Anda di halaman 1dari 18
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN INKUIRI ALBERTA BERBASIS ASESMEN DIAGNOSTIK Galth Kurniawan Universitas Negeri Semarang galihk_unnesmath@yahoo.com Abstract The aim of the study to test the effectiveness, describing the ability of understanding the concept, and errorsoninguiry Alberta learning. The ‘method used is Mix Method research, and design research is Concurrent Embaded. The test used wast test. A total of 36 students of class VIII and his KAM is determined based on the value of UTS mathematics. Each KAM taken two students as research subjects. Eighth grade students are given inquiry Alberta learning. Qualitative data were analyzed the ability of understanding the concept anderrors. Inquiry Alberta Learning proved to be effective. Subject lower categories have not been able to meet almost every indicator. Subject category was quite capable in some indicators only. While the high category in almost all indicators capable of understanding concepts. The error occurs in the facts and the principle of low and medium category, while the skills and concepts error occurs only in the low category. Keywords: Conceptual Understanding Capabilities, mathematical errors, , Diagnostics Assesment. Abstrak Tujuan dari penelitian untuk menguji efektivitas, mendeskripsikan kemampuan pemahaman konsep dankesalahan pada pembelajaran Inkuiri Alberta, Metode yang digunakan adalah penelitian Mix Method, dan desain penelitiannya adalah Concurrent Embaded. Uji yang digunakan adalah uji t. Sebanyak 36 siswa kelas VIII B ditentukan KAM nya berdasarkan nilai UTS matematika. Setiap KAM diambil 2 siswa yang dijadikan subjek penelitian. Siswa kelas VIII B diberikan pembelajaran Inkuiri Alberta. Data kualitatif dianalisis| kemampuan pemahaman konsep dan kesalahannya, Pembelajaran Inkuiri Alberta terbukti efektif, Subjek kategori rendah belum mampu ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN... memenuhi hampir setiap indikator. Subjek kategori sedang cukup mampu dalam beberapa indikator saja. Sementara Kategori tinggi ‘mampu pada hampir semua indikator pemahaman konsep. Kesalahan Fakta dan prinsip terjadi pada kategori rendah dan sedang, sedangkan kesalahan keterampilan dan konsep hanya terjadi pada kategori rendah. Kata kunci: Kemampuan Pemahaman Konsep, Kesalahian matematis, Asesmen Diagnostik. PENDAHULUAN Pendidikan sebagaimana yang dikutip dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari definisi tersebut jelasiah bahwa pendidikan merupakan salah satu syarat penting dalam kemajuan suatu bangsa, untuk itu perlu adanya upaya peningkatan kualitas pendidikan yang mumpuni, Namun apabila kita berkaca pada pendidikan Indonesia dewasa ini, masih banyak dihadapkan pada permasalahan kompleks, antara lain kurangnya perhatian pada kemampuan yang dimiliki setiap siswa. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dipelajari pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini disebabkan karena matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan_ sehari-hari. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan matematika, karena matematika itu sendiri memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan sistematis. Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, salah satu tujuan Kurikulum KTSP pelajaran matematika yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam 74 Journal of Mathematic Teaching Galih Kurniawan pemecahan masalah. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah harus memperhatikan pemahaman konsep agar konsep tersebut dapat tertanam dengan baik kepada siswa, Sesuai dengan tujuan kurikulum, pemahaman konsep harus mendapat tempat untuk lebih ditingkatkan di sekolah-sekolah Pemahaman konsep terdiri atas dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman merupakan terjemahan dari comprehension yang berati “mengerti benar”. Seseorang dikatakan paham terhadap suatu hal, apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskan suatu hal yang telah dipahaminya. Sedangkan konsep menurut Gagne dalam Suherman (2003: 36) adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek/kejadian. Sementara dalam taksonomi bloom pada level C2, pemahaman konsep merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi instruksi (pengarahan) dan masalah. Jadi, pemahaman konsep merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berpikir di mana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan melihatnya dari berbagai segi. Pada tingkatan ini, selain hafal, siswa juga harus memahami makna yang terkandung, misalnya dapat menjelaskan suatu gejala, dapat menginterpretasikan grafik, bagan atau diagram serta dapat menjelaskan konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Kesalahan siswa perlu adanya analisis untuk mengetahui kesalahan apa sajayang banyak dilakukan dan mengapa kesalahan tersebut dilakukan siswa, Melaluianalisis kesalahan akan diperoleh bentuk dan penyebab kesalahan siswa, sehinggaguru dapat memberikan jenis bantuan kepada siswa. Kesalahan yang dilakukan siswaperlu kita analisis lebih lanjut, agar mendapatkan gambaran yang jelas dan inci ataskelemahan-kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal materi bangun ruang sisi datar. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa dapat digunakan sebagai bahanpertimbangan pengajaran dalam usaha meningkatkan kegiatan belajar dan mengajarAdanya peningkatan kegiatan belajar dan mengajar diharapkan dapat memperbaikihasil belajar atau prestasi belajar Abidin (2012) menambahkan bahwa kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika dapat dibedakan menjadi empat Jurnal KONSTANTA _ Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2017 75 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN... jenis, yaitu kesalahan fakta, kesalahan keterampilan, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip. Penyebabkesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematikadapat dilihat dari beberapa hal antara lain disebabkan kurangnya pemahaman atasmateri prasyarat maupun materi pokok yang dipelajari, kurangnya penguasaan bahasamatematika, keliru menafsirkan atau menerapkan rumus, salah _perhitungan, kurangteliti, lupa konsep. Dari pihak guru dapat dinyatakan bahwa cara mengajar kurangmendukung pemahaman yang tuntas atas materi yang diajarkan serta guru kurang memperhatikan siswa dalam belajar. Hendriana (2012) menyatakan —siswa_cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika dan definisi_ tanpa memahami maksud isinya. Kecenderungan_tersebutberdampak pada hasil belajarmatematika yang kurang memuaskan. Indikasi dari hal ini dapat dilihat padahasil ujian nasional mata pelajaran matematika jenjang pendidikan dasar_sampai__menengah. Kemampuan matematika para siswa di Indonesia yang rendah diketahui dari hasil evaluasiThe Third International Mathematics and Science Study (TIMSS). Indonesia menduduki peringkat 38 dari 42 negera pada tahun 2011 (Mullis, 2012). Sedangkan dari hasil Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara pada tahun 2012 (OECD, 2013). Berdasarkan hasil ulangan harian matematika kelas VIII pada materi bangun ruang sisi datar di SMP 1 Dawe Kudus tahun ajaran 2013/2014 didapat bahwa rata-rata nilai ulangannya masih dibawah KKM yaitu 61. Hal ini dapat diindikasikan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika pada materi bangun ruang sisi datar. Data hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa siswa melakukan banyak kesalahan baik dalam kesalahan keterampilan, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip. Oleh karena itu perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konseptual siswa pada pokok bahasan geometri yaitu pembelajaran Inkuiri Alberta’ Menurut Donham (dalam Alberta, 2004), pembelajaran inkuiri Alberta adalah suatu pembelajaran yang berbasis inkuiri yang terdiri dari beberapa tahap. 76 Journal of Mathematic Teaching Galih Kurniawan Pada dasarnya pembelajaran inkuiri model Alberta adalah metode inkuiri bebas yang dimodifikasi. Tahap-tahap dalam pembelajaran inkuiri model Alberta menurut Donham (dalam Alberta, 2004) terdiri dari merencanakan (planning), mengingat kembali (retrieving), menyelesaikan(processing), mencipta/ menghasilkan (creating), berbagi (sharing), dan mengevaluasi (evaluating). Tahap merencanakan (planning), pada tahap ini siswa ahkan dan dibimbing untuk merumuskan dan memahami permasalahan yang ingin didiskusikan; pada tahap mengingat (retrieving), pada tahap ini siswa diminta untuk mengingat kembali materi-materi yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang didiskusikan (processing); tahap menyelesaikan (creating), pada tahap ini siswa mendapatkan solusi_ atau informasi_ dari permasalahan dan siswa diarahkan untuk kreatif sehingga dapat menyelesaikan suatu masalah lebih dari satu cara; tahap berbagi (sharing); pada tahap ini siswa melakukan diskusi kelas yang telah diperolehnya; dan tahap terakhir yaitu tahap mengevaluasi (evaluation), pada tahap ini siswa menguji jawabannya, termasuk membandingkan dengan jawaban siswa yang lain. Cuevas(2005: 352) juga menambahkan bahwa melalui pembelajaran inkuiri siswa dapatmeningkatkanpemahaman mereka dalam melakukanpenyelidikan suatu ilmu pengetahuan dengan cara terlebih dahulu merancang percobaan yangefektif. Oleh karena itu, melalui pembelajaran ini, guru bisa mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan penelitian sederhana untuk menemukan sendiri hasil (jawaban) dari beberapa masalah yang diberikan oleh guru. Salah satu pendekatan yang dapat menanamkan konsep siswa adalah pendekatan kosntruktivisme, Sugandi (2007: 85) menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivis adalah suatu pendekatan dimana_—siswa_—harus_- menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri Dalam pendekatan kontruktivisme, siswa tidak lagi menerima paket- paket konsep yang telah dikemas oleh guru, melainkan siswa sendiri yang mengemasnya. Kesalahan siswa merupakan bagian dari Jurnal KONSTANTA _ Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2017 7 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN... pembelajaran yang tetap harus dihargai karena hal itu tandanya ia sedang belajar. Dalam kelas konstruktivis seorang guru mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan, Ketika siswa menjawab persoalan, guru tidak mengatakan benar atau salah, namun guru mengajak siswa yang lain untuk berdiskusi schingga terjadi interaksi sosial kemudian menghantarkan siswa kepada jawaban serta konsep yang sebenarnya. Penilaian yang akan digunakan dalam penelitian ini juga diupayakan dapat mengukur sejauhmana kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa dan kesalahan kesalahan yang terjadi yaitu dengan menggunakan penilaian diagnostik. Depdiknas (2007) memaknai tes diagnostik sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa, Bagaimana kekuatan siswa dalam hal pemahaman konsep matematika serta bagaimana Kelemahan kelamahan siswa dalam pemahaman konsep yang didasarkan pada kesalahan kesalahan yang muncul dalam mengerjakan soal matematika. Dengan demikian, hasil tes dapat digunakan sebagai dasar_memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa, Sementara (Suwarto, 2013: v) mengemukakan tes diagnostik sebagai tes yang dirancang khusus untuk mengetahui kelemahan- kelemahan konsep atau miskonsepsi yang berada dalam diri siswa. Mengacu pada dua pengertian terakhir, maka tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu : mengidentifikasi masalah atau kesalahan yang dialami siswa dan merencanakan tindak lanjut berupa upaya upaya pemecahan sesuai masalah atau kesalahan yang telah teridentifikasi Diagnosis juga dipengaruhi oleh pemikiran seorang evaluator sekalugus filosof bernama Schriven (Gierl et al, 2007). ‘Ada tiga aspek yang dapat dicatat dari pendapat Schriven, Pertama, diagnostik mencakup proses menentukan sifat_kemampuan (perfomance) seorang anak dan melaporkan dari tes itu. Tes diagnostik digambarkan sebagai suatu proses dimana hasil tes memberikan informasi tentang kemampuan kognitif peserta tes dan hasil evaluasi tes tersebut dilaporkan. Pendekatan ini dalam kontek 78 Journal of Mathematic Teaching Galih Kurniawan pengujian menekankan interaksi antara proses mental dan strategi yang digunakan peserta tes dalam menjawab menjawab item soal. Kesimpulan skor tes dalam tes diagnostik harus mudah dipahami dan bermanfaat dalam mengevaluasi kemampuan peserta tes, karena item digunakan untuk mengukur kemampuan, proses, strategi yang digunakan peserta tes. Kedua, proses diagniostik harus memungkinkan untuk mengklasifikasikan kemampuan kognitif peserta tes dengan menggunakan sistem pelaporan yang mudah diterima. Untuk itu, hasil tes diagnostik harus mampu mendeskripsikan pola pikir peserta tes dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami Selain itu hasil tes diagnostik juga harus memberikan informasi tentang kendala-kendala yang dialami peserta tes dalam menyelesaikan item yang dapat dilaporkan kepada siswa, guru, orang tua, dan seluruh komponen stakeholder. Ketiga, diagnostik merupakan bagian dari suatu proses pembelajaran yang lebih besar, dengan tujuan_—_utama mengidentifikasi permasalahan pembelajaran dan membantu mengatasi permasalahan pembelajaran, ‘Tes diagnostik yang efektif harus terintegrasi dengan baik dalam lingkungan pembelajaran, dan dikembangkan untuk membatu guru memahami bagaimana siswa berfikir dan menyelesaikan masalah, Dengan demikian skor yang japatkan dari tes diagnostik harus dapat dipandang sebagai sumber informasi yang dapat dipadu dengan sumber informasi lain tentang peserta tes (seperti tugas tugas rumah, tes sehari-hari atau yang lainnya) untuk membuat keputusan pembelajaran Hasil penelitian yang dikembangkan oleh Sun (2013) menjelaskan bahwa hasil__penilaian —diagnostik _efektif menggambarkan kemampuan kognitif yang dimiliki siswa. Maisura (2014) menjelaskan bahwa penilaian diagnostik juga dapat digunakan untuk mengetahui kesalahan kesalahan siswa dalam pelajaran matematikaBhaskar (2014) dalam penclitiannya tentang penilaian diagnostik materi geometri siswa kelas VIII menjelaskan bahwa penilaian diagnostik mampu memberikan analisa tentang kesalahan-kesalahan konseptual dan prosedural siswa kelas VIII khususnya pada mata_—_pelajaran—matematika materi geometriMenurut Harlen (2013) dalam penelitiannya tentang Jurnal KONSTANTA _ Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2017 79 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN... pembelajaran berbasis Inkuiri menjelaskan bahwa pembelajaran Inkuiri mampu membangun pemahaman konseptual siswa pada pembelajaran matematika, karena pada dasarnya pembelajaran Inkuiri merangsang siswa untuk menuangkan ide-ide mereka dalam membangun sebuah pemahaman dalam pembelajaran.Camenzuli & Buhagiar (2014) juga menambahkan bahwa pembelajaran berbasi Inkuiri mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang memi permasalahan berupa kesulitan belajar, Karena dalam pembelajaran ini dijelaskan bahwa siswa merasa mendapatkan motivasi dalam pembelajaran matematikaBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, peneliti memandang perlu dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan lebih jelas tentang kemampuan pemahaman Konsep siswa dan kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal geometri dalam pembelajaran Inkuiri model ‘Alberta yang didasarkan pada hasil penilaian diagnostik Dari uraian yang telah disajikan di depan, jelas bahwa yang menjadi fokus pengkajian penelitian ini adalah kecenderungan penelitian pendidikan matematika. Sehingga muncul pertanyaan mendasar 1) Apakah pembelajaran Inkuiri Alberta pendekatan konstruktivis efektif? 2) Bagaimanakah kemampuan pemahaman konsepsiswa pada pembelajaran Inkuiri Alberta pendekatan konstruktivis berbasis diagnostik? 3) Bagaimanakah kesalahan-kesalahan matematis siswa pada pembelajaran Inkuiri Alberta pendekatan konstruktivis berbasis iagnostik? Penelitian ini merupakan jenis penelitian kombinasi kualitatif dan kuantitatif. Model kombinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah_—tipe concurrent triangulation. Concurrenttriangulation adalah metode —_penelitian yang mengabungkan antara metode kualitatif dan kuantitatif dengan cara mencampur kedwa metode tersebut secara seimbang (Sugiyono: 2013:499).Menurut Moleong (2007: 11) penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Sedangkan Penelitian 80 Journal of Mathematic Teaching Galih Kurniawan kuantitatif menurut Sugiyono (2013: 53), masalah yang dibawa oleh peneliti harus jelas, dan ditunjukkan dengan data yang valid, Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Dawe Kudus tahun ajaran 2014/2015.Dari kelas-kelas VIII yang ada di SMP Negeri 1 Dawe dipilih 2 kelas secara acak sebagai sampel penelitian sesuai dengan desain penelitian, Teknik penentuan sampel penelitian kuantitatif berdasarkan cluster random sampling. Dari teknik tersebut di dapat kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yang dikenai pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis, dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol yang dikenai pembelajaran ekspositori Teknik pemilihan subyek pada penelitian kualitatifadalahnon- probability sampling, yaitu pengambilan subyek dimana setiap obyek penelitian yang diambil tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan subyek penelitian. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dimana pengambilan subyek berdasarkan kategori kemampuan awal matematis. ‘Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas:tes, dan wawancara,jenis tes dalam penelitian ini yaitu tes Diagnostik.Tes Diagnostik dilakukan setelah siswa melakukan proses pembelajaran pada materi geometri terhadap Kelas eksperimen dan kontrolSedangkan wawancara_dirancang untuk —_menggali sejauhmana kemampuan pemahaman konsep dan kesalahan siswa. Analisis data dilakukan pada saat tahap sebelum di lapangan hingga tahap analisis selama di lapangan. Analisis sebelum di lapangan dilakukan dengan validasi perangkat dan instrumen penelitian. Analisis selama di lapangan merupakan menyusun secara sistematis data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari hasil tes Diagnostik, dan wawancara, Analisis data kuantitatif yang diperoleh dari data tes Diagnostik untuk menentukan keefektikan Inkuiri Alberta pendekatan Konstruktivis. terdiri atas: uji ketuntasan dengan Uji z, uji beda rata-rata dengan uji t, dan uji peningkatan N-Gain, Sedangkan analisis datakualitatif dilakukan dengan caramereduksi data, menyajikandata, dan menarik kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dan memverifikasi kesimpulan tersebut. Jurnal KONSTANTA _ Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2017 81 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN... PEMBAHASAN Subyek penelitian pada penelitian ini terbagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa Kelas eksperimen melakukan pembelajaran dengan model Inkuiri Alberta pendekatan konstruktivis, sedangkan siswa kelas kontrol melakukan pembelajaran ekspositori, Subyek penelitian kelas eksperimen adalah seluruh siswa dari kelas VIII B, sedangkan subyek penelitian kelas kontrol adalah seluruh siswa dari kelas VIII D. Dari data awal kedua kelas yang diambil dari hasil nilai Ulangan Tengah Semester Matematika semester genap Kelas VIII, diperoleh bahwa rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester matematika kelas eksperimen adalah 69,30 sementara rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester matematika kelas kontrol adalah 67,94. Sebelum kedua Kelas terasebut dijadikan sebagai subyek dalam penelitian ini, maka perlu di uji apakah kedua data tersebut memiliki Karakteristik yang sama atau tidak dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan _rata-rata Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorof Smirnov, uji homogenitas dengan menggunakan Levene's Test, serta uji kesamaan rata-rata dengan menggunakan uji Independent Sample tes, makadidapatkan hasil bahwa kedua data tersebut berdistribusi normal, homogeny serta tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara kedua data tersebut. Kemampuan awal matematis (KAM) siswa kelas VIII B diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok Kategori tinggi, kelompok kategori sedang dan kelompok kategori rendah. Proses penentuan subjek penelitian berdasarkan KAM menggunakan hasil nilai UTS matematika semester genap dengan aturan simpangan baku, Dalam aturan simpangan baku, penentuan siswa pada kelompok siswa Kategori tinggi ditempati oleh siswa yang mempunyai nilai UTS matematika lebih dari nilai rata-rata Kelas ditambahkan dengan simpangan baku, Untuk penentuan kelompok siswa kategori sedang ditempati siswa yang memperoleh nilai UTS matematika lebih dari nilai rata-rata kelas dikurangi simpangan baku sampai pada nilai rata-rata ditambahkan dengan simpangan baku, sementara pada kelompok siswa kategori rendah ditempati oleh siswa yang mempunyai nilai kurang dari rata-rata urs 82 Journal of Mathematic Teaching Galih Kurniawan matematika dikurangi simpangan baku, Berdasarkan _hasil perhitungan penentuan Kategori kemampuan awal matematis dari 36 siswa kelas VIII B, diperoleh 5 siswa berada pada kelompok kategori tinggi, 24 siswa masuk dalam kelompok kategori sedang, dan sebanyak 7 siswa tergolong pada kelompok kategori rendah. Setelah penentuan subjek berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) dengan menggunakan aturan simpangan baku, siswa kelas VIII B diberi pembelajaran Inkuiri Alberta pendekatan konstruktivis. Pembelajaran Inkuiri Alberta pendekatankonstruktivis dalam penelitian ini digunakan untuk memfasilitasi siswa mengenal soal pemahaman konsep yang dirangkum dalam tes diagnostik setelah selesai pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dibagi dalam 3 kali pertemuan. Materi yang disampaikan sebelum tes disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan diujikan, yaitu luas permukaan dan volume kubus dan balok, Sementara hasil klasifikasi kemampuan awal matematis (KAM) siswa ini digunakan sebagai dasar untuk penyusunan kelompok dalam menganalisis hasil kemampuan pemahaman konsep siswa danrasa kesalahan-kesalahan siswa siswa setelah selesai melakukan pembelajaran Inkuiri Alberta pendekatankonstruktivis. Berdasarkan hasil perhitungan ketuntasan belajar kelas eksperimen menggunakan uji proporsi pihak kanan didapat Zhicang = 1,92, Pada a =5% diperoleh zps-q = 2045 = 1,64, Karena Znitung >2o.5-q maka Hiditerima, Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsepsiswa kelas eksperimen yang sudah mencapai kriteria. ketuntasan minimal yaitu 70 mencapai lebih dari 75%Berdasarkan hasil perhitungan uji beda rata-rata hasil tes Diagnostikdiperoleh thiun = 2,844Taraf nyata 5% dan dk = 70 diperoleh tis = 1,99. Karena thiung>tiste: maka Ho ditolak, Oleh karena 1u dapat simpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa Kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa pada kelas kontrol.Berdasarkan hasil perhitungan uji beda rata-rata skor n-g eroleh thing = 4,81, sedangkanuntuk dk = 70 dan taraf nyata 5% maka diperoleh tase = 1,99. Karena tarung>tatei maka Ho ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Jurnal KONSTANTA _ Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2017 83 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN... Model pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivis efektif terhadap kemampuan pemahaman konsepsiswa. Hal ini dikarenakan (1) presentasi peserta didik dengan _pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivis yangsudah mencapai ketuntasan, yaitu 70 lebih dari 75%; (2) rata-rata hasil tes diagnostik yang dikenakan pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivislebih tinggi dari pada siswa yang dikenakan pembelajaran ckspositori; dan (3) peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang dikenai pembelajaran inkuiri alberta pendekatan konstruktivis lebih tinggi daripada siswa yang dikenai pembelajaran ekspositori, Hal ini sejalan dengan pendapat Harlen (2013) yang menjelaskan bahwa pembelajaran Inkuiri efektif dalam membangun pemahaman konseptual siswa pada pembelajaran matematika, Karena pada dasarnya _pembelajaran__Inkuiri merangsang siswa untuk menuangkan ide-ide mereka dalam membangun sebuah pemahaman dalam pembelajaran. Beberapa ahli juga menyatakan bahwa pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis efektif. Wang et al (2013) dalam penelitiannya tentang pembelajaran Inkuiri menjelaskan bahwa selain mampu meningkatkan prestasi belajar siswa Camenzuli & Buhagiar (2014) juga menambahkan bahwa pembelajaran berbasis Inkuiri mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yang memiliki permasalahan berupa kesulitan belajar. Tes diagnostik dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis kemampuan pemahaman konsep pada tiap kategori kemampuan awal matematis siswa. Kemampuan pemahaman konsep kelompok siswa Kategori rendah pada indikator pertama siswa belum dapat mengklasifikasi objek berdasarkan sifat tertentu, Pada indikator kedua, siswa cukup mampu dalam menyajikan konsep ke bentuk representasi matematika walaupun masih terkendala dalam penyelesaian, Pada indikator ketiga, siswa belum mampu menggunakan prosedur dan operasi penyelesaian dengan benar, dan pada indikator keempat siswa masih sukar dalam mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah karena belum dapat memahami soal dengan benar. Kemampuan pemahaman konsep kelompok siswa kategori sedang pada indikator pertama siswa mampu mengklasifikasi objek 84 Journal of Mathematic Teaching Galih Kurniawan berdasarkan sifat tertentu, Pada indikator kedua, siswa cukup mampu dalam menyajikan konsep ke bentuk representasi matematika walaupun penyelesaian akhir kurang lengkap, Pada indikator ketiga, siswa sudah mampu menggunakan prosedur dan operasi penyelesaian dengan benar, namun juga belum sempurna, dan pada indikator keempat siswa belum mampu_ mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah karena belum dapat memahami soal dengan benar. Kemampuan pemahaman konsep kelompok siswa kategori tinggi pada indikator pertama siswa mampu mengklasifikasi objek berdasarkan sifat tertentu. Pada indikator kedua, siswa mampu dalam menyajikan konsep ke bentuk representasi matematika. Pada indikator ketiga, siswa sudah mampu menggunakan prosedur dan operasi penyelesaian dengan benar, dan pada indikator keempat siswa mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah meskipun penyelesaian akhirnya masih belum lengkap Tes diagnostik dalam penelitian ini juga digunakan untuk menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal. Kesalahan fakta terjadi pada kelompok siswa Kategori rendah dan sedang. Penyebab utama kesalahan fakta pada kedua kelompok adalah siswa kurang teliti dalam melengkapi jawaban. Kesalahan fakta merupakan salah satu kesalahan siswa yang paling dominan dalam menyelesaikan soal. Hal ini sejalan dengan Hidayat (2012) yang menyatakan bahwa salah satu kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal adalah kesalahan fakta, sementara itu Satoto dkk (2013: 7) yang juga menyatakan bahwa kesalahan memahami masalah/ fakta merupakan jenis kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa, Kesalahan keterampilan hanya terjadi pada kelompok siswa kategori rendah, Siswa melakukan kesalahan dalam melakukan operasi aljabar. Penyebab utama kesalahan keterampilan adalah siswa kurang teliti dan kurang mahir dalam menyelesaikan operasi aljabar. Kesalahan keterampilan merupakan salah satu. kesalahan yang. sering dialami oleh siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian- penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu Sugiyono (2014) yang menyatakan bahwa kesalahan proses/ kesalahan keterampilan seringkali dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal. Sugiyono Jurnal KONSTANTA _ Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2017 85 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN... (2014) juga menambahkan bahwa salah hitung dan kurang teliti merupakan salah satu penyebab dari kesalahan keterampilan Kesalahan Konsep hanya terjadi pada kelompok siswa kategori rendah. Penyebab utama kesalahan konsep adalah siswa belum memahami konsep jaring-jaring dan volum balok. Kesalahan konsep merupakan salah satu kesalahan yang sering dialami oleh siswa, Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu Sugiyono (2014) yang menyatakan bahwa kesalahan pemahaman/ kesalahan konsep merupakan seringkali dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal, Salah satu faktor penyebab terjadinya kesalahan konsep adalah kurangnya pemahaman siswa dalam memahami soal. Kesalahan Prinsip Kesalahan prinsip terjadi pada kelompok siswa kategori rendah dan sedang. Hal ini terjadi karena siswa tidak merencanakan penyelesaian dengan baik. Penyebab utama kesalahan prinsip adalah siswa kurang teliti dan kurang memahami soal Kesalahan prinsip merupakan tipe kesalahan yang tidak dapat dilepaskan oleh siswa. Hal ini dikarenakan mereka kurang teliti dan Kurang memahami keterkaitan antar konsep pada soal tersebut. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Hidayat (2012) yang dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kesalahan terbesar siswa dalam menjawab soal selain kesalahan fakta adalah kesalahan prinsip. SIMPULAN Pada dasarnya pembelajaran Inkuiri alberta pendekatan konstruktivis merupakan pembelajaran yang terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa, Pembelajaran Inkuiri Alberta Pendekatan Konstruktivis memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kelompok dan antar kelompok serta membudayakan siswa dalam membangun pemahamannya sendiri, schingga dapat dijadikan alternatif model pembelajaran bagi para pendidik. Selain meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa, ‘guru juga sangat dianjurkan untuk menekan tingkat kesalahan siswa Menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal_ perlu dilakukan sebagai bahan dalam = menemukan solusi dan meminimalisir kesalahan yang terjadi.Ada empat jenis kesalahan 86 Journal of Mathematic Teaching Galih Kurniawan siswa dalam mengerjakan soal, yaitu kesalahan fakta, kesalahan keterampilan, kesalahan konsep, dan kesalahan prinsip. Kelompok siswa kategori rendah merupakan kelompok siswa yang paling membutuhkan bantuan dan arahan oleh guru, karena keempat jenis kesalahan dilakukan oleh kelompok ini. Pelaksanaan tes diagnostik sebaiknya tidak dilaksanan di akhir pembelajaran namu dilaksanakan saat-saat menjelang akhir pembelajaran sehingga guru masih memiliki kesempatan untuk memberikan tindak lanjut terkait hasil tes diagnostik. Oleh karena itu derlukan suatu rancangan kegiatan remidial bagi siswa yang belum ‘tuntas pada hasil tes diagnostik sebagai upaya untuk memberikan tindak lanjut hasil tes diagnostik. Jurnal KONSTANTA _ Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2017 87 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN... Daftar Pustaka Abidin, Z, 2012. Analisis Kesalahan Matematika Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry dalam Mata Kuliah Trigonometri dan Kalkulus. Jurnal IImiah DIDAKTIKA, 13 (1), 183-196. Alberta. 2004. Focus on Inquiry: a teacher's guide to implementing inquiry-based learning. Toronto: Nelson Publications, Canada. Bashkar, P.V. 2014, A Diagnostic Study of Common Errors Committed by Vili Class Students in Geometry. Indian Journal of Research, Volume 3 Issue 1 halaman: 142-145 ISSN - 2250-1991. Tirupati : SV, University Camenzuli, J. & Buhagiar, M.A. 2014, Using Inquiry-Based Learning to Support the Mathematical Learning of Students with SEBD. Jthe International Journal of Emotional Education, Volume 6 Nomor 2 halaman: 69-85. Malta : University of Malta. Cuevas, P. 2005. Improving Sciencetnquiry withElementaryStudents ofPiverseBackgrounds. Journal of research in science teaching, 42 (3) : 337-357. Miami : University of Miami. Depdiknas. 2007. Tes diagnostik. Jakarta : Direktorat Pembinaan SMP pada Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Gierl, MJ. 2007, Making diagnostic inferences about kognitif attributes using the Rule-Space Model and Attributes Hierachy Methods. Journal of Educational Measurement, 44, 325-340. Hendriana, H. 2012, “Pembelajaran Matematika Humanis dengan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa’, Jurnal linfinity, Volume 1 No. 1. Hal 90-103. Harlen, W. 2013. “Inquiry-based learning in _scienceand mathematics’ Jurnal, Review of Science, Mathematics, and Ict Education. Volume 7 No.2. Hal 9-33, Hidayat, BR. dkk 2013. “Analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi ruang dimensi tiga ditinjau dari gaya kognitif siswa”. Jurnal pendidikan matematika solusi. Volume 1 Nomor 1 Maret. 88 Journal of Mathematic Teaching Galih Kurniawan Kemendiknas. 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta : Puskur Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional. Maisura, 2014, “Remidial Teaching didasarkan pada diagnosa kesulitan siswa kelas II madrasah tsanawiyah’. Jurnal Didaktika Matematika, Vol 1 No. 1 April.ISSN : 2355-4185 Moleong, I,J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Mullis, LVS, et al. 2012. TIMSS 2011 International Results in ‘Mathematics. Boston: Lynch School of Education National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 1999 ‘Mathematical Reasoning. Tersedia di www.nctm org, Organization for Economic Coperation and Development (OECD) 2013. PISA 2012 Results in Focus, ‘ersedia di www.oecd.org/pisa Permendiknas, 2006, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta : Puskur Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional. Satoto, S.dkk, 2013, Analisis Kesalahan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal dengan Prosedur Newman.Unnes Journal of Mathematics Education, Volume 2 No.1 Sugandi, A. 2007. Teori Pembelajaran, Semarang : UPT MKK UNNES. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif dan R&D), Bandung: Alfabeta Sugiyono, S.dkk. 2014. Kesalahan Prosedur Newman pada Siswa Sekolah Menengah Pertama,urnal Ilmiah STKIP PGRI Ngawi. Volume 13 No. 1.P58-P64. Suherman, E et al. 2003, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica. Sun, Y. & Suzuki M, 2013, Diagnostic Assessment for Improving Teaching Practice. International Journal of Information and Education Technology, Volume 3, Nomor 6, Hal607- 610.http://www ijiet.org/papers/345-TO21.pdf (diakses 5 November 2014) Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar Jurnal KONSTANTA _ Vol. 1 No. 1 Juli-Desember 2017 39 ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP PADA PEMBELAJARAN... Wang, PH. ef al. 2013. The Learning Effectiveness of Inquiry-Based Instruction Among Vocational High School Students. Educational Research InternationalVol. 2. No.2 ISSN-L: 2307- 3713, ISSN: 2307-3721, 90 Journal of Mathematic Teaching

Anda mungkin juga menyukai