A. IDENTIFIKASI ISU
Virus ini dapat menyerang hewan dan juga manusia. Pada manusia gejalanya
berupa infeksi yang serupa dengan penyakit SARS dan MERS, hanya saja virus corona
bersifat lebih masif perkembangannya. Corona Virus Disease 2019 ini awal
penyebarannya terjadi di kota Wuhan China pada penghujung tahun 2019. Virus ini
menyebar dengan sangat masif sehingga hampir semua negara melaporkan penemuan
kasus COVID-19, tak terkecuali di negara Indonesia yang kasus pertamanya terjadi di
awal bulan Maret 2020.
Penanganan pandemi virus corona yang dilakukan pada awalnya sebatas
pada pembatasan sosial saja (social distancing). Padahal banyak kalangan yang
menganggap bahwa lebih efektif menerapkan sistem karantina wilayah atau lockdown
untuk mencegah penyebaran virus ini agar tidak menginfeksi lebih banyak orang.
Sedangkan Pembatasan sosial masih rawan penyebarannya disebabkan banyak
masyarakat yang tidak mau mengikuti karena pada hakikatnya hal tersebut hanya
sekadar imbauan dan tidak ada sanksi berat yang bisa membuat masyarakat patuh.
Salah satu lokasi yang sering dikunjungi masyarakat dan termasuk kantor
pelayanan publik adalah Kantor Urusan Agama (KUA). KUA selama ini dikenal
masyarakat hanya sebagai lembaga yang melayani pencatatan nikah. Padahal fungsi
KUA tidak hanya urusan mencatat nikah saja, tetapi mencakup pelayanan-pelayanan
keagamaan. Dengan adanya program revitalisasi KUA yang baru digulirkan oleh
Menteri Agama diharapkan masyarakat tidak lagi menganggap peran KUA hanya
sebatas pelayanan pencatatan nikah saja. KUA juga berperan dalam kerukunan umat
beragama baik secara internal maupun eksternal.
Setidaknya ada 10 tugas dan fungsi KUA antara lain menyelenggarakan
proses pencatatan akad nikah, penyusunan statistik layanan dan bimbingan masyarakat
Islam, sebagai pengelola dokumentasi dan sistem informasi manajemen KUA. Selain
ketiga hal di atas, KUA mencakup pelayanan bimbingan keluarga sakinah, pelayanan
bimbingan kemasjidan, pelayanan bimbingan hisab rukyat dan pembinaan syariah,
pelayanan bimbingan dan penerangan Agama Islam, pelayanan bimbingan zakat dan
wakaf, pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan serta memberikan layanan
bimbingan manasik haji bagi jemaah haji reguler.
Dengan melihat fakta bahwa penyebaran virus covid-19 masih terus terjadi
dengan jumlah masyarakat yang terpapar terus bertambah maka Kementerian Agama
mengingatkan Kantor Urusan Agama sebagai salah satu pusat layanan masyarakat
untuk memperhatikan protokol kesehatan dalam tiap pelayanannya.
Salah satu yang berpotensi menimbulkan kerumunan adalah layanan
pernikahan dengan menggelar resepsi atau syukuran. Tradisi di Indonesia sejak dulu
memang senang mengundang banyak orang setelah akad nikah dilakukan. KUA harus
bisa mengatur layanan pernikahan sehingga tidak memicu kerumunan. Tujuannya untuk
mencegah penularan virus. Hal lain sebagai upaya pencegahan penyebaran virus
corona yaitu dengan langkah menerima pendaftaran pernikahan dilakukan secara
online melalui simkah.kemenag.go.id.
Kementerian Agama pun mengeluarkan pedoman terkait tata cara akad nikah
untuk menghindari penyebaran Covid-19 yang semakin luas. Secara garis besar
pedoman tersebut yaitu 1. Membatasi jumlah orang yang mengikuti prosesi akad nikah
dalam satu ruangan tidak lebih dari 10 orang. 2. Calon pengantin dan anggota keluarga
yang mengikuti prosesi harus telah membasuh tangan dengan sabun/hand sanitizer dan
menggunakan masker. 3. Petugas, wali nikah dan calon pengantin laki-laki
menggunakan sarung tangan dan masker pada saat ijab kabul. 4. Ruangan prosesi
akad nikah di tempat terbuka atau di ruangan yang berventilasi sehat.
Namun fakta di lapangan meskipun virus corona masih ada, himbauan untuk
mengurangi mobilitas terus digalakkan tetapi masih banyak masyarakat yang datang ke
KUA dengan beraneka ragam kebutuhan dan keperluan.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka isu yang diangkat untuk
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat yang sudah divaksin
Percepatan mengenai vaksinasi menjadi salah satu langkah yang diperlukan untuk
menekan potensi kasus terkonfirmasi positif COVID-19. Namun adanya
permasalahan mengenai pendistribusian dan ketersediaan vaksin COVID-19 juga
masih menjadi kendala yang dihadapi saat ini. Sehingga kasus COVID-19 masih
dapat berpotensi tinggi pada wilayah yang belum mendapatkan ketersediaan
vaksinasi secara baik. Disamping itu terdapat beberapa kelompok yang menolak
untuk diberi vaksin dengan alasan tertentu.
Informasi palsu atau hoax bukan merupakan barang baru di era teknologi. Kominfo
menyebut hoax berfungsi sebagai alat propaganda bagi para pelakunya.
Di masa pandemi, persebaran hoax menyerang seolah tanpa ampun. Hoax tersebut
seringnya berupa pertanyaan tentang asal-usul COVID-19, dampak dan risiko
COVID-19, makanan atau obat mujarab sebagai pereda COVID-19, hingga efek
vaksinasi COVID-19. Dikutip laman covid19.go.id, ada beberapa langkah untuk
mengantisipasi hoax ketika menerima informasi baru. Langkah yang perlu dilakukan
masyarakat, antara lain memastikan pembuat informasi tersebut, memastikan
sumber resmi, dan dari mana informasi didapat. Selain itu, masyarakat juga perlu
memastikan alasan informasi tersebut disebarkan dan waktu informasi
dipublikasikan.
3. Kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan
Protokol kesehatan menjadi salah satu hal yang perlu dijalankan. Protokol kesehatan
harus dijalankan secara ketat karena fakta di lapangan masyarakat belum sepenuhnya
memiliki kesadaran. Terbukti dari jumlah pasien Covid-19 yang terus mengalami
kenaikan bahkan ribuan kasus per hari. Nielson dan Unicef menyatakan bahwa tingkat
kesadaran masyarakat Indonesia untuk tertib dan patuh terhadap protokol kesehatan
masih sangat rendah. Padahal salah satu kunci untuk mencegah wabah covid-19
semakin meluas saat ini hanya memperketat penerapan protokol kesehatan. Jika
masyarakat abai akan protokol kesehatan maka pelayanan di KUA tidak maksimal
karena tidak menutup kemungkinan ada pegawai yang terpapar virus corona.
B. ANALISIS ISU
Metode yang digunakan dalam mengalisa isu yang digunakan oleh penulis adalah
metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Melalui metode ini penulis menentukan
tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1-5.
Metode USG menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring.
Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah,
keseriusan yang dihadapi, serta kemungkinan berkembangnya isu tersebut semakin
besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Urgency: mendesak suatu isu tersebut harus dibahas, dianalisa, dan ditindaklanjuti.
2. Seriousness: seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
akan ditimbulkan.
3. Growth: seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera
Urgency
Seriousness
1: akibat yang ditimbulkan tidak serius, 2: akibat yang ditimbulkan kurang serius, 3:
akibat yang ditimbulkan cukup serius, 4: akibat yang ditimbulkan serius, 5: akibat yang
ditimbulkan sangat serius
Growth
Bersumberkan skema USG dalam tabel di atas, maka isu/permasalahan yang menjadi
isu terkini untuk diangkat oleh penulis adalah “Kesadaran masyarakat terhadap protokol
kesehatan”.
C. PENYEBAB ISU
Adapun penyebab isu, yaitu: , 1) Masyarakat tidak memahami pentingnya menjaga protokol
kesehatan. Di beberapa daerah kini banyak diterapkan sanksi sosial bagi warga yang
melanggar disiplin protokol kesehatan. Bentuk sanksinya pun beragam dari hal yang
ringan hingga berujung denda pun diberlakukan. Munculnya beragam sanksi sosial untuk
penegakan protokol kesehatan ini menunjukkan bahwa mengubah perilaku masyarakat
sangatlah tidak mudah.
2) Kurangnya edukasi tentang pentingnya protokol kesehatan. Edukasi sangat diperlukan
untuk mengubah persepsi warga masyarakat untuk bisa mematuhi protokol kesehatan.
Meyakinkan bahwa menggunakan masker dan selalu cuci tangan untuk melindungi
mereka dari paparan dan berisiko tertular sangatlah penting. Salah satu pemicu masih
tingginya sikap apatisme warga masyarakat terhadap bahaya dan pencegahan Covid-19
yaitu rasa tidak percaya bahwa Covid-19 benar-benar ada dan rasa yakin bahwa dirinya
tidak akan bisa tertular Covid-19 3) Keputusasaan yang lahir karena kondisi. Terkait
masih banyaknya warga yang melanggar protokol kesehatan ketika beraktivitas di luar
rumah sebagai bentuk keputusasaan terhadap kondisi karena dampak yang ditimbulkan
yang begitu besar bagi kehidupan mereka. Masyarakat di tengah pandemi masih harus
bertahan untuk memastikan kebutuhan dasarnya tetap terpenuhi.
D. DAMPAK ISU
Dampak yang akan terjadi ketika masyarakat tidak patuh terhadap protokol kesehatan
yaitu penularan Covid-19 di Indonesia semakin sulit dikendalikan. Akan timbul klaster-
klaster baru jika tingkat kesadaran masyarakat akan penjagaan diri masih rendah. Jika ini
terus berlanjut maka kita tidak bisa memastikan kapan pandemi ini akan berakhir.
E. PENYELESAIAN MASALAH