Anda di halaman 1dari 4

Fahmy Iqbal (14) XII IPA 4

1. Tulislah tema Novel Dongeng Dukuh Paruk?

▪ Novel ini bertemakan tentang cinta, budaya, dan adat istiadat. Novel Ronggeng Dukuh Paruk
menceritakan kisah cinta antara Srintil, seorang penari ronggeng, dan teman sejak kecil Srintil
yang berprofesi sebagai tentara. Srintil berharap untuk dapat hidup bersama dengan lelaki
yang sangat dicintai dan didambakannya ,yaitu Rasus. Namun Rasus tidak mau menerima
ajakan Srintil untuk menikah, karena bagi Rasus, Ronggeng adalah milik masyarakat. Meskipun
Rasus berkata seperti itu, tetapi Rasus sebenarnya sangat mencintai Srintil. Di dalam novel ini
juga terdapat tema tentang kebudayaan dan adat istiadat dari sebuah dukuh (desa), yaitu
Dukuh Paruk, yang menceritakan tentang seorang ronggeng yang mendapatkan indang dan
harus menjalani aturan-aturan menjadi seorang ronggeng tanpa memikirkan keinginannya
sendiri.

2. Bagaimana Alur yang tergambar dalam Novel Dongen Dukuh Perak?

▪ Dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini menggunakan alur campuran, karena menggunakan
alur maju namun sesekali disertai flashback atau menceritakan kisah masa lalu, seperti
menceritakan malapetaka tempe bongkrek sebelas tahun silam.

3. Dimanakah Latar tempat, latar waktu, dan latar suasana yang tergambar dalam Novel Dongeng Dukuh
Paruk?

a. Latar tempat

▪ Dukuh Paruk
“Dengan daerah pemukiman terdekat, Dukuh Paruk hanya dihubungkan oleh jaringan pematang
sawah, hampir dua kilometer pajangnya. Dukuh paruk, kecil dan menyendiri. Dukuh paruk yang
menciptakan kehidupannya sendiri.”

▪ Di tepi kampung
“Di tepi kampung, tiga anak laki-laki sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.”

▪ Makam
“Tengah malam Sakarya keluar menuju makam Ki Secamenggala. Laki-laki itu menangis seorang
diri disana.”

▪ Rumah Kartareja
“Aku sendiri hanya maju beberapa langkah dan berteduh di emperan rumah Kartareja.”

▪ Desa Dawuan
“Dawuan, tempatku menyingkirdari Dukuh Paruk, terletak di sebelah kota kecamatan.

▪ Pasar Dawuan
“Di pasar Dawuan pula suatu kali aku dapat melihat Srintil yang datang berbelanja dengan Nyai
Kartareja.”

▪ Rumah Batu / Markas tentra


“Pekerjaan kumulai. Peti-peti logam serta barang berat lainnya kuangkat di atas Pundak dan
kubawa ke sebuah rumah batu yang ternyata telah dipersiapkan sebagai markas tentara.”

▪ Rumah nenek Rasun


“Selagi orang-orang Dukuh Paruk mengerumuni rumah Kartareja, aku duduk berdekatan dengan
Srintil di beranda rumah nenekku sendiri.”

▪ Warung lontong
“Perempuan-perempuan itu memperhatikan Srintil memasuki warung penjual lontong. Di sana
Srintil duduk satu lincak bersama perempuan pemilik warung.”

▪ Lapangan Kecamatan Dawuan


“Perayaan Agustusan tahun 1963 itu dimulai dengan upacara pagi hari di lapangan kecamatan
Dawuan.”

▪ Kampung Alaswangsal
“Hampir tengah hari ketika rombongan dari dukuh paruk memasuki kampung Alaswangsal.”

▪ Kantor polisi
“Sampai di depan kantor yang di tuju Kartareja berhenti termangu. Jelas sekali keraguannya. Tapi
Srintil terus melangkah.”

b. Latar Waktu

▪ Sebelas tahun silam


“Sebelas tahun yang lalu ketika Srintil masih bayi. Dukuh Paruk yang kecil basah kuyup tersiram
hujan lebat.”

▪ Agustus Tahun 1963


“Perayaan Agustusan tahun 1963 itu dimulai dengan upacara pagi hari di lapangan kecamatan
Dawuan.”

▪ Tahun 1964
“Tetapi pada tahun 1964 itu, ketika paceklik merajalela di mana-mana, ronggeng Dukuh Paruk
malah sering naik pentas.”

▪ Februari Tahun 1966


“Tengah mlam Februari 1966 di sebuah kota kecil di sudut tenggara jawa tengah. Kegelapan
yang mencekam telah berlangsung setengah tahun lamanya.”
▪ Tahun 1970
“Memasuki tahun 1970 kehidupan di wilayah Kecamatan Dawuan berubah gemuruh oleh deru
truk-truk besar berwarna kuning serta buldoser dari berbagai jenis dan ukuran.”

▪ Tengah malam
“Seandainya ada seorang di Dukuh Paruk yang pernah bersekolah, dia dapat mengirangira saat
itu hampir pukul dua belas tengah malam”

▪ Tengah hari
“Namun semuanya berubah menjelang tengah hari. Seorang anak berlari-lari dari sawah
sambil memegangi perut”

▪ Pagi
“Matahari mulai kembali pada lintasannya di garis khatulistiwa. Angin tenggara tidak lagi
bertiup”

c. Latar Suasana

▪ Tegang
“Kang, orang-orang itu geger. Banyak tetangga yang sakit dan pingsan. Ini bagaimana, Kang?”

▪ Sedih
“Laki-laki itu menangis seorang diri di sana. Dalam kesedihannya yang amat sangat, Sakarya
mengadukan malapetaka yang terjadi kepada moyang orang Dukuh Paruk.”

▪ Tegang dan mencekam


“Irama calung kembali menggema. Tetapi suasana jadi mencekam. Semua orang percaya akan
kata Sakarya bahwa Kartareja sedang dirasuki arwah leluhur. Maka mereka mundur dalam
suasana tegang.”

▪ Kecewa
“Dalam wawasan ini, Srintil tidak bisa melihat beda antara dua wajah laki-laki itu. Semuanya
mengecewakanya, semua merangsang Srintil membuat suatu perhitungan.”

▪ Haru
“Seorang perempuan mengisak. Rasa harunya setelah melihat Srintil menari menyebabkan air
matanya menetes”

4. Siapakah Tokoh utama dan tokoh – tokoh pendukung dalam Novel Dongeng Dukuh Paruk?

Tokoh Utama:
▪ Srintil
▪ Rasus
Tokoh pendukung:
▪ Dursun
▪ Warta
▪ Sakarya
▪ Ki Secamenggala
▪ Ki Kartareja
▪ Nyi Kartareja
▪ Sakum
▪ Nenek Rasus
▪ Santayib
▪ Istri Santayib
▪ Sulam
▪ Siti
▪ Sersan Slamet
▪ Kopral Pujo
▪ Tampi Masusi

5. Bagaimanakah karakter tokoh – tokoh dan apa pesan yang disampaikan dalam Novel Dongeng Dukuh
Paruk?

Penokohan:
1. Rasus : Ramah, penyayang, pendendam dan pemberani
2. Warta : Ramah, perhatian dan penghibur
3. Dursun : Ramah
4. Srintil : Ramah, seorang ronggeng, agresif dan dewasa
5. Sakarya (Kakek Srintil) : Penyayang dan tega
6. Ki Secamenggala : Moyang asal Dukuh Paruk
7. Kartareja dan Nayi Kartareja : Mistis danegois
8. Sakum : Hebat
9. Nenek Rasus : Linglung
10. Santayib (Ayah Srintil) : Bertanggungjawab dan keras kepala
11. Istri Santayib : Keibuan dan prihatin
12. Dower : Mengusahakan segala macam cara
13. Sulam : Penjudi, berandal dan sombong
14. Siti : Alim
15. Sersan Slamet : Penyuruh dantegas
16. Kopral Pujo : Penakut

Pesan yang disampaikan :


1) Tuluslah dalam mencintai dan janganlah menyianyiakan orang yang cinta terhadap kita.
2) Janganlah melihat orang hanya dari bagian luarnya, melainkan hatinya juga.
3) Janganlah menjadi orang yang mudah percaya dan mudah dihasut oleh orang lain.
4) Janganlah menjadi orang yang serakah.
5) Acuhlah terhadap keadaan di sekitar lingkungan kita.

Anda mungkin juga menyukai