Kesulitan membentuk kata dengan benar Kesulitan untuk mengingat huruf, angka, dan warna Sulit mengingat urutan kejadian
Disgrafia
Tidak konsisten dalam membentuk huruf
Sulit memegang pensil Ukuran dan bentuk huruf tidak proporsional Penggunaan huruf besar dan kecil masih tercampur 2. Peran konselor pada anak yang berkebutuhan khusus Peran konselor unutuk fasilitator bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat mengembangkan potensi, bakat, dan nilai pengembangan sesuai dengan kemampuannya Konselor dapat berperan semaksimal mungkin dalam membantu anak yang berkebutuhan khusus agar pencapaian tugas perkembangan mereka dapat dipenuhi dengan baik Memotivasi peserta didik berkebutuhan khusus untuk terus aktif dalam kegiatan kelompok dan pengembangan diri, agar mereka memiliki kepercayaan diri yang bagus dan tidak merasa minder jika bergabung dengan teman-teman sebayannya yang normal.
3. Strategi pembelajaran bagi tunanetra dan slow learner :
Tunanetra Metode penginderaan, dimana anak tunanetra diberikan pengalaman secara nyata untuk dapat memahami pembelajaran. Metode totalitas, memanfaatkan seluruh indera yang dimiliki anak untuk mempelajari dan memahami objek-objek pembelajaran. Metode self activity, membuat anak tunanetra mempelajari sesuatu dari aktivitas yang dilakukannya secara sukarela tanpa paksaan. Metode huruf Braille, digunakan untuk pembelajaran membaca, dimana anak dapat mempelajari sesuatu dari buku yang dibacanya dengan huruf braille. MetodeReglet Stylus, digunakan pada pembelajaran menulis anak tunanetra Slow Learner Mengulangi pembelajaran sebanyak 3-5 kali pengulangan Sederhanakan petunjuk Jangan memaksa anak Pemberian motivasi setelah belajar secara bervariasi Menggunakan metode demontrasi, tutorial dan petunjuk visual Berikan kesempatan pada anak untuk bereksperimen
4. Pendidikan Inklusi : adalah sekolah biasa yang mengakomodasi semua anak
berkebutuhan khusus ( yang mempunyai IQ normal ) bagi yang memiliki kelainan, bakat istimewa, dan yang memerlukan pendidikan layanan khusus. Pendidikan Integrasi : mereka ditempatkan didalam suatu kelas berdasarkan tingkat keberfungsianya dan pengetahuannya bukan menurut usia.
5. Modifikasi pengembangan pada kurikulum sekolah inklusi adalah menyesuaikan
karakter dan juga kebutuhan-kebutuhan para siswanya yang terdiri dari peserta didik berkebebutuhan khusus, dan peserta didik pada umumnya.