Anda di halaman 1dari 3

Untuk tatalaksana awal, pasien dilakukan pemberian O2 dengan NRM 15 lpm, pindah ke

ruangan RES, pasang monitor untuk evaluasi tanda vital, pemasangan jalur IV, pemeriksaan
EKG, pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap ulang (karena klinis pasien terlihat
anemis), fungsi hati, serum elektrolit, analisis gas darah, urine lengkap dan PP Test, pemeriksaan
CXR cito bed di RES serta memberikan KIE kepada keluarga pasien terkait kondisi pasien. Pada
pukul 14.10 Wib, tim GP melakukan konsultasi dengan pihak anestesi untuk tatalaksana
selanjutnya. Advice dari dr. Prihatma kriswidyatomo Sp. An adalah ybs sedang mengikuti
pelatihan, disarankan menghubungi PPDS Anestesi untuk divisite dan dikonsulkan ke DPJP
Anestesi di OK. Pada pukul 14.20 Wib, tim GP melakukan konsultasi dengan pihak Pediatri
karena dilihat dari usia pasien dan kecurigaan kearah Dengue syok sindrom, untuk tatalaksana
selanjutnya. Advice dari dr. Robby Nurhariansyah Sp. A adalah Infus RL 500 cc/1 jam,
pertahankan Oksigenisasi, pemeriksaan lab berupa Darah Lengkap ulang, hubungi PPDS
pediatri, konsultasi dan hubungi dr. Neurinda Sp. A, direncanakan ke ruang PICU. Pada pukul
14.26 wib, advis tambahan dari dr. Robby Nurhariansyah Sp. A adalah setelah infus RL 500
cc/jam dilanjutkan infus RD5 2000 cc/24 jam, periksa CRP dan Citobed CXR.
Pada pukul 14.36 WIB, Pasien mengalami Arrest. Tim IGD, TS anestesi, TS pediatri
berkolaborasi memberikan advice berupa stabilisasi airway, breathing dan circulation,
melakukan resusitasi jantung paru, Pemberian O2 dengan Jackson Rees 15 Lpm, pemasangan
jalur IV ganda untuk infus RL 500 cc/1 jam (kanan dan kiri), pemberian adrenalin, pemasangan
Endotracheal Tube, pemasangan vena sentral dan infus Gelofusin dan memberikan KIE kepada
keluarga terkait kondisi pasien yang memburuk dan persetujuan Tindakan. Pada pukul 14.40
WIB dilakukan pemberian adrenalin 1 amp pertama dan pemasangan Endotracheal tube, dan
pemasangan vena sentral. Pada pukul 14.45 WIB, dilakukan pemberian adrenalin 1 amp kedua
dan Gelofusin kolf 1. Pada pukul 14.50 WIB, dilakukan pemberian adrenalin 1 amp ketiga. Pada
pukul 14.55, pasien Return of spontaneous circulation (ROSC). Pada pukul 15.05 WIB,
dilakukan pemasangan adrenalin pump. Pada pukul 15.10 WIB, dilakukan pemasangan
nasogastric tube, Hematin dan Pemberian Gelofusin kolf II. Pada pukul 15.16 WIB, tim GP
mendapat advis tambahan dari dr. Robby Nurhariansyah Sp. A adalah infus Rl 500 cc/ 1 jam ,
injeksi Ceftriaxone 2x1 gram IV, Injeksi Omeprazole 2x1vial, Transamin 3x 250 mg, pasien
dipuasakan. Pada pukul 15. 40 WIB, tim GP mendapat advis tambahan dari dr. Robby
Nurhariansyah Sp. A adalah setelah masuk RL 1500 ml dilanjutkan pemeriksaan laboratorium
berupa Darah lengkap, FH, OT, PT ulang, serta pemberian Gelofusin diberhentikan. Pada pukul
15.45 WIB, tambahan advis dari dr. Robby Nurhariansyah adalah pesan transfuse PRC 2 kolf
dan FFP 2 Bag. Pada pukul 15.47 WIB, pasien ditransport ke ICU.
Pasien datang ke IGD RSUA pada pukul 07.30 pagi dengan keluhan perdarahan
pervaginam sejak 1 hari SMRS. Pasien merasakan perdarahan lebih banyak dari biasanya sejak
pukul 04.00 pagi. Pasien memakai pembalut dan sering ganti pembalut karena perdarahan yang
masih berlanjut. Pasien mengaku menstruasi hari ke 2. Pasien merasakan badannya lemas. Pasien
juga merasakan nyeri kepala. Menurut pasien dan ibunya, keluhan demam tidak ada. Pasien
menyangkal keluhan seperti mimisan dan bintik merah di kulit. Riwayat menstruasi dengan
perdarahan sebelumnya tidak ada. Riwayat perdarahan pervaginam lainnya tidak ada. Riwayat
bab darah dan muntah darah tidak ada. Riwayat perdarahan yang sukar berhenti tidak ada. Pasien
belum menikah dan tidak pernah hamil sebelumnya.
Pada primary survey tidak didapatkan sumbatan jalan nafas, pernafasan spontan tidak
ada retraksi dengan RR 22x/menit, dan saturasi oksigen 97% udara bebas, dengan heart rate
takikardi 103 x/menit, tensi 91/52 mmhg, akral hangat kering merah. Pasien datang dengan
keadaan sadar dengan GCS 456, pupil bulat, isokor, tidak ada jejas maupun luka, dengan suhu
36.0 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva sedikit anemis. Tim jaga IGD
mendiagnosis sementara dengan AUB. Selanjutnya dilaporkan ke bidan jaga untuk dibawa ke
bagian MNER IGD RSUA. Lalu pasien di periksa bidan dan PPDS Obgyn. Di MNER, pasien
dilakukan pemeriksaan penunjang Darah lengkap dan USG Abdomen, didapatkan nilai trombosit
8000 dan tidak ada kelainan dari USG dengan ukuran uterus 4,77x 2,19 cm. Pasien di diagnosis
dengan menstruasi hari ke 2 + Trombositopenia.
Advis dari PPDS Obgyn adalah injeksi asam tranexamat 500 mg IV, injeksi metamizole 1
gr IV, disarankan alih rawat ke bagian IPD. Pada pukul 13.50 wib, pasien dipindahkan dari
MNER ke IGD, dengan keluhan berdebar dan nyeri ulu hati. Pada primary survey tidak
didapatkan sumbatan jalan nafas, pernafasan tidak spontan tidak ada retraksi dengan RR
30x/menit, dan saturasi oksigen 70% udara bebas, dengan heart rate takikardi 140 x/menit, tensi
99/61mmhg, akral dingin kering pucat. Keadaan gelisah dengan GCS 456, pupil bulat, isokor,
dengan suhu 36.0 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis dan dispnea. Pasien
di re Assesment dari IGD dengan observasi Dispnea + syok hipovolemik + AUB + Menoragia
hari ke 2 + Trombositopenia ec Suspek Dengue syok sindrom. Pasien dilakukan penanganan
awal.
Pasien DSS membutuhkan penanganan darurat dan akses ke perawatan intensif. Sesuai
dengan pasien ini, ntuk tatalaksana awal, dengan menstabilisasi keadaan pasien dengan
pemberian O2 dengan NRM 15 lpm , pindah ke ruangan RES, pasang monitor untuk evaluasi
tanda vital, pemasangan jalur IV. Selanjutnya penanganan pasien dengan syok dimulai dengan
cairan intravena dengan larutan kristaloid isotonic 5-10 ml/kg/jam, dan pasien ini telah diberikan
koloid gelatin 10 ml/kg/jam agar syok dapat diatasi secepat mungkin.

Anda mungkin juga menyukai