Anda di halaman 1dari 1

Label musik Pro Aktif telah melaporkan penyanyi muda asal Aceh, Syakir Daulay, ke Polda Metro

Jaya atas dugaan pencemaran nama baik. Kuasa hukum Pro Aktif, Abdul Fakhridz, mengatakan
bahwa laporan tersebut berawal ketika Syakir menyebut akun YouTube-nya telah diretas oleh orang
yang tidak bertanggung jawab pada unggahan Insta Story Instagram-nya. Padahal, kata Abdul, akun
YouTube tersebut sudah berpindah tangan ke Pro Aktif sebelum lagu “Aisyah Istri Rasulullah” naik
daun pada 7 Februari 2020.

Abdul mengatakan, Pro Aktif membeli akun YouTube Syakir Daulay seharga Rp 200 juta dengan
memberikan uang muka Rp 100 juta. Namun, kata Abdul, Syakir beberapa waktu telah berdalih tidak
pernah menjual akun YouTube-nya tersebut ke pihak mana pun.

Abdul mengatakan, Syakir menyuarakan itu setelah lagu “Aisyah Istri Rasulullah” trending di
YouTube.

Rencananya, Pro Aktif juga akan menggugat Syakir Daulay atas dugaan wanprestasi ke Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan lantar Syakir dituding melanggar kontraknya.

Terkait hal ini, Syakir Daulay bersama kuasa hukumnya, Haris Azhar, buka suara melalui jumpa pers
di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (9/5/2020).

1. Banyak kejanggalan kontrak dengan Pro Aktif

Haris menjelaskan, dia menemukan ada beberapa kejanggalan dalam kontrak Syakir dengan Pro
Aktif. Di antaranya seperti judul kontrak yang tidak sesuai dengan isi, hingga masa perjanjian yang
berlaku seumur hidup.

“Di perjanjian tersebut berlaku seumur hidup. Luar biasa. Perjanjian itu harus ada waktunya, dan
enggak bisa berlaku seumur hidup, karena yang diperjanjikan bukan hal yang berlaku kekal,” kata
Haris.

Dalam kontrak tersebut, kata Haris, diminta untuk tidak membuat komitmen dengan pihak lain, yang
mana hal tersebut tidak dipahami kliennya. Sebab, kata Haris, saat menandatangani kontrak tidak
ada perwakilan yang mendampingi, mengingat usia Syakir saat itu masih di bawah umur.

Haris mengatakan, salinan kontrak yang baru diserahkan 14 April lalu, padahal tanda tangan kontrak
dilakukan sejak 7 Februari 2020.

Kejanggalan lain dari kontrak tersebut yang dijabarkan oleh Haris adalah tidak adanya keseimbangan
ganti rugi. Dengan hal ini, Haris menyebut Pro Aktif bisa menuntut ganti rugi pada Syakir, sementara
kliennya tidak memiliki hak untuk menuntut ganti rugi.

“Jangankan konten kreator, narik orang untuk kerja di kantor enggak mungkin semua kerja sendiri,
terus kalau rugi enggak boleh komplain,” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai