Modul 6 Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Modul 6 Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap
manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Musthafa Kemal Pasha (2002)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hak asasi manusia ialah hak-hak dasar yang
dibawa manusia sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah SWT.
Pendapat lain yang senada menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak dasar
yang dibawa sejak lahir dan melekat dengan potensinya sebagai makhluk dan wakil
Tuhan (Gazalli, 2004). Rumusan “sejak lahir” sekarang ini dipertanyakan, sebab bayi
yang ada dalam kandungan sudah memiliki hak untuk hidup. Oleh karena itu, rumusan
yang lebih sesuai adalah hak dasar yang melekat pada manusia sejak ia hidup.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua
manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama. Dengan
pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar yang
disebut hak asasi manusia. Jadi, kesadaran akan adanya hak asasi manusia tumbuh
dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat.
1) Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat manusia
adalah sama derajat dan martabatnya. Semua manusia adalah sederajat tanpa
membedakan ras, agama, suku, bahasa, dan sebagainya.
2) Landasan yang kedua dan yang lebih dalam: Tuhan menciptakan manusia. Semua
manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itu di hadapan Tuhan manusia adalah sama kecuali nanti pada amalnya.
Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada, karena
pengakuan atas harkat dan martabat yang sama sebagai manusia. Selama manusia
belum mengakui adanya persamaan harkat dan martabat manusia maka hak asasi
manusia belum bisa ditegakkan. Hak dasar seseorang atau kelompok tidak diakui dan
dihargai selama mereka dianggap tidak memiliki harkat dan derajat yang sama
sebagai manusia. Bila hak asasi manusia belum dapat ditegakkan maka akan terus
terjadi pelanggaran dan penindasan atas hak asasi manusia, baik oleh masyarakat,
bangsa, dan pemerintah suatu negara.
Pada masa lalu, manusia banyak yang belum mengakui derajat manusia lain.
Akibatnya banyak terjadi penindasan manusia oleh manusia lain. Misalnya penjajahan,
perbudakan, dan penguasaan. Bangsa Indonesia dahulu pernah mengalami penjajahan
bangsa lain. Kita sebagai bangsa sungguh menderita, sengsara, tertindas, dan tidak
bebas. Oleh karena itu, perjuangan menegakkan hak asasi manusia harus terus-
menerus dilakukan. Pada masa sekarang pun masih banyak manusia atau bangsa, yang
menindas manusia dan bangsa lain.
Hak asasi manusia wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.
Secara definitif, hak artinya kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang
atas sesuatu di luar dirinya (Suria Kusuma, 1986). Kebalikan dari hak adalah
kewajiban yang berarti tugas yang harus dijalankan manusia untuk mengakui
kekuasaan itu. Setiap orang memiliki hak dasar memeluk agama, yang berarti
kebebasan dan kewenangan dia untuk menganut suatu agama sedangkan orang lain
memiliki kewajiban untuk mengakui kewenangan orang tersebut. Hubungan ini akan
terjadi bilamana ada pengakuan yang sama antar-manusia itu sendiri.
Istilah hak asasi manusia bermula dari Barat yang dikenal dengan right of man
untuk menggantikan natural right. Karena istilah right of man tidak mencakup right of
women maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang lebih
universal dan netral (Gazalli, 2004).
Istilah natural right berasal dari konsep John Locke (1632-1704) mengenai hak-
hak alamiah manusia. John Locke menggambarkan bahwa kehidupan manusia yang asli
sebelum bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar perorangan yang alami.
Hak-hak alamiah itu meliputi hak untuk hidup, hak kemerdekaan, dan hak milik.
Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak lenyap tetapi justru harus dijamin dalam
kehidupan bernegara.
Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari hakikat hak
asasi manusia adalah (Tim ICCE UIN, 2003):
1. hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. Hak asasi
manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis.
2. hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,
asal usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
3. hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi
manusia meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi bahkan
melanggar hak asasi manusia.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar dari manusia. Apa saja yang termasuk
hak dasar manusia itu senantiasa berubah menurut ukuran zaman dan perumusannya.
a. Hak asasi pribadi (Personal Rights), misal, hak kemerdekaan, hak menyatakan
pendapat, hak memeluk agama.
b. Hak asasi politik (Political Rights), yaitu hak untuk diakui sebagai warga
negara. Misalnya, memilih dan dipilih, hak berserikat, hak berkumpul.
c. Hak asasi ekonomi (Property Rights), misal, hak memiliki sesuatu, hak
mengadakan perjanjian, hak bekerja, hak mendapat hidup layak.
d. Hak asasi sosial dan kebudayaan (Social and Cultural Rights), misal,
mendapatkan pendidikan, hak mendapat santunan, hak pensiun, hak
mengembangkan kebudayaan, hak berekspresi.
e. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(Rights of Legal Equality).
f. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tata cara peradilan dan
perlindungan (Procedural Rights).
Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam UUD
1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang
lahir pada 10 Desember 1945. Pengakuan akan hak asasi manusia dalatn Undang-
Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya, adalah sebagai
berikut.
Hak Asasi Manusia sebenarnya sudah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa negara Indonesia sendiri sejak masa berdirinya,
tidak bisa lepas dari Hak Asasi Manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada alinea
pertama yang berbunyi “ ...Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala
bangsa .,.” Berdasarkan hal ini, bangsa Indonesia mengakui adanya hak untuk
merdeka atau bebas.
Sila kedua Pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan landasan
idiil akan pengakuan dan jaminan hak asasi manusia di Indonesia.
Rumusan hak tersebut mencakup hak dalam bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya yang tersebar dari Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 UUD 1945. Namun,
rumusan-rumusan dalam konstitusi itu amat terbatas jumlahnya dan dirumuskan
secara singkat dan dalam garis besarnya saja.
Sampai pada berakhirnya era Orde Baru tahun 1998, pengakuan akan hak asasi
manusia di Indonesia tidak banyak mengalami perkembangan dan tetap berlandaskan
pada rumusan yang ada dalam UUD 1945, yaitu tertuang pada hak dan kewajiban
warga negara. Rumusan baru tentang hak asasi manusia tertuang dalam Pasal 28 A-J
UUD 1945 hasil amandemen pertama tahun 1999.
d. Ketetapan MPR
Dengan masuknya rumusan hak asasi manusia dalam UUD 1945 tersebut,
semakin kuat jaminan hak asasi manusia di Indonesia. Tugas negara selanjutnya
adalah mengadakan penegakan hak asasi manusia dan memberi perlindungan warga
dari tindakan pelanggaran hak asasi manusia.
a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk berdasarkan Keppres
Nomor 5 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993 yang kemudian dikukuhkan lagi
melalui Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang kedudukannya setingkat dengan
lembaga negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia. Komnas HAM
bertujuan:
c. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan
peristiwa tertentu dengan Keputusan Presiden untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi
sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia.
d. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
memberikan alternatif bahwa penyelesaian pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
berat dapat dilakukan di luar Pengadilan Hak Asasi Manusia, yaitu melalui Komisi
Kebenaran dan Rekonsiliasi yang dibentuk berdasarkan undang-undang.
Penegakan dan perlindungan tidak hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang
dibentuk negara. Masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam rangka penegakan dan
perlindungan hak asasi manusia. Masyarakat dapat membentuk lembaga swadaya
masyarakat (LSM). Lembaga swadaya yang dimaksud adalah organisasi atau lembaga
yang secara khusus dibentuk oleh masyarakat dengan tugas perlindungan dan
penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Lembaga-lembaga ini mengonsentrasikan
kegiatannya pada upaya penegakan dan perlindungan HAM, misalnya dengan menuntut
pihak-pihak yang telah melanggar HAM, melindungi korban HAM, menuntut keadilan,
dan sebagainya.
Ada keterkaitan erat antara demokrasi dengan hak asasi manusia. Berdasarkan
konteks sejarah, pada dasarnya perjuangan mewujudkan demokrasi juga merupakan
sejarah perjuangan menegakkan hak asasi manusia di dunia. Oleh karena itu, dewasa
ini isu mengenai demokrasi akan selalu berhubungan dengan isu mengenai hak asasi
manusia. Demokrasi dan hak asasi manusia adalah dua isu bahkan gerakan global yang
tak terelakkan.