunnya angka kematian ibu dari 359 per 100.000
kelahiran hidup pada SDKI 2017 menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2019
(Kemenkes, 2019).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah yang tertinggi bila dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya. Salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian
ibu hamil adalah komplikasi perdarahan yang sebagian besar disebabkan faktor anemia
dalam kehamilan. Kematian ibu banyak terjadi pada masa persalinan yang sebenarnya dapat
Data dari Profil Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2015 menunjukkan bahwa angka
kematian ibu sebesar 130 kematian dari 154.967 jumlah kelahiran hidup dimana beberapa
Kabupaten menyumbang angka sebesar 5 kematian. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Provinsi Aceh Tahun 2015-2019 menyatakan bahwa penyebab terbesar kematian ibu adalah
pendarahan sebesar 31% yang sebagian besar factor anemia dalah kehamilan ,eklamsisebesar
29%, partus lama 0,63%,infeksi 6%,aborsi 1% dan lain-lain33% (Dinas Kesehatan Aceh,
2019).
Berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional, angka anemia pada ibu hamil sebesar 40,1 %.
Kondisi ini menunjukkan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia, bila diperkirakan pada 2010
prevalensi anemia masih tetap 40 % maka akan terjadi kematian ibu sebanyak 18 ribu per tahun yang
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Provinsi Aceh, ada beberapa
komplikasi kehamilan yang sering terjadi pada ibu diantaranya perdarahan yang salah satu penyebab
terbanyak adalah karena anemia yang diderita ibu. Adapun jumlah kasus anemia pada ibu hamil tahun
2019 berkisar 34% dari keseluruhan jumlah ibu hamil yang ada di Provinsi Aceh.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bidan Praktek Mandiri (BPM) Khairunnisa,
jumlah kunjungan ibu hamil dari bulan januari sampai dengan juni 2022 berjumlah 158 orang
(sudah termasuk kunjungan KI dan kunjungan K4) dimana diantaranya sejumlah 23 ibu
Anemia pada ibu hamil disamping disebabkan karena status sosial ekonomi masih
rendah dimana asupan gizi sangat kurang, juga dapat disebabkan karena ketimpangan gender
dan adanya ketidaktahuan tentang pola makan yang benar. Jika ibu kekurangan zat besi
selama hamil, maka persedian zat besi pada bayi saat dilahirkan pun tidak akan memadai,
padahal zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi diawal kelahirannya.
Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil
Anemia pada masa kehamilan dapat mengakibatkan efek buruk baik pada wanita
hamil itu sendiri maupun pada bayi yang akan dilahirkan. Anemia pada ibu hamil akan
meningkatkan risiko dan cenderung mendapatkan kelahiran prematur atau Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan saat persalinan yang dapat menyebabkan
kematian ibu dan bayinya bila ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Wiknyosastro,
2008).
Selain dampak tumbuh kembang janin, anemia pada ibu hamil juga mengakibatkan
terjadinya gangguan plasenta seperti hipertrofi, klasifikasi dan infark, sehingga terjadi
(Wiknyosastro, 2015).
Salah satu program KIA oleh Depkes RI adalah Antenatal care (ANC). Terdapat 10
T dalam pemeriksaan ANC di Puskesmas, yang salah satunya adalah pemberian tablet besi
minimal 90 tablet selama kehamilan, yang merupakan upaya penting dalam pencegahan dan
penanggulangan anemia. Akan tetapi dalam kenyataannya, tidak semua ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan oleh faktor
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan pada Ny.I
G1P0A0 hamil 16 minggu 10 hari dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny.I dengan
Anemia ringan di BPM Khairunnisa Kecamatan Pidie Kabupaten Pidie Tahun 2022.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana
pelayanan asuhan kebidanan pada Ny.I usia 22 tahun dengan anemia ringan di BPM
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari laporan ini adalah mahasiswa mampu melakukan asuhan
kebidanan pada Ny.”I” G1P0A0 usia kehamilan 16 minggu 10 hari dengan anemia ringan
2. Tujuan Khusus
1. Manfaat Praktis
mengurangi AKI dan AKB di BPM Khairunnisa. Dengan komunikasi yang baik dapat
kebidanan, sehingga dapat menghasilkan bidan yang terampil, profesional dan mandiri.
c. Bagi Klien
kehamilannnya.
d. Bagi Penulis
ilmiah serta pengalaman bagi penulis untuk dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu
2. Manfaat Teoritis
a. Dengan adanya asuhan kebidanan pada ibu hamil sehingga dilakukannya asuhan
kehamilan secara teratur untuk kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi dapat termonitor