Anda di halaman 1dari 2

Kritik Feminisme atas Budaya Populer

08 Apr 2010

Judul Feminisme, Femininitas, dan Budaya Populer Penulis Joanne Hollows Penerjemah
Bethari Anisa Ismay asari

Penerbit Jalasutra
Tahun 1, Maret 2010 Tebal viii + 296 Halaman Harga Rp47000

Budaya populer menjadi kajian menarik dan tidak ada habisnya dalam studi-studi ilmu
budaya. Budaya populer yang lahir dari rahim modernisme dan dibesarkan oleh industri
sebagai instrumen utama kapitalisme, punya andil besar membentuk dan memproduksi
dinamika kehidupan masyarakat dalam mendefiniskan dan memproyeksikan dirinya. Salah
satu kritik yang ditujukan pada budaya populer ialah wataknya yang pragmatis, artifisial, dan
karenanya dangkal.

Buku berjudul Feminisme, Feminin-itas, dan Budaya Populer ini menyajikan bagaimana
feminisme sebagai sebuah bentuk politik yang bertujuan untuk mengintervensi dan mengubah
hubungan kekuasan yang tidak setara antara lelaki dan perempuan, melakukan kritik terhadap
budaya populer.

Joanne Hollows, dosen senior dalam kajian media dan budaya di Notingam Trent University,
mengidentifikasi beberapa pendekatan feminis kunci terhadap budaya populer dari tahun
1960 sampai 1990. Melalui buku ini Joanne juga menunjukkan bagaimana hubungan antara
feminisme, feminitas, dan budaya populer sering bermasalah satu sama lain.

Joanne memperkenalkan gagasan utama tentang feminisme gelombang kedua dan feminisme
cultural studies, kemudian memaparkan perdebatan kalangan feminis dalam mendekati
budaya popular. Penulis mengambil beberapa kasus kajian film perempuan, fiksi romantis,
opera sabun, budaya konsumsi dan material, praktik fashion dan kecantikan; juga budaya
anak muda dan musik pop. Sebelum melihat lebih jauh perdebatan feminis terhadap budaya
populer Joanne menggarisbawahi bahwa identitas feminisme merupakan produk dari konteks
historis tertentu.

Kritik feminis pada kasus film perempuan misalnya. Bagaimana film-film diproduksi dan
menempatkan perempuan sebagai objek. Keberadaan perempuan dinilai dari sejauh mana dia
tampil dengan watak femininitas yang ditonjolkan.

Demikian pula fiksi romantis yang mereproduki budaya patriarki. Perempuan disuapi dengan
cinta sejati. Opera sabun yang membahayakan kesadaran politik perempuan. Praktik fashion
dan kecantikan yang (elah mendikte perempuan untuk diarahkan. Pada kutub yang lain,
budaya anak muda serta musik pop, terus-menerus memproduksi ilusi ilusi tentang
kebahagiaan, kesedihan, dan aneka macam bentuk budaya yang menghilangkan kreativitas.

Kajian pengantar ini ditulis dengan penuturan sangat terperinci dan mudah dipahami. Teori-
teori feminisme dipaparkan melalui kajian kasus budaya populer yang tak terpisahkan dalam
keseharian. Tinjauan mengenai kritik para feminis dalam menggambarkan perbedaan kultural
antara apa yang "feminis" dan yang tidak, sambil menunjukkan bagaimana identitas feminis
sering kali diproduksi sebagai bentuk penolakan atas bentuk dan praktik feminin.

Buku ini memaparkan menunjukkan bagaimana implikasi posisi tersebut terhadap posisi
politik budaya feminis. Penulis mengilustrasikan betapa penting memahami identitas feminin
dan feminis sebagai salah satu situs perjuangan dalam konteks historis yang spesifik.
Peresensi adalah Aris Kurniawan, penulis cerpen, reportase, dan esai di beberapa koran.

Anda mungkin juga menyukai