Pengalaman terkait proses pembelajaran yg merefleksikan pemikiran KHD:
Pengalaman pembelajaran yg merefleksikan pemikiran KHD lebih tepatnya saya alami ketika pembelajaran di masa pandemi yang telah berlangsung lebih dari 1,5 tahun. Berdasarkan kurikulum darurat yang telah dirancang khusus di masa pandemi ini, peserta didik tidak dituntut untuk menyelesaikan ketercapaian kurikulum. Dengan demikian, saya lebih bebas mendesain pembelajaran yang mempertimbangkan bakat dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik saya tanpa harus khawatir dengan skor yang diperoleh siswa. Contohnya, saya mengajar Bahasa Inggris di kelas X memberikan tugas project untuk membuat Mind Map materi yang mereka temukan baik lewat internet/buku/materi yang di share di Google Classroom. Dengan kemampuan yg mereka miliki, mereka membuat tugas sesuai dengan kreativitas mereka. Setelah tugas selesai, karya mereka akan ditampilkan dalam sebuah pameran virtual. 2. ‘Menuntun’ dalam konteks sosial budaya di daerah saya bisa dilihat dalam implementasi konsep Tri Hita Karana yang merupakan tuntunan hidup bagi umat Hindu di Bali. Ini merupakan konsep budaya Bali yang mengajarkan tentang keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Contoh penerapannya keseimbangan manusia dengan tuhan seperti melaksanakan Tri Sandya, melaksanakan Yadnya Sesa setelah masak, turut beryadnya dalam upacara keagamaan, ikut bergotong royong di pura dan juga terlibat dalam persiapan piodalan pura. Sedangkan, penerapan menjaga keseimbangan manusia dengan manusia lainnya seperti Menjaga hubungan baik dengan setiap orang, Mengunjungi tetangga/keluarga yang sakit, membantu tetangga/sanak saudara yang memerlukan bantuan baik fisik maupun moril dan juga memberikan/meminta maaf jika ada kesalahan. Sementara itu, penerapan keseimbangan antara manusia dengan lingkungan yakni ikut serta membersihkan dan memelihara lingkungan, bergotong royong menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan juga saling menegur jika ada anggota masyarakat yang membuang sampah sembarangan. 3. Pendidikan Indonesia perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam terkait dengan lingkungan alam tempat peserta didik berada baik mencakup lingkungan sosial budaya maupun keadaan geografisnya. Sedangkan, kodrat zaman artinya perubahan dari waktu ke waktu. Nah, dalam hal ini Pendidikan di Indonesia harus mempertimbangkan kedua kodrat tersebut. Saya sebagai pendidik merancang rencana pembelajaran yang memperhitungkan lingkungan sosial budaya dan kondisi geografis peserta didik seperti pada kondisi saat ini saya mengajar di kec. Kubu, kabupaten Karangasem. Saya harus merancang pembelajaran yang sesuai dengan budaya /kearifan lokal di daerah tesebut. Kemudian terkait kodrat zaman, pembelajaran/kurikurum yang dirancang harus bersifat dinamis artinya mengalami perubahan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi. Seperti saat ini, perkembangan teknologi dan informasi sangat pesat, anak-anak didik sekarang lahir di era milineal, maka dari itu kurikulum/rencana pembelajaran harus menyesuaikan dengan perkembangan global yang dalam hal ini penguasaan keterampilan abad 21. 4. Dalam peran saya sebagai pendidik, relevansi Pendidikan yang berhamba/berpihak pada murid yakni saya lebih bertindak sebagai fasilitator, pembimbing ataupun pemimpin dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang saya terapkan lebih cenderung bersifat student-centered. Artinya, kegiatan pembelajarn lebih menfokuskan peran aktif siswa dalam pembelajaran, bertanggung jawab dan berinisiatif untuk menyesuaikan kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat memecahkan permasalahan, membangun serta mengkomunikasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya. Dengan demikian, pembelajaran disesuaikan dengan potensi, minat dan bakat peserta didik.