Anda di halaman 1dari 3

1. Syeikh Safiuddin Ardabili (w. 1334), Sadruddin Musa (w. 1391), Khwaja Ali (w.

1429), Ibrahim,
Junaid (w. 1460), Haidar (w. 1488), Ali (w. 1501), Sementara itu setelah menjadi sebuah dinasti,
gerakan ini secara berturut-turut dipimpin oleh: Ismail (1501-1524 M), Tahmasp I (1524-1576
M), Ismail II (1576-1577 M), Muhammad Khudabanda (1577-1787 M), Abbas I (1588-1628 M),
Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husen (1694-1722
M), Tahmasp II (1722-1732 M), Abbas III (1732-1736 M).
Faktor runtuhnya dinasti safawi:
1. Raja-raja Safawi semakin lama semakin tidak efisien dan hidup berfoya-foya
2. Berhadapan dengan ancaman baru yaitu Kekaisaran Rusia di sebelah utara dan serangan
tentara Mughal di sebelah timur.
3. Ekonomi Safawiyah merosot akibat perubahan jalur perdagangan antara timur dan
barat, sehingga Jalur Sutera tidak lagi digunakan
2. Kurang lebih 623 tahun. semenjak kebangkitan tahun 1299 dan pembubaran 1922. Putra Murad
II, Mehmed II, menata ulang negara dan militernya, lalu menaklukkan Konstantinopel pada
tanggal 29 Mei 1453. Pada abad ke-15 dan 16, Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode
ekspansi. Kesultanan ini berhasil makmur di bawah kepemimpinan sejumlah Sultan yang tegas
dan efektif. Ekonominya juga maju karena pemerintah mengendalikan rute-rute perdagangan
darat utama antara Eropa dan Asia. Sultan Selim I (1512–1520) memperluas batas timur dan
selatan Kesultanan Utsmaniyah secara dramatis dengan mengalahkan Shah Ismail dari Persia
Safawiyah dalam Pertempuran Chaldiran. Pada tahun 1559, setelah perang Ajuuraan-Portugal
pertama, Kesultanan Utsmaniyah menganeksasi Kesultanan Adal yang lemah ke dalam
wilayahnya. Ekspansi ini mengawali pemerintahan Utsmaniyah di Somalia dan Tanduk Afrika.
Aneksasi tersebut juga meningkatkan pengaruh Utsmaniyah di Samudra Hindia untuk bersaing
dengan Portugal. Pada akhir masa kekuasaan Suleiman, jumlah penduduk Kesultanan
Utsmaniyah mencapai 15.000.000 orang dan tersebar di tiga benua. Selain itu, kesultanan ini
menjadi kekuatan laut besar yang mengendalikan sebagian besar Laut Mediterania.Saat itu,
Kesultanan Utsmaniyah adalah bagian utama dari lingkup politik Eropa. Kesuksesan politik dan
militernya sering disamakan dengan Kekaisaran Romawi, salah satunya oleh cendekiawan Italia
Francesco Sansovino dan filsuf politik Prancis Jean Bodin.
3. Renaisance adalah sebuah gerakan budaya yang berkembang pada periode kira-kira dari abad
ke-14 sampai abad ke-17, dimulai di Italia pada Akhir Abad Pertengahan dan kemudian
menyebar ke seluruh Eropa. Gerakan Renaissance tidak terjadi secara bersamaan di seluruh
Eropa, gerakan ini juga tidak terjadi secara serentak melainkan perlahan-lahan mulai dari abad
ke 15. Persebaran itu ditandai dengan pemakaian kertas dan penemuan barang metal. Kedua
hal tersebut mempercepat penyebaran ide gerakan Renaissance dari abad ke-15 dan
seterusnya. etelah gencatan senjata dan perdamaian antara muslim dan eropa disepakati pasca
perang salib, sejak itulah eropa dan muslim hidup berdampingan terjadi interaksi-interaksi
social. Dari interaksi-interaksi itulah peradaban islam mewarnai peradaban eropa. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kemajuan peradaban eropa diperoleh dari transfer ilmu pengetahuan, budaya,
dan teknologi umat islam. Dari interaksi-interaksi itulah peradaban islam mewarnai peradaban
eropa. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan peradaban eropa diperoleh dari transfer ilmu
pengetahuan, budaya, dan teknologi umat islam. Berkat pengaruh kebudayaan Islam yang
berabad-abad, maka terutama di Spanyol dan Portugal timbullah perkembangan ilmu dan
kebudayaan. Timbullah pula berbagai pikiran baru, pandangan hidup baru, dan keinginan untuk
meluaskan pandangan dan merantau ke negeri-negeri lain, terutama ke negeri-negeri Asia yang
kaya dan mengagumkan itu. Penjelajahan bangsa eropa ke dunia timur atau islam pada
hakekatnya hanya ingin menguasai Negara-negara tersebut dan memonopoli perdagangan yang
dinilai sangat pesat di negara timur tersebut.
4. 1. Teori Gujarat
Teori masuknya Islam dari Gujarat India ini dikemukakan oleh peneliti di Belanda, seperti
Pijnappel, Snouck Hurgronje dan Moquette. Berdasarkan teori ini diceritakan bahwa orang-
orang Islam di Arab melakukan perjalanan ke Gujarat India. Di sana, Islam mazhab Syafi'i
berkembang diajakan oleh orang-orang ini. Lalu, orang-orang dari Gujarat membawanya ke
Indonesia.Orang Gujarat sebelumnya telah memiliki hubungan dagang dengan Nusantara,
sehingga Islam pun sedikit demi sedikit menyebar diantara kaum pedagang. Sementara itu,
Moquetta menuliskan bahwa masuknya Islam dari Gujarat ini diperkuat dengan adanya batu
nisan milik Sultan Malik Al-Saleh di Pasai. Batu nisan model serupa juga ditemukan di
Semenanjung Malaya, dan Gresik.
2. Teori Mekkah
Teori ini menyebutkan bahwa Islam masjuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriah atau abad
ke-7 Masehi. Ulama Buya Hamka mengemukakan bahwa Islam berasal dari tanah Arab atau
Mesir yang dibawa para kaum musafir oleh kaum Sufi. Kaum Sufi ini pernah diungkapkan oeh A.
H Johns bahwa mereka sering mengembara ke temat-tempat di dunia untuk mendirikan
kumpulan atau tarekat. Buya menuliskan dalam bukunya Membongkar Kejumudan: Menjawab
Tuduhan-Tuduhan Salafi Wahhabi, bahwa Gujarat hanyalah tempat singgah sementaa para
pedagang Arab sebelum masuk ke Indonesia
3. Teori Persia
P.A. Hosein Djajadiningrat mengemukakan teori datangnya Islam dari Persia ini karena
banyaknya persamaan budaya Islam antara Indonesia dengan Persia. Peringatan Assyura arau 10
Muharram untuk memperinhati syahidnya Huesein ini terdaat di kedua negara. Penggunaan
ejaan membaca huruf Arab antara orang Persia dan Indonesia pun memiliki kemiripan. Selain
itu, ajaran Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran Al-Hallaj juga memiliki kesamaan yang
berkembang dalam bentuk puisi.
4. Teori Muslim China
pedagang Muslim China datang dan menetap di Indonesia melalui Palembang pada abad ke-9.
Para pedagang China ini kemudian menjalin perkawinan dengan warga setempat. Hingga terjadi
perkawinan seorang perempuan China dengan Raja Brawijaya V yang kemudian melahirkan
anak bernama Jin Bun atau yang lebih dikenal sebagai Raden Patah. Raja pertama Kesultanan
Demak.
5. A. Pemikiran Nur kholis majid
Nurcholish Madjid adalah ikon
cendekiawan Islam yang dianggap paling kontroversi sekaligus paling kontributif. Pemikirannya
berkelindan diantara tiga tema besar; Keislaman, Keindonesiaan dan Kemodernan. Dia beran
mendekonstruksi pemikiran Islam yang dianggapnya sudah mengalami fosilisasi, kemandegan,
stagnasi dan kejumudan yang membuat umat Islam menjadi kehilangan daya adaptasinya
menghadapi laju problematika kehidupan nyata yang semakin kompleks. Salah satu pemikiran
yang dianggap paling polemis dan kontroversial adalah ketika ia mendekontruksi eksklusivisme
dan menawarkan inklusivisme sebagai gantinya. Hal ini jelas dianggap melawan arus
pemahaman mainstream. Sebagai cendekiawan neo-modernisme, Ia membangun nalar
inklusivisme menggunakan pendekatan dan metodologi modern tanpa menafikan argumentasi
doktrin-doktrin otentik Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an dan hadis plus pendapat ulama-ulama
terdahulu. Oleh karena itulah, walaupun sejak ia mempublikasikan pemikiran-pemikirannya, ia
telah mengundang kontroversi yang hebat bahkan sampai saat ini, ia tetaplah dianggap sebagai
pemikir yang paling memiliki kontribusi yang cemerlang bagi dinamika pemikiran Indonesia.
Pendekatan Nurcholish dalam usaha memahami ajaran Islam lebih bersifat kultural normatif
ketimbang formal legalistik, sehingga ia lebih mementingkan komunitas dan integralistik umat
dari pada substansi sektarian individual. Nurcholish memformulasikan ide-idenya tentang Islam
kultural sebagai agama yang berperan utama sebagai sumber nilai dan pedoman perilaku etika
Islam di Indonesia. Namun demikian pemahaman keagamaan Nurcholish lebih bersifat global,
seperti umat harus menegakkan prinsip-prinsip ijtihad, berpegang pada fiqih rasional dan bebas
madzhab, memahami tauhid lebih berorientasi kepada masa depan dan tidak sempit pada satu
teologi tertentu saja (Taufik, 2005:154-156). Gerakan yang dipelopori Nurcholish inipun sering
disebut William A. Liddle sebagaimana dikutip Shaleh (2001:322) sebagai gerakan Islam
Substansialis sebagai antitesa dari Islam skripturalis.
6. Pemikiran KH Abdurrahman Wahid
Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab dipanggil dengan sebutan Gus Dur lahir di Denanyar
Jombang Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940. Pemikiran gusdur diantaranya adalah Pluralisme dan
Toleransi. Simposium tersebut kemudian berhasil merumuskan apa yang kemudian kita kenal
dengan 9 nilai utama Gus Dur. esembilan nilai itu adalah, ketauhidan, kemanusiaan, keadilan,
kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kesantriaan, dan kearifan lokal.
gagasan dan pemikiran Gus Dur terklasifikasi dalam lima hal, yakni kekuatan Islam Tradisional
dan sistem pesantren, kelemahan Islam tradisional di Indonesia saat ini, Dinamisasi - Tanggapan
terhadap Modernitas, Pluralisme, serta Humanitarianisme dan Kebijakan Sosio-Politik. Satu
istilah yang kemudian sangat terkenal dan menjadi penanda bagi pemikiran Gus Dur, terutama
dalam hal keagamaan dan sosial, adalah "pribumisasi Islam." Bagi Gus Dur pribumisasi Islam
sesungguhnya adalah laku budaya yang telah dijalani masyarakat Islam di Indonesia sejak dulu
kala. Menurut Gus Dur, kewajiban setiap muslim adalah mewujudkan negara damai (darul sulh)
bukan negara islam (darul islam). Sebuah negara republik yang di dalamnya ada kedamaian,
keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap martabat kemanusiaan adalah negara yang
sejalan dengan agama Islam

Anda mungkin juga menyukai