Anda di halaman 1dari 2

genal Pajak Pertambangan

Pajak pertambangan adalah pungutan wajib yang dilakukan terhadap segala jenis aktivitas
pertambangan. Salah satu komoditas tambang yang terkena pajak pertambanganadalah batu
bara.

Lalu bagaimana penerapan aturan pajak pertambangan di Indonesia? Artikel ini akan


membahas lebih lanjut mengenai pajak pertambangan, khususnya pungutan PPN atas batu
bara. Simak penjelasannya di bawah ini.

Ruang Lingkup Aktivitas Pertambangan

Pertambangan merupakan serangkaian kegiatan yang mencakup pencarian, penggalian,


pengolahan, pemanfaatan, hingga penjualan barang galian (batu bara, migas dan mineral).
Industri ini dikenal sebagai aktivitas padat modal yang berisiko namun mendatangkan devisa
tinggi bagi negara.

Dasar hukum atas sektor pertambangan di Indonesia terdapat pada:

 UUD 1945 pasal 33 ayat 3.


 UU No. 11/1967 tentang pokok pengusahaan pertambangan.

Pajak Pertambangan Sumber Pemasukan Negara

Seperti diketahui bersama, penerimaan pajak merupakan salah satu sumber utama pemasukan
negara. Ditjen Pajak sebagai instansi di bawah kementerian keuangan menetapkan salah satu
misi fiskal terkait penerimaan dalam negeri dari sektor pajak, tak terkecuali pajak
pertambangan.

Sektor pertambangan memainkan peran yang penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
Dikutip dari beberapa media massa, kementerian ESDM bahkan mencatat pendapatan negara
dari sektor pertambangan mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Naiknya penerimaan pajak pertambangan ini diakibatkan kenaikan ekspor dan harga
komoditas tambang.

Pajak Pertambangan atas Batu Bara

Dari sejumlah komoditas, berdasarkan pasal 4A ayat 2 UU PPN 1984, batu bara yang belum
diproses menjadi briket batu bara termasuk dalam barang tidak dikenai PPN. 

Konsekuensinya, segala bentuk pengolahan batu bara baik berupa pemecahan, disliming, atau
penyaringan bahan galian sejak Januari 2001 belum dapat diperlakukan sebagai Barang Kena
Pajak (BKP). Namun, terdapat sejumlah pengecualian seperti diatur dalam Surat Direktur
Jenderal Pajak No. S-248/PJ. 51/ 2002.

Poin pentingnya dapat Anda baca di bawah ini:

 Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) yang telah


mendapat persetujuan DPR RI dan presiden, pengenaan pajaknya disesuaikan dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku secara umum, kecuali yang diatur secara khusus
dalam PKP2B.
 Belum ada maksud untuk mengubah atau meninjau kembali penetapan batu bara
sebelum diproses menjadi briket adalah bukan BKP.
 Apabila dalam PKP2B dinyatakan secara tegas bahwa penyerahan batu bara atas
kontraktor PKP2B dikenakan PPN, maka penyerahan batu bara oleh kontraktor
PKP2B dikategorikan sebagai penyerahan BKP sampai dengan tangal berakhirnya
PKP2B terkait. Sehingga perusahaan wajib memungut PPN yang terutang.
 Apabila dalam PKP2B tidak secara tegas dinyatakan bahwa penyerahan batu bara atas
kontraktor PKP2B dikenakan PPN, maka penyerahan batu bara sebelum diproses
menjadi briket batu bara oleh kontraktor PKP2B dikategorikan sebagai penyerahan
barang yang tidak dikenakan PPN.
Sehubungan dengan kontrak karya pengusahaan pertambangan batu bara ditetapkan Kepres
No. 75 tahun 1996, Keputusan Menteri Keuangan No. 702/KMK.04/1996 dan No
129/KMK.04/1997 tentang Pengelolaan dan Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara
Bukan Pajak dari Dana Hasil Produksi Batu Bara (DHPB). Beberapa poin penting yang
tercantum di dalamnya meliputi:

 Perusahaan kontraktor swasta wajib menyerahkan 13.5% dari hasil produksi batu
baranya kepada pemerintah secara tunai pada harga setempat (at sale point). Produksi
batu bara yang diserahkan kepada pemerintah, digunakan pemerintah untuk biaya
pengembangan batu bara, inventarisasi sumber daya batu bara, biaya pengawasan
pengelolaan lingkungan dan keselamatan kerja pertambangan serta pembayaran iuran
eksplorasi, royalty dan PPN. 
 Dana hasil produksi batu bara menjadi  bagian pemerintah sebesar 13,5% yang harus
diserahkan kontraktor swasta dalam rangka kontrak karya pengusahaan batu bara.
https://www.online-pajak.com/pajak-pertambangan

https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/175559/PP%20Nomor%2037%20Tahun%202018.pdf

Anda mungkin juga menyukai