Anda di halaman 1dari 65

INVESTIGASI WABAH

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa


Indonesia 1989
⚫ Wabah berarti penyakit menular yang
berjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981
⚫ Wabah adalah peningkatan kejadian
kesakitan atau kematian yang telah meluas
secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun
daerah terjangkit

Definisi Wabah
Undang‑undang RI No 4 th. 1984 tentang
wabah penyakit menular
⚫ Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka
Benenson, 1985
⚫ Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit
tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata‑nyata
melebihi jumlah yang biasa
Last 1981
⚫ Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu
masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain
yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya
lebih banyak dari keadaan biasa

…Definisi Wabah
Selain kata wabah
⚫ letusan (outbreak)
⚫ kejadian luar biasa (KLB = unusual
event)
Di Indonesia
⚫ pernyataan adanya wabah hanya boleh
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
⚫ dideteksi dari analisis data surveilans
rutin
⚫ adanya laporan petugas, pamong
ataupun warga yang cukup perduli

Cara Mengungkapkan Wabah


⚫ Mengadakan penanggulangan dan
pencegahan
⚫ Kesempatan mengadakan penelitian dan
pelatihan
⚫ Pertimbangan Program
⚫ Kepentingan Umum, Politik dan Hukum

Alasan menyelidiki
kemungkinan wabah
Tabel 1
Skala Prioritas Dalam Melakukan Investigasi dan Penanggulangan (Control) Wabah Berdasarkan
Sumber, Cara Penularan, dan Agen Penyebab

Sumber/Cara Penularan

Diketahui Tidak Diketahui

Agen Diketahui Investigasi + Investigasi +++


Penyebab
Control +++ Control +
Tidak Investigasi +++ Investigasi +++
Diketahui
Control +++ Control +
1. Persiapan Investigasi di Lapangan
2. Memastikan adanya Wabah
3. Memastikan diagnosis
4. a. Membuat definisi kasus
b. Menemukan dan menghitung Kasus
5. Epidemiologi deskriptif (waktu, tempat, orang)
6. Membuat hipotesis
7. Menilai hipotesis (penelitian kohort dan
penelitian kasus-kontrol)
8. Memperbaiki hipotesis dan mengadakan
penelitian tambahan
9. Melaksanakan pengendalian dan pencegahan
10. Menyampaikan hasil penyelidikan

Langkah-Langkah
Investigasi Wabah
tiga kategori:
⚫ Investigasi (pengetahuan ilmiah yang
sesuai, perlengkapan dan alat)
⚫ administrasi (prosedur administrasi
⚫ Konsultasi (peran masing-masing petugas
yang turun ke lapangan)

Langkah 1: Persiapan
Investigasi di Lapangan
⚫ Menentukan apakah jumlah kasus yang
ada sudah melampaui jumlah yang
diharapkan
◦ Dilakukan dengan membandingkan jumlah
yang ada saat itu dengan jumlahnya beberapa
minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan
jumlah yang ada pada periode waktu yang
sama di tahun-tahun sebelumnya

Langkah 2: Memastikan
adanya Wabah
⚫ Sumber informasi bervariasi bergantung
pada situasinya
◦ Untuk penyakit yang harus dilaporkan,
digunakan catatan hasil surveilens
◦ Untuk penyakit/ kondisi lain, digunakan data
setempat yang tersedia
◦ Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate
dari wilayah di dekatnya atau data nasional
◦ Boleh juga dilaksanakan survei di masyarakat
untuk menentukan kondisi penyakit yang
biasanya ada.

Sumber Informasi
⚫ Bila jumlah kasus yang dilaporkan melebihi
jumlah yang diharapkan, kelebihan ini tidak
selalu menunjukkan adanya wabah.
Peningkatan yang demikian disebut Pseudo
Epidemik, contohnya:
1. Perubahan cara pencatatan dan pelaporan
penderita
2. Adanya cara diagnosis baru
3. Bertambahnya kesadaran penduduk untuk
berobat
4. Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa
5. Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan

Pseudo Epidemik
1. Penyakit Endemis yang tidak
dipengaruhi oleh musim
• Dapat dilihat dari rata-rata penderitanya
setiap bulan pada tahun-tahun yang lalu
• Mencari ambang wabah (Epidemic
threshold), yang didapat dari rata-rata
hitung (mean) jumlah penderita pada
waktu-waktu yang lalu, ditambah dengan 2
x SE-nya. Bila suatu saat jumlah penderita
melebihi garis ambang ini, maka keadaan
tersebut dinyatakan sebagai wabah

Pembuktian Adanya Wabah


2. Penyakit Endemis yang bersifat musiman
• Bila pola penyakit yang berjangkit itu
dipengaruhi oleh musim, maka jumlah penderita
yang diharapkan adalah sebanyak penderitanya
di musim yang sama tahun yang lalu atau
jumlah paling tinggi yang pernah terjadi pada
musim-musim yang sama di tahun yang telah
silam
• Mencari ambang wabah mingguan atau bulanan
sehingga tercermin variasinya berdasarkan
musim, baru kemudian ditentukan apakah
kejadian yang sedang dihadapi memang lebih
tinggi daripada yang diharapkan

…Pembuktian Adanya Wabah


3. Penyakit yang tidak endemis
• Dibutuhkan data tentang waktu penyakit
tersebut biasa ditemukan dan berapa
banyak penderitanya. Dengan
membandingkan hal ini akan dapat
ditentukan apakah kejadian yang
diharapkan itu di luar kebiasaan yang
berlaku

…Pembuktian Adanya Wabah


1. Timbulnya suatu penyakit menular yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di
suatu daerah
2. Adanya peningkatan kejadian kesakitan
atau kematian dua kali atau lebih
dibandingkan jumlah kesakitan atau
kematian yang biasa terjadi pada kurun
waktu sebelumnya (jam, hari, minggu)
bergantung pada jenis penyakitnya
3. Adanya peningkatan kejadian kesakitan
secara terus menerus selama 3 kurun
waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut
menurut jenis penyakitnya

Kriteria Untuk Menentukan KLB


1. Ditemukannya dua atau lebih penderita
penyakit serupa, yang biasanya berupa
gejala gangguan pencernaan
(gastrointestinal), sesudah memakan
makanan yang sama
2. Hasil penyelidikan epidemiologi
menunjukkan makanan sebagai sumber
penularan
Perkecualian diadakan untuk keracunan akibat
toksin (racun) Clostridium botulinum atau
akibat
bahan-bahan kimia, didapatkan seorang
penderita
sudah dianggap suatu letusan.

Kriteria Untuk Wabah Akibat


Keracunan Makanan (CDC)
Kriteria KLB:

1.Timbulnya suatu peny.menular yang sebelumnya


tidak ada/tidak dikenal.
2.Peningkatan kasus/kematian terus menerus selama
kurun waktu berturut=turut (jam/hari/minggu …)
* mgg 8 =5 kasus
* mgg 9 = 10 kasus
* mgg 10= 15 kasus
3. Peningkatan kejadian peny/kematian 2 x atau lebih
dibanding dgn periode sebelumnya
(jam,minggu,bulan ,tahun)
*mgg2-7 tiap minggu dilaporkan diare 10-13 kasus
*mgg 8 = 26 kasus
4. Angka rata-rata perbulan meningkat 2 x dibanding
dengan angka rata-rata tahun sebelumnya.
Kriteria KLB:

5. Angka kematian /CFR menunjukkan kenaikan


>50% dibanding dengan CFR periode sebelumnya.

Kriteria KLB diatas dalam aplikasi


sehari-hari menggunakan akal
sehat/common sense
⚫ Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah (1)
untuk memastikan bahwa masalah tersebut
telah didiagnosis dengan patut (2) untuk
menyingkirkan kemungkinan kesalahan
laboratorium yang menyebabkan
peningkatan kasus yang dilaporkan
⚫ Semua temuan klinis harus disimpulkan
dalam distribusi frekuensi
◦ Distribusi ini penting untuk menggambarkan
spektrum penyakit, menentukan diagnosis, dan
mengembangkan definisi kasus
⚫ kunjungan terhadap satu atau dua
penderita

Langkah 3: Memastikan
Diagnosis
⚫ Definisi kasus meliputi kriteria klinis dan
terutama dalam penyelidikan wabah
dibatasi oleh waktu, tempat dan orang
⚫ Bila penyakitnya belum terdiagnosis,
diagnosis kerja dibuat berdasarkan
gejala‑gejala yang paling banyak diderita,
sedapat mungkin yang dapat
menggambarkan proses penyakit yang
pathognomonis, dan cukup spesifik.

Langkah 4a: Membuat Definisi


Kasus
◦ Kasus Pasti (Confirmed): Harus disertakan
pemeriksaan lab hasil +
◦ Kasus Mungkin (Probable): Harus
memenuhi semua ciri klinis penyakit,
tanpa pemeriksaan lab
◦ Kasus Meragukan (Possible): Biasanya
hanya memenuhi sebagian gejala klinis
saja

Level Kasus
Tabel 2
Frekuensi gejala yang diderita oleh 235 orang karyawan yang menyatakan sakit
pada kejadian letusan penyakit diare
di sebuah perusahaan perakitan motor di Jakarta tahun 1976.

Macam gejala Penderita yang mempunyai gejala


Jumlah %
1. Sakit perut 207 (207/235) X 100%
2. Mencret 191
3. Muntah 11
4. Pusing 36
5. Panas 24
6. Sakit tenggorok 0
7. Lain-lain 10

Sumber: Buchari Lapau dkk. (1976) Penyelidikan Letusan Penyakit Diare di


Perusahaan Perakitan Motor, Jakarta , Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Tabel 2
Frekuensi gejala yang diderita oleh 235 orang karyawan yang menyatakan sakit
pada kejadian letusan penyakit diare
di sebuah perusahaan perakitan motor di Jakarta tahun 1976.

Macam gejala Penderita yang mempunyai gejala


Jumlah %
1. Sakit perut 207 88.1
2. Mencret 191 81.3
3. Muntah 11 4.7
4. Pusing 36 15.3
5. Panas 24 10.2
6. Sakit tenggorok 0 0
7. Lain-lain 10 4.3

Sumber: Buchari Lapau dkk. (1976) Penyelidikan Letusan Penyakit Diare di


Perusahaan Perakitan Motor, Jakarta , Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
⚫ dikumpulkan informasi berikut ini dari
setiap kasus:
⚫ Data indentifikasi -- nama, alamat,
nomor telepon
⚫ Data demografi-- umur, jenis kelamin,
ras, dan pekerjaan
⚫ Data klinis
⚫ Faktor risiko-- harus dibuat khusus
untuk tiap penyakit.
⚫ Informasi pelapor mencari informasi
tambahan atau memberikan umpan balik

Langkah 4b: Menemukan dan


Menghitung Kasus
⚫ Studi tentang kejadian penyakit atau
masalah lain yang berkaitan dengan
kesehatan pada populasi.
⚫ Umumnya berkaitan dengan ciri-ciri dasar
seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,
status sosial ekonomi, dan lokasi
geografiknya
⚫ Berdasarkan
1. Orang
2. Tempat
3. Waktu

EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
1. Kurve Epidemi
⚫ Gambar perjalanan suatu letusan, berupa
histogram dari jumlah kasus berdasarkan
waktu timbulnya gejala pertama

Gambaran Perjalanan wabah


berdasarkan waktu
⚫ Mendapatkan Informasi tentang
perjalanan wabah dan kemungkinan
kelanjutan
⚫ Bila penyakit dan masa inkubasi
diketahui, dapat memperkirakan kapan
pemaparan terjadi memusatkan
penyelidikan pada periode tersebut
⚫ Kesimpulan pola kejadian -- apakah
bersumber tunggal, ditularkan dari orang
ke orang, atau campuran keduanya

Manfaat Kurva Epidemi


⚫ Untuk membuatnya dibutuhkan informasi
tentang waktu timbulnya gejala pertama.
⚫ tanggal timbulnya gejala pertama
⚫ jam timbulnya gejala pertama, untuk
masa inkubasi sangat pendek

Membuat Kurva epidemi


⚫ Pertimbangkan bentuknya.
⚫ Bentuknya ditentukan oleh: cara penularan & periode
pemaparan
⚫ 1. Cara penularan penyakit
⚫ a. Point source epidemic, pemaparan bersumber
tunggal dan waktu yang singkat
⚫ b. Continuous common source epidemic:
periode pemaparan memanjang --> kurve berpuncak
tunggal & datar
⚫ c. Intermittent common source epidemic:
lama pemaparan dan jumlah orang yang terpapar tak
beraturan besarnya, kurve bergerigi tak beraturan
⚫ d. Propagated epidemic: penularan dari orang
ke orang, berpuncak banyak, berjarak 1 masa
inkubasi

Cara mengartikan kurve


epidemi
⚫ a. kurve menanjak: jumlah kasus terus
bertambah, wabah sedang memuncak,
akan ada kasus-kasus baru
⚫ b. Puncak kurve sudah dilalui: kasus yang
terjadi semakin berkurang, wabah akan
segera berakhir.

2. Perjalanan Wabah
⚫ Pada point source epidemic -- penyakit dan masa
inkubasi diketahui, kurve epidemic dapat
digunakan untuk mencari periode pemaparan --
penting menanyakan sumber letusan

⚫ Caranya:
⚫ 1. Cari masa inkubasi terpanjang, terpendek,
dan rata-rata
⚫ 2. Tentukan puncak letusan atau kasus
median, hitung mundur satu masa inkubasi
rata-rata, catat hasilnya
⚫ 3. Mulai dari kasus paling awal, hitung mundur
masa inkubasi terpendek, catat hasilnya

3. Mencari Periode Pemaparan


Waktu antara masuknya agen penyakit
sampai
timbulnya gejala pertama
⚫ Cara menghitung masa inkubasi
⚫ Contoh: Sepuluh orang menderita diare
akibat keracunan makanan yang
diperkirakan terjadi pada saat makan
siang, tanggal 1 Maret 1997, jam 13.00.
Saat timbulnya gejala pertama adalah
sebagai berikut:

2. Masa Inkubasi
1. tanggal 1 Maret jam 24.00
2. tanggal 1 Maret jam 18.30
3. tanggal 2 Maret jam 01.00
4. tanggal 1 Maret jam 21.00
5. tanggal 1 Maret jam 16.00
6. tanggal 1 Maret jam 19.00
7. tanggal 1 Maret jam 19.00
8. tanggal 1 Maret jam 20.00
9. tanggal 1 Maret jam 19.00
10. tanggal 1 Maret jam 18.00

Tentukan masa inkubasi terpendek,


terpanjang, dan median masa inkubasi?
⚫ Masa inkubasi terpendek adalah 3 jam
(kasus no. 5) dan yang terpanjang 12 jam
(kasus no. 3)

Jawaban
1. tanggal 1 Maret jam 16.00
2. tanggal 1 Maret jam 18.00
3. tanggal 1 Maret jam 18.30
4. tanggal 1 Maret jam 19.00
5. tanggal 1 Maret jam 19.00
6. tanggal 1 Maret jam 19.00
7. tanggal 1 Maret jam 20.00
8. tanggal 1 Maret jam 21.00
9. tanggal 1 Maret jam 24.00
10. tanggal 2 Maret jam 01.00

Median kelompok ini terletak pada penderita no. 5 1/2


( berasal dari (n +1)/2 , yang dalam hal ini (10 + 1)/2
Sehingga median masa inkubasinya adalah jarak antara
jam 13.00 ke jam ( 19.00 + 19.00 ) / 2 = 19.00 yaitu 6 jam
1. Bila penyakit belum diketahui, informasi
tentang masa inkubasi bersama
diagnosis penyakit dapat mempersempit
differential diagnosis
2. Untuk memperkirakan saat terjadinya
penularan

Manfaat diketahuinya masa


inkubasi
Tabel 1
Distribusi frekuensi penderita diare berdasarkan masa inkubasinya,
kecamatan M, tahun 1996

Masa inkubasi Frekuensi Frekuensi


(dalam hari) kumulatif
0-1 2 2
2-3 5 7
4-5 10 17
6-7 9 26
8-9 5 31
10-11 3 34
12-13 2 36
14-15 1 37
jumlah 37

Hitunglah median masa inkubasi


Median = B + [(Pm – f) / (fm – f)] x i

B = batas atas dari kelas dibawah kelas


median
Pm = posisi median
f = frekuensi kumulatif dari kelas
dibawah median
fm = frekuensi kumulatif dari kelas
median
I = besarnya interval kelas

Rumus Median untuk data


berkelompok
1. Posisi median = (37 + 1)/2 = 19
2. Kelas median adalah kelompok 6-7 hari
3. Oleh karena antara tiap kelas interval ada
selang satu hari, maka batas antara
masing-masing interval dianggap terdapat
pada pertengahan selang tersebut, sehingga
untuk kelas 6-7 hari batasnya adalah 5,5 – 7,5
hari, sedangkan untuk kelas 2-3 hari adalah
1,5 – 3,5 hari. Dengan demikian interval
masing-masing kelas adalah 2 hari.
4. Frekuensi kumulatif kelas median = 26
5. Frekuensi kumulatif kelas dibawah kelas
median = 17
6. Dengan menggunakan rumus, didapat hasil
sbb:
7. Median = 5,5 + [(19-17)/(26-17)] x 2 hari =
5,94 hari atau 5 hari 22 jam 33 menit 36 detik
Tabel 2
Distribusi penderita penyakit hepatitis A
berdasarkan tanggal timbulnya gejala pertama,
di Kecamatan X, tahun 1996

Frekuensi Frekuensi kumulatif


Tanggal
8-12 Maret 2 2
13-17 Maret 17 19
18-22 Maret 31 50
23-27 Maret 26 76
28 Maret-2 April 15 91
3-7 April 10 101
8-12 April 4 105
Jumlah 105

Hitunglah median masa inkubasi:


Median masa inkubasi:
Median = B + [(Pm – f) / (fm – f)] x i
Median = 22 Maret 24.00 + [(53 – 50) / (76 – 50)] x 5 hari
Median = 22 Maret 24.00 + 3/26 x 120 jam
Median = 22 Maret 24.00 + 13,84 jam
Median = 23 Maret 13 jam 50 menit 24 detik (median waktu
mulai sakit)

Hitung jarak antara saat pemaparan dengan


waktu
mulai sakitnya kasus median ini, maka akan
didapatkan nilai median masa inkubasi

Jawaban
⚫ Ciri Inang:
• Umur
● Umur merupakan salah satu faktor yang
menentukan penyakit, karena mempengaruhi:
• Daya tahan tubuh
• Pengalaman kontak dengan penyakit
• Lingkungan pergaulan yang memungkinkan kontak
dengan sumber penyakit

Gambaran Kejadian Wabah


berdasarkan Orang
⚫ Jenis Kelamin; Ras/ suku; dsb.
◦ Faktor-faktor ini digambarkan apabila diduga
ada perbedaan risiko diantara
golongan-golongan dalam faktor tsb.
◦ Di negara-negara multirasial, gambaran
penderita berdasarkan ras sering ditampilkan.
Adanya perbedaan cara hidup, tingkat sosial
ekonomi, kekebalan, dsb.
⚫ Berdasarkan pemaparan:
◦ Pekerjaan
◦ Rekreasi
◦ Penggunaan obat-obatan

Kedua kelompok (berdasarkan ciri inang atau


pemaparan) mempengaruhi kepekaan dan
risiko pemaparan
Ciri lain yang juga diselidiki: jenis penyakit dan
kejadian wabah
⚫ Rate digunakan untuk mengidentifikasi
kelompok yang berisiko tinggi
⚫ Dibutuhkan pembilang (jumlah kasus) dan
penyebut (besar populasi)
⚫ Rate berdasarkan umur dan jenis kelamin
faktor yang paling kuat hubungannya
dengan pemaparan dan risiko terserang
penyakit

Rate
Gambaran kejadian wabah
berdasarkan tempat kejadian
⚫ Memberikan informasi tentang luasnya wialyah
yang terserang
⚫ Menggambarkan pengelompokkan atau pola lain
ke arah penyebab
⚫ Berupa: Spot map atau area map
⚫ Spot map: peta sederhana yang berguna untuk
menggambarkan tempat para penderita tinggal,
bekerja, atau kemungkinan terpapar
⚫ Area map: menunjukkan insidens atau distribusi
kejadian pada wilayah dengan kode/ arsiran
◦ Mencantumkan angka serangan (rate) untuk
masing-masing wilayah
Spot map
Area map
UJI HIPOTESIS
Formulasikan hipotesis
⚫ meliputi sumber agen penyakit
⚫ cara penularan (dan alat penularan atau
vektor)
⚫ dan pemaparan yang mengakibatkan sakit

Langkah 6: Membuat hipotesis


Hipotesis dapat dikembangkan
dengan cara:
a. Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang
penyakit itu:
∙ Apa reservoir utama agen penyakitnya?
∙ Bagaimana cara penularannya?
∙ Bahan apa yang biasanya menjadi alat
penularan?
∙ Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
b. Wawancara dengan beberapa penderita
c. mengumpulkan beberapa penderita mencari
kesamaan pemaparan.
d. Kunjungan rumah penderita
e. Wawancara dengan petugas kesehatan setempat
f. Epidemiologi diskriptif
Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis
dapat dinilai dengan salah satu dari dua
cara ini:
⚫ 1. Dengan membandingkan hipotesis
dengan fakta yang ada, atau
⚫ 2. Dengan analisis epidemiologi untuk
mengkuantifikasikan hubungan dan
menyelidiki peran kebetulan.

Langkah 7: Menilai Hipotesis


⚫ Merupakan teknik uji terbaik dalam
investigasi wabah pada populasi yang
kecil dan jelas batasnya
⚫ Dalam memeriksa informasi, ada tiga hal
yang harus diperhatikan:
◦ Attack rate tinggi pada mereka yang terpapar
◦ Attack rate rendah pada mereka yang tidak
terpapar
◦ Sebagian besar penderita terpapar, sehingga
pemaparan dapat menerangkan sebagian besar
dari kejadian

Penelitian Kohort
Penelitian Kohort
Penyakit Total

Exposure Ya Tidak

Ya a b a+b

Tidak c d c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

RR = Ie / Iu= a/(a+b) : c/(c+d)


⚫ Dilakukan apabila wabah terjadi,
populasinya tidak jelas batasannya

Penelitian kasus kontrol


Penelitian kasus kontrol
Penyakit Total

Exposure Ya Tidak

Ya a b a+b

Tidak c d c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

OR = (A/B) : (C/D)
OR = AD / BC
Uji Kemaknaan Statistik

Status Sakit Tak sakit Jumlah


keterpaparan

Terpapar a b H1

Tak terpapar c d H2

Jumlah V1 V2 T

T {| ad - bc| - (T/2)}2
χ2 = -------------------------------
V 1 x V 2 x H1 x H2
⚫ Penelitian Epidemiologi
◦ epidemiologi analitik
⚫ Penelitian Laboratorium dan Lingkungan
◦∙ Pemeriksaan serum
◦∙ Pemeriksaan tempat pembuangan
tinja

Langkah 8: Memperbaiki Hipotesis


dan mengadakan Penelitian tambahan
⚫ pengendalian seharusnya
dilaksanakan secepat mungkin
⚫ upaya penanggulangan biasanya hanya
dapat diterapkan setelah sumber wabah
diketahui
⚫ Pada umumnya, upaya pengendalian
diarahkan pada mata rantai yang
terlemah dalam penularan penyakit.
⚫ Upaya pengendalian mungkin diarahkan
pada agen penyakit, sumbernya, atau
reservoirnya.

Langkah 9: Melaksanakan
Pengendalian dan Pencegahan
⚫ Penyampaian hasil dapat dilakukan
dengan dua cara:
⚫ (1) Laporan lisan pada pejabat setempat
◦ dilakukan di hadapan pejabat setempat dan
mereka yang bertugas mengadakan
pengendalian dan pencegahan
⚫ (2) laporan tertulis

Langkah 10: Menyampaikan Hasil


Penyelidikan
⚫ Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai
rekomendasi yang tepat dan beralasan
⚫ Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara
ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat
dipertahankan secara ilmiah
⚫ Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan
tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah
(pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil,
diskusi, kesimpulan, dan saran)
⚫ Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan
⚫ Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari
isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila
terjadi hal yang sama di masa datang

Penyampaian hasil penyelidikan


⚫ a. Pendahuluan (gambaran peristiwa)
⚫ b. Latar belakang (geografis, politis,
ekonomis, demografis, historis)
⚫ c. Uraian tentang investigasi yang dilakukan
(alasan, metode, sumber informasi)
⚫ d. Hasil investigasi (fakta, karakteristik
kasus, angka serangan, tabulasi, kalkulasi,
kurva, pemeriksaan laboratorium,
kemungkinan sumber infeksi, suspek suatu
sumber penularan, dan lain-lain)

laporan tertulis
⚫ e. Analisis data dan simpulan
⚫ f. Uraian tentang tindakan
(penanggulangan)
⚫ g. Uraian dampak
⚫ Populasi: akibat kesehatan, hukum,
ekonomis
⚫ Tindakan penanggulangan terhadap
⚫ Populasi status kekebalan, cara hidup
⚫ Reservoir jumlah, distribusi
⚫ Vektor jumlah, distribusi
⚫ Penemuan penyebab menular baru
⚫ h. Saran (perbaikan prosedur surveilens
dan penang-gulangan di masa depan

Anda mungkin juga menyukai