LANDASAN TEORI
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin (adolesence) yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang
dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget
(dalam, Hurlock 1990) dengan mengatakan secara psikologis, masa remaja adalah
usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak
tidak lagi mearas dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
perkembangan ini.
Masa remaja, menurut Mappiare (dalam, Ali 2008) berlangsung antara umur
12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan usia 13 tahun sampai dengan 22 tahun
bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia
12/13 dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika
Serika saat ini, individu dianggap telah dewa apabila telah mencapai usia 18tahun,
dan bukan 21 thun seperti ketentuan sebelumnya ( dalam, Hurlock 1990). Pada
usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah. Remaja juga
intelektual dari cara berpikir remajaa ini memungkinkan mereka tidak hanya
hal ini di ungkapkan oleh Shaw dan Costanzo (dalam, Ali 2008).
Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh
untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang
dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase " mencari jati diri"
atau fase "topan dan badai". Remaja masih belum mampu menguasai dan
dkk (dalam, Ali 2008).Namun yang perlu di tekankan disini adalah bahwa fase
jenis.
memasuki duniadewasa.
memahami peran seks usia dewasa, mampu membina hubungan baik dengan
orang tua, mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson
disebut dengan identitas ego (ego identity) menurut Bischof (dalam, Ali 2008). Ini
terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-
anak dan masa kehidupan orang dewasa. Di tinjau dari dari segi fisiknya, mereka
sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika
sikap dewasa. Oleh karena itu, ada sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh
a. Kegelisahan
jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya. Selain itu, di satu pihak
pengetahuan, tetapi pihak lain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai
hal dengan baik sehingga tidak berani mengambil tindakan mencari pengalaman
perasaan gelisah.
b. Pertentangan
Sebagai individu yng sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi
psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum
mampu untuk mandiri.Oleh krena itu, pada umumnya remaja sering mengalami
melepaskan diri dari orangtua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri
diri itu belum disertai dengan kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan
orang tua dalam soal keuangan. Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi itu
akan menimbulkan kebingungan dalam diri remja itu sendiri maupun orang lain.
c. Mengkhayal
lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan biaya yang banyak, padahal
berkisar pada soal prestasi dan jenjang karier, sedang pada remaja putri lebih
d. Aktivitas Berkelompok
Pada umunya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high
curiosity). Karena dorongan rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin
bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum
hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya dirinya
Oleh karena itu, yangpenting bagi remaja adalah memberikan bimbingan agar
rasa ingin tahunya yang tinggidapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif,
kreatif, dan produktif, misalnya ingin menjelajah alam sekitar untuk kepentingan
penyelidikan tau ekspedisi. Jika keinginan semacam itu mendapat bimbingan dan
B. Kemampuan Bersosialisasi
adat kebiasaan suatu kebudayaan di lingkungan tertentu. Hal ini sejalan dengan
kemampuan untuk menjalin hubungan dua individu atau lebih yang di tandai
belajar menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berfikir serta berfungsi
dalam kelompoknya.
yang baik dinilai secara postive mamupun negative oleh lingkungan, dan jika
perilaku itu baik maka akan mendapatkan punishment oleh masyarakat. Menurut
juga diartikan sebagai cara- cara individu agar dapat bereaksi di lingkungan
proses melalui dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
bersosialisasi yaitu manusia yang baru lahir belum mempunyai diri, diri manusia
peran yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peran yang ada dalam
masyarakat agar seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Heidir (dalam
berfikir dan merasakan mengenai orang lain apa yang di harapkan akan dilakukan
orang lain terhadap dirinya dan bagaimana bereaksi terhadap tindakan orang lain.
menurut Bruno (dalam Sarlito 2008) merupakan proses pembentukan sosial – self
bersosialisasi adalah suatu kemampuan untuk menjalin hubungan dengan dua atau
membentuk individu untuk belajar menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan
tertentu yang memegang peranan sangat penting. Menurut Sarwono (2001) aspek
dorongan yang kuat untuk berkomunikasi dengan orang lain secara baik.
c. Berani tampil didepan umum. Dunia semakin lama semakin maju, begitu
bersosialisasi didasari oleh aspek fisik, psikologis, mental, sosial, dan moral.
ada 3 yaitu:
a. Sikap sportif
b. Kepercayaan
perilaku orang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dan dalam
pencapaiannya tidak pasti dalam situasi penuh resiko. Sikap percaya ini
c. Sikap terbuka
mampu bekerja sama, komunikasi yang aktif dan lancar, kepercayaan serta sikap
saling terbuka satu sama lain. Serta didasari oleh kemampuan, fisik, psikologis,
a. Pola asuh
kepribadian, hal ini terlihat pada sebuah keluarga dimana seorang anak yang
dididik secara otoriter dan kekerasan maka saat anak tersebut dewasa ia seringkali
Dengan kata lain anak mengalami kesukaran dengan orang lain yang
b. Teman sebaya
Teman sebaya adalah teman dimana mereka biasanya bermain dan melakukan
dengan jarak usia yang relatif tidak jauh berbeda bahkan sepantaran atau sebaya.
Orangtua mempunyai kesempatan sosialisasi yang paling besar pada anak selama
b. Teman bermain
maka dala kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan orang
c. Sekolah
diberlakukanoleh anggota masyarakat dan aturan baru tersebut sering berbeda dan
dirumah.
d. Media massa
masyarakat pun memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen
kemapuan bersosialisasi adalah pola asuh, keluarga dan orangtua, sekolah, teman
sebaya dan media massa. Hal ini juga tidak terlepas dari keadaan fisik,
bersosialisasi.
Menurut Hurlock (dalam, Sarwono 2001) ada empat kriteria sebagai cirri
dibuat oleh kelompok tertentu dan harus dipatuhi oleh setiap orang yang
kelompok tertentu.
a. Pelakunya lebih dari 2 orang atau lebih. Pelaku lebih dari 2 orangadalah
interaksi sosial yang dilakukan tidak hanya dua orang saja tapi lebih dari
c. Memiliki tujuan yang jelas. Interaksi sosial ini hanya untuk tujuan
yang berlaku dalam suatu kelompok. Dan pelakunya lebih dari 2 orang atau lebih,
terjadinya komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial, memiliki tujuan yang
Dukungan sosial merupakan salah satu bentuk ikatan secara sosial yang
adalah perasaan sosial yang dibutuhkan terus menerus dalam interaksi dengan
individu dari orang lain maupun kelompok. Dalam pengertian lain, disebutkan
bahwa dukungan sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat individu
Ristianti, 2008).
informasi dari orang lain yang menunjukkan bahwa ia dicintai dan diperhatikan,
memiliki harga diri dan dihargai serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi
dan kewajiban bersama. Hal senada dikemukakan oleh Thoits (dalam Ristianti,
2008) yang menyatakan bahwa, dukungan sosial adalah derajat dimana kebutuhan
psikologis yang didapat melalui interaksi individu dengan orang lain sehingga
sosialnya.
Masa remaja merupakan masa penyesuaian yang lebih dikenal dengan masa
storm and stress, masa penuh gejolak yang selalu ingin mencari tahu lebih tentang
suatu hal tertentu, mencari identitas, ingin selalu merasa diakui dan dihargai oleh
orang lain dan kelompoknya (Yusnita, 2004). Selanjutnya Yusnita (2004) juga
menentukan kehidupan nya dimasa yang akan datang. Purnama (dalam Ristianti,
akan menghadapi berbagai macam persoalan yang tidak dapat mereka selesaikan
dalam hal ini adalah teman sebayanya. Erikson (dalam Ristianti, 2008)
sebaya. Oleh karena itu, remaja berusaha menggabungkan diri dengan teman-
teman sebayanya.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan
dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan teman sebaya yang
kebiasaan-kebiasaan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta
saling mendukung satu sama lain (Cairns & Neckerrman, dalam Ristianti, 2008).
Hal senada di kemukakan oleh Tarakanita (2001) yang mengatakan bahwa, teman
sebaya selain merupakan sumber referensi bagi remaja mengenai berbagai macam
hal, juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengambil peran dan
informasi terkait dengan hal apa yang harus dilakukan remaja dalam upaya
balik atas apa yang remaja lakukan dalam kelompok dan lingkungan sosialnya
individu lain didalam kehidupan pribadi individu tidak bersifat dengan sesama
menciptakan hubungan ketergantungan satu sama lain. Hal ini terjadi karena
terdekatnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Johnson (dalam
Ristianti, 2008) yang menyatakan bahwa dukungan social dapat berasal dari
membutuhkan bantuan.
dukungan social percaya bahwa dirinya dicintai, dirawat dan merupakan jaringan
pelayanan dengan baik dan saling menjaga setiap waktu saat dibutuhkan, namun
sosial, dimana hal tersebut tergantung pada komposisi dan struktur jaringan social
keluarga dan masyarakat. Hubungan ini dapat berubah tergantung dari jumlah
lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya
adalah dukungan sosial yang bersumber dari teman sebaya dapat memberikan
informasi terkait dengan hal apa yang harus dilakukan remaja dalam upaya
balik atas apa yang remaja lakukan dalam kelompok dan lingkungan sosialnya
peran dalam menyelesaikan krisis dalam membentuk identitas diri yang optimal
pengungkapan simpati.
dengan cara membuat kondisi agar seseorang menjadi bagian dari suatu
waktu dengan individu lain dalam suatu aktifitas sosial maupun hiburan.
kasih sayang terhadap orang lain dalam hal ini seseorang memberikan rasa
positif terhadap individu lain seperti individu yang lebih buruk darinya.
Dukungan jenis ini diberikan untuk membangun harga diri individu, rasa
pengetahuan.
dalam sekelompok individu dan memiliki minat serta aktifitas sosial yang
merasa menjadi bagian dari kelompok yang memiliki minat dan perhatian
yang sama. Dalam hal ini individu dapat merasa bahagia, nyaman serta
dukungan sosial yang disebut sebagai “The Social Provision Scale” dimana
a. Instrumental Support
b. Emotional support
persamaan minat.
dokter maupun pengacara serta hubungan non professional yakni bersumber dari
b. Norma dan nilai sosial, yang berguna untuk membimbing individu untuk
c. Pertukaran sosial, yaitu hubungan timbal balik perilaku social antara cinta,
pertukaran secara timbal balik ini membuat individu lebih percaya bahwa
individu untuk belajar menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir agar
dapat berperan serta berfungsi dalam kelompoknya. Remaja itu sendiri merupakan
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup
belajar yang dialami individu untuk mengenal dan menghayati norma dan nilai-
(dan merupakan tekanan yang lebih kuat) adalah kebutuhan remaja untuk
dengan apa yang dilakukan oleh teman sebaya berhubungan dekat dengan
hubungan antar teman sebaya bahwa beberapa siswa yang tidak popular (ditolak
oleh teman sebaya) memiliki perilaku agresi atau bullying yang tinggi, menarik
diri dan menahan dimensi-dimensi internal dan eksternal yang ada pada diri
mereka. Disamping itu siswa-siswa yang tidak popular ini selalu berubah-ubah
Aumiller, 1993; Boivin & Begin, 1989; Hartup & Stevens, 1997; Hymel, Bowker,
& Woody, 1993; Patterson, Kupersmidt, & Griesler, 1990; Rodkin dkk, 2000).
Seperti contoh yang dikemukakan oleh Bierman dkk, bahwa siswa laki-laki
agresif yang ditolak oleh teman sebaya mereka lebih suka berdebat, mengganggu
teman yang lain, tidak mempunyai rasa malu, kaku, dan secara sosial tidak sensitif
bersosialsasi.
Aspek - aspek dukungan sosial teman sebaya Ciri – ciri kemampuan bersosialisasi
bersosialisasi.
F. HIPOTESIS PENELITIAN
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
ada hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan kemampuan
bersosialisasi pada remaja, dengan asumsi semakin tinggi dukungan sosial teman