Anda di halaman 1dari 1

Nama : Felice Marvenda Suteja

Fakultas : Pertanian
Instansi : Universitas Udayana

Pada workshop kali ini dibahas, tentang permasalahan pertanian yang ada di Bali. Dikatakan, bahwa
agar pertanian bali meningkat, pemerintah atau penyelenggara yang memiliki wewenang seharusnya
menaikkan alokasi APBN atau APBD. Jika, APBD dan UU terkait pertanian tidak di naikkan atau diberi
perhatian lebih, maka jangan harap pertanian Bali dapat bersaing dengan lebih baik, jangan harap
pertanian di Bali akan maju, semua itu semata-mata karena tidak ada anggaran.

Mendukung hal tersebut, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi
tanaman yakni, penyediaan benih dan bibit unggul, pengolahan tanah, penanaman dan jarak tanam,
pupuk dan pemupukan, pengairan, perlindungan tanaman ( gulma, hama Dan penyakit), pengendalian
pertumbuhan tanaman, dan penanganan pasca panen.

Produktivitas lahan yang hanya berasal dari satu tanaman (monokultur) dapat ditingkatkan dengan
penanaman dua atau lebih tanaman (tumpang sari) melalui pengelolaan secara tepat. Tumpang sar
disertai dengan pergiliran jenis tanaman secara tepat merupakan bentuk intensifikasi dan diversifikasi
tanaman dalam meningkatkan efektivitas penggunaan lahan, meminimalkan risiko kegagalan panen,
dan efisien dalam penggunaan saprodi dan tenaga kerja serta meningkatkan pendapatan petani. Juga,
produktivitas pertanian 50% ditentukan oleh ketepatan pemilihan bibit. Oleh karena itu, upaya
pengaturan pola tanam dan pergiliran tanaman harus diikuti dengan penggunaan bibit yang baik dan
pemeliharaan yang optimal.

Dilihat dari sisi pemasaran, agar pemasaran hasil pertanian lebih memihak ke petani/produsen maka
harus ada pembenahan lata niaga hasil pertanian, yaitu rantai pasok diperpendek. Disparitas harga
diseimbangkan agar produsent menikmati keuntungan lebih besar, dan petani tidak hanya sebagai price
taker. Manajemen petani tidak hanya teori semata tetapi harus diterapkan untuk memajukan pertanian.

Anda mungkin juga menyukai