ABSTRAK
Pengelolaan keuangan dan kekayaan negara menuntut kehati-hatian dan kecermatan dari
setiap aparatur yang terlibat. Ketika terjadi kerugian negara akibat tindakan pegawai baik secara
sengaja maupun kelalaian, pegawai yang bersangkutan berkewajiban memulihkan kembali
kerugian negara tersebut. Kepala Kantor/Satuan Kerja tempat terjadinya kerugian negara
tersebut juga diharuskan melakukan langkah-langkah penanganan penyelesaian kerugian
negara yang terjadi. Artikel ini mengupas hal-hal yang terkait dengan sistem dan prosedur
penyelesaian kerugian negara Non Bendahara di lingkungan Kementerian Keuangan.
Pendahuluan
Pernahkah Anda mendengar seorang pegawai di lingkungan kantor Anda kehilangan
kendaraan dinas ataupun aset dinas lain yang digunakannya? Atau adakah rekan kerja Anda
yang lulusan Program Diploma Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) mengundurkan diri dari
Pegawai Negeri Sipil (PNS), namun belum menyelesaikan kewajiban ikatan dinasnya? Kejadian-
kejadian tersebut berkaitan erat dengan masalah kerugian negara. Lebih tepatnya kerugian
negara Non Bendahara, karena kerugian tersebut terjadi di luar kewenangan seorang Bendahara
atau pegawai yang bersangkutan tidak dalam kedudukannya sebagai Bendahara.
Ketika seorang PNS terlibat dalam sebuah tindakan yang menyebabkan kerugian negara,
tentu saja yang bersangkutan berkewajiban untuk menyelesaikannya dengan membayar ganti
kerugian yang ditimbulkannya. Hal tersebut ditegaskan dalam pasal 35 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang berbunyi “Setiap pejabat negara dan
pegawai negeri bukan bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya baik
langsung atau tidak langsung yang merugikan keuangan negara diwajibkan mengganti kerugian
dimaksud.“ Timbul pertanyaan bagaimana yang bersangkutan harus menyelesaikan kerugian
dimaksud? Bagaimana mekanisme dan administrasi penyelesaian yang harus dilakukan oleh
instansi tempatnya bekerja? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, artikel ini
membahas masalah penyelesaian kerugian negara Non Bendahara di lingkungan Kementerian
berada dengan mengacu pada ketentuan peraturan yang ada.
Pengertian Kerugian Negara
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
yang dimaksud dengan kerugian negara adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang,
yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun
lalai (pasal 1 angka 22 UU No. 1 Tahun 2004). Menilik dari definisi tersebut, kerugian negara
adalah hasil perhitungan yang nyata atau riel, bukan masih berbentuk potensi kerugian.
Kerugian negara tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu kerugian negara Bendahara dan
kerugian negara Non Bendahara. Kerugian negara Bendahara adalah kerugian negara akibat
perbuatan melawan hukum seorang PNS dalam kedudukannya sebagai Bendahara. Sementara
itu, kerugian negara Non Bendahara adalah kerugian negara akibat perbuatan melawan hukum
seorang PNS yang bukan Bendahara atau tidak dalam kedudukannya sebagai Bendahara. Yang
dimaksud Bendahara disini adalah Bendahara Pengeluaran maupun Bendahara Penerimaan.
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja
Negara dalam pelaksanaan APBN pada Kantor/Satker Kementerian Negara/Lembaga.
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka
pelaksanaan APBN pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Dalam kasus,
misalnya seorang Bendahara menghilangkan atau menyalahgunakan uang persediaan yang
berada dalam tanggung jawab pengelolaannya, maka kerugian negara yang timbul masuk dalam
kategori kerugian negara Bendahara. Sebaliknya, ketika seorang Bendahara menghilangkan
laptop kantor yang digunakannya, maka kerugian negara yang timbul dikategorikan sebagai
kerugian negara Non Bendahara.
Kesimpulan
Terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian negara tentunya bukanlah sesuatu yang
diharapkan. Oleh karena perlu ada upaya nyata/konkrit dari setiap unsur aparat sebuah instansi
untuk mencegah terjadinya kerugian negara tersebut. Upaya yang bisa dilakukan adalah dengan
memberikan pemahaman yang memadai serta mengingatkan kepada para pegawai terkait tugas
dan tanggung jawab atas BMN yang diserahterimakan kepadanya. Terkait hal ini telah ditetapkan
prosedur tetap dalam penggunaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai Keputusan
Menteri Keuangan No. 21/KMK.01/2012 tentang Pedoman Pengamanan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan.
Namun demikian, jika tetap terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian negara Non
Bendahara maka Kepala Kantor/Satuan Kerja wajib melakukan langkah-langkah untuk
menyelesaikan kerugian negara Non Bendahara tersebut. Dalam praktiknya, sering terjadi
pegawai yang bertanggung jawab atas kerugian negara kurang kooperatif dan kurang disiplin
dalam penyelesaian kerugian negara tersebut. Kepala Kantor/Satuan Kerja harus melakukan
upaya agar pegawai yang bersangkutan kooperatif dalam menyelesaikan kerugian negara,
sehingga kerugian negara tersebut dapat dipulihkan kembali. Selama kerugian negara yang
timbul belum dilunasi oleh pegawai yang bertanggungjawab, kerugian tersebut akan dicatat dan
dilaporkan oleh Satuan Kerja yang bersangkutan sebagai Piutang TGR.
Daftar Pustaka
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.01/2014 tentang Ikatan Dinas bagi Pegawai
Negeri Sipil Lulusan Program Diploma Bidang Keuangan dan Ganti Rugi Bagi Mahasiswa
Dan Lulusan Program Diploma Bidang Keuangan di Lingkungan Kementerian Keuangan.