Anda di halaman 1dari 10

TUMBUHNYA KAWASAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG

OTONOMI DAERAH SEBUAH TINJAUAN GEOGRAFIS


Oleh : Rindawati1

Abstrak

Industrialisasi merupakan pola tatanan masyarakat dari tradisional berganti ke


pola modern. Geografi memandang suatu industri itu bukan hanya dari sisi
keuntungan ekonomis semata, tetapi lebih menitikberatkan pada pemilihan lokasi
industri yang tepat dan diversifikasi areal industri ke daerah-daerah dengan tujuan
untuk mengembangkan potensi fisis dan manusia daerah. Dengan demikian dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah.

PENDAHULUAN
Indonesia saat ini sedang menggalakkan industrialisasi. Sektor industri
merupakan sektor yang amat penting dalam memberikan kontribusi perekonomian
negara selain migas. Pada dasarnya industri merupakan salah satu pranata dalam
masyarakat, yang saat ini menjadi ciri utama dalam kehidupan modern bahkan
untuk membedakan masyarakat modern dengan masyarakat tradisional.
Berkaitan dengan industrialisasi, fenomena yang muncul adalah tumbuhnya
kawasan industri yang terjadi diberbagai wilayah Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir ini. Dipandang dari kacamat geografi, industri adalah sebagai suatu
sistem merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia (Nursid
Sumaatmadja, 1979). Subsistem fisis yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan industri yaitu komponen-komponen lahan, bahan mentah atau
bahan baku, sumber daya energi, iklim dengan segala proses alamiahnya. Sedang
subsistem manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri
meliputi komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi,
keadaan politik, keadaan pemerintahan, transportasi dan komunikasi, konsumen
pasar.
Artikel ini menyoroti tentang pengembangan industri dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi daerah suatu pendekatan geografis. Tidak dapat dipungkiri
1

1
memang kalau keberadaan industri akan membawa banyak perubahan sosial yang
terjadi di masyarakat. Samuel Koering mengatakan bahwa perubahan sosial
menunjuk pada modifikasi – modifikasi yang terjadi dalam pola – pola kehidupan
manusia. Pendapat lain disampaikan oleh Selo Sumardjan bahwa perubahan sosial
adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-
nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat. Menurut Nasikun, pada dasarnya perubahan sosial terjadi melelui tiga
macam kemungkinan: penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh system
social tersebut terhadap perubahan yang dating dari luar (extra systemic change),
pertumbuhan melalui proses diferensiasi structural dan fungsional, serta
penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat.
Perubahan sosial itu sendiri dibagi dalam beberapa kategori yaitu perubahan
kecil dan perubahan yang besar. Sedang proses perubahan yang terjadi akibat
industrialisasi termasuk kategori perubahan yang pengaruhnya besar. Perubahan
di dalam sistem social pada umumnya terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-
penyesuaian, dan tidak secara revolusioner. Perubahan yang terjadi secara drastis
pada umumnya hanya mengenai bentuk luarnya saja, sedangkan unsur-unsur
sosial budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami
perubahan (Nasikun,2009).
Fenomena yang terjadi nyata akibat industrialisasi adalah perubahan
struktur masyarakat agraris menjadi masyarakat industri yang implikasinya pada
perubahan mata pencaharian, pola hidup, perilaku, pola pikir, dan perubahan-
perubahan yang disebabkan oleh kaum urban. Ketidaksiapan dalam
mengantisipasi perubahan menyebabkan sebagaian masyarakat pinggiran terpaksa
tersingkir. Kehadiran kawasan industri bararti terjadinya alih guna lahan.
Sebagian besar kawasan industri di Indonesia menempati areal yang semula
sebagai areal pertanian. Dengan demikian alih guna lahan yang dimaksud adalah
alih guna lahan dari pertanian menjadi industri, berarti terjadi perubahan mata
pencaharian dari pertanian ke industri atau non pertanian.

2
__________________________________________________________________
Penulis adalah Dosen Pendidikan Geografi Uneversitas Negeri Surabaya (UNESA)

PEMBAHASAN
Masalah kependudukan yang sedang dialami negara Indonesia dewasa ini
adalah persebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah. Jawa dan
Madura dapat dikatakan sangat padat penduduknya, sedangkan wilayah di luar
Jawa masih renggang penduduknya. pengaliran penduduk dari luar Jawa ke Pulau
Jawa berjalan terus. Kontradiksi semacam ini dapat dikatakan sukar dicegah, jika
tidak ada usaha yang komprehensip untuk mengatasinya. Salah satu usahanya
adalah melalui persebaran industri ke wilayah-wilayah di luar Jawa.
Persebaran industri ke luar Jawa ini harus dilakukan dengan penelitian dan
pengkajian yang cermat berkenaan dengan potensi sumber-daya daerah yang
dapat dikembangkan, faktor transportasi dan komunikasinya, dan kebijaksanaan
sosial-politik yang dapat menunjang kelangsungan dan kelanggengan industri
tersebut. Sedangkan faktor atau komponen tenaga kerjanya dikaitkan secara
mantap dengan usaha menyebarkan penduduk dari Pulau Jawa ke lokasi industri
yang bersangkutan. Kebijaksanaan sosial-politik dalam hal ini harus menunjang
untuk merangsang pemindahan kelebihan tenaga kerja di Jawa ke luar Jawa.
Masalah lain yang juga sedang dialami masyarakat Indonesia yaitu
perbedaan masalah dan perkembangan sosial ekonomi antara daerah pedesaan dan
daerah perkotaan. Daerah pedesaan yang agraris dapat dikatakan sangat terbatas
menampung tenaga kerja. Kelebihan tenaga kerja di daerah pedesaan ini akan
mengarus ke daerah perkotaan, padahal daerah perkotaan ini juga mempunyai
permasalahannya sendiri yang cukup unik. Masalah perumahan, sanitasi yang
kurang sehat, kekurangan air bersih, pengangguran, kriminalitas, dan lain-lain
sebagainya, merupakan permasalahan yang harus diatasi. Adanya arus penduduk
dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan, menjadi beban tambahan bagi daerah
perkotaan. Untuk menghadapi sistem masalah ini, harus ada penelitian dan

3
pengkajian menyeluruh yang saling berkaitan. Salah satu alternatif usaha
pemecahannya yaitu dengan penyebaran pembangunan industri ke daerah
pedesaan.
Lokasi penyebaran industri ke daerah pedesaan harus sesuai dengan kondisi
geografi daerah pedesaan yang bersangkutan. Kondisi geografi ini menyangkut
potensi daerah yang dapat dikembangkan sebagai sumber daya industri, baik yang
menyangkut sumber mineral dan energinya, maupun yang menyangkut
transportasi & komunikasi dengan kondisi fisisnya. Sedangkan komponen tenaga
kerja sedapat mungkin harus memanfaatkan kelebihan tenaga kerja di daerah
pedesaan. yang bersangkutan. Bahkan harus ada usaha untuk dapat menarik
penduduk setempat. yang telah mengarus ke daerah perkotaan. Melalui upaya
yang demikian itu secara mantap dan terarah, selain potensi desa dan kelebihan
tenaga di daerah pedesaan dapat dikembangkan, masalah-masalah yang dihadapi
daerah perkotaan juga dapat dikurangi. Usaha menyeimbangkan daerah perkotaan
dengan daerah pedesaan, dapat terwujudkan. Keseimbangan ekologi antara kedua
daerah itu secara lambat laun dapat dicapai.
Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas, lokasi dan penyebaran industri
tersebut, harus disesuaikan dan diarahkan dengan usaha mencari jalan ke luar dari
masalah kependudukan yang sedang dialami Indonesia. Usaha meningkatkan
pendapatan nasional melalui pembangunan industri ini tidak akan bernilai
kemasyarakatan, jika tidak diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh, kesejahteraan masyarakat di daerah pedesaan dan di daerah perkota-
an, masyarakat di Jawa dan di luar Jawa. Keadilan yang merata melalui
pembangunan industri ini berarti mulai dari daerah sampai ke pusat, mulai dari
daerah pedesaan sampai ke daerah perkotaan, dan mulai dari wilayah di luar Jawa
sampai ke Pulau Jawa. Tidak hanya dikembangkan dan dipusatkan di wilayah
tertentu saja.
Berdasarkan hal tersebut banyak negara berkembang dalam upaya
pengembangan wilayah menerapkan pendekatan pusat-pusat pertumbuhan dan
meletakkan sektor industri sebagai sektor unggul. Disamping itu pemerintah

4
Indonesia telah memberlakukan otonomi daerah dan memberi kebebasan seluas-
luasnya kepada daerah-daerah tingkat I dan II di seluruh Indonesia untuk
mengelola sumber-sumber alam yang terdapat didaerah masing-masing.
Hadirnya kawasan industri tentu saja terjadi divesifikasi mata pencaharian.
penduduk yang semula hanya bermatapencaharian satu sumber menjadi beberapa
sumber. Dengan begitu terjadilah pola nafkah yang ganda pada masyarakat di
sekitar kawasan industri, misalkan membuka kos-kos-an untuk pekerja pabrik
(industri), membuka kantin, warung, dan lain-lain. Menurut hasil penelitian
Indrasawari, pola nafkah ganda itu terjadi biasanya bukan pada penduduk
pendatang tetapi pada penduduk lokal yang berdekatan dengan lokasi industri.
Berbicara masalah lokasi industri, secara geografis suatu industri itu
berdiri harus mempertimbangkan lokasi yang tepat. Lokasi yang dimaksud adalah
bisa di pedesaan atau di perkotaan. Deferensisasi areal industri ini dimaksudkan
untuk pemerataan pembangunan terutama daerah-daerah yang masih kurang maju,
tetapi secara geografis sangat tepat dijadikan kawasan industri. Oleh karena itu
pengkajian geografi tentang deferensiasi areal industri harus diarahkan pada
pemilihan kawasan yang tepat dan sesuai dengan industri yang akan
dikembangkan dengan potensi sumber-sumber daya alam yang ada.
Berkaitan dengan pengembangan industri di pedesaan bila dikaitkan
dengan teori dualisme yang digunakan oleh Geertz dikatakan bahwa sumber daya
manusia di pedesaan jawa dalam perkembangannya mengalami proses involusi
karena ada pengaruh sistem sosial ekonomi yang mendua. Disatu pihak sektor
moderen/industri yang mengalami perkembangan dan mampu melaksanakan
akumulasi modal yang sangat penting untuk pembangunan. Di pihak lain sektor
tradisional/pertanian kurang dapat berkembang dan tidak dapat dijadikan
akumulasi modal karena sebagaian besar dari mereka terbelenggu dengan
kemiskinan serta kualitasnya rendah. Adapun sektor industri diharapkan mampu
memberikan akumulasi modal yang besar untuk membiayai program-program
pembangunan untuk menekan keterbelakangan dan kemiskinan terutama
ditujukan pada masyarakat pedesaan. Untuk mencapai tujuan itu pembangaunan

5
sektor pertanian harus didukung dengan pembangunan industri yang sesuai
dengan hasil pertanian yang tersedia.
Perkembangan industri, merupakan perkembangan kehidupan lebih lanjut
dari proses cara manusia memenuhi kebutuhan materi. Suatu masyarakat
tradisional, sebelum dapat memasuki kehidupan industri, lebih dulu menjalani
prakondisi untuk tinggal landas (preconditions for take off) atau masa transisi, dan
kemudian baru dapat melakukan tinggal landas (take off) ke suasana
pembangunan industri. Masa transisi ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Perkembangan industri pada masa transisi ini dapat dikatakan baru
menjajagi ke arah pertumbuhan yang akan dimatangkan jika kondisi untuk tinggal
landas itu telah penuh. Pada saat ini pemindahan teknologi atau alih teknologi,
(trasfer of technology) telah mulai terjadi. Pada saat inilah perlu adanya
kehati-hatian, supaya pada masa yang akan datang tidak terjadi ketimpangan.
Oleh karena itu kita perlu menerapkan konsep teknologi tepat.
Teknologi tepat ini biasa disebut pula teknologi Adaptif, yaitu alih teknologi
dari negara-negara maju yang disesuaikan dan diserasikan dengan
pertimbangan-pertimbangan keadaan lingkungan masyarakat yang
menerapkannya. Untuk menerapkan teknologi tepat atau teknologi adaptif inilah
perlunya pengkajian keruangan.
Berdasarkan penelaahan studi geografi, penerapan teknologi adaptif pada sektor
industri berarti :
(1) tepat sesuai dan serasi dengan kondisi fisis-geografis wi1ayah yang akan
dikembangkan sektor industrinya. Penerapan teknologi tersebut tidak
menimbulkan terjadinya erosi, kekeringan (kekurangan air tanah), dan tidak
menimbulkan pencemaran. Oleh karena itu, kemiringan lahan, pengaliran
air (sungai dan. air tanah), dan pengaliran udara (angin) harus benar-benar
diteliti dan dikaji lebih dulu.
(2) tepat sesuai dan serasi dengan kondisi ekonomi setempat. Kondisi ekonomi
masyarakat yang ada pada masa transisi umumnya masih agraris. Oleh
karena itu penerapan teknologi adaptif dalam rangka pengembangan industri

6
ini, harus menunjang dan membantu sektor agraris. Janganlah menerapkan
teknologi yang menyaingi atau lebih jauh lagi mematikan sektor agraris.
(3) Tepat sesuai dan serasi dengan kondisi demografi setempat. Untuk Indonesia
pada saat ini, harus menerapkan teknologi padat karya, terutama bagi
daerah-daerah yang padat penduduknya. Penerapan teknologi padat karya
dalam rangka pembangunan industri di daerah yang renggang penduduknya,
harus merangsang penarikan dan penyerapan tenaga kerja dari daerah lain
yang padat Penduduknya. Dengan demikian, pembangunan industri ini juga
berfungsi meratakan penduduk. Kemungkinan terjadinya – ketimpangan
sosial dalam bentuk penciptaan pengangguran, harus benar-benar dicegah.
(4) dapat memberikan lapangan usaha dan lapangan kerja baru bagi penduduk
setempat, terutama bagi para petani yang masih terikat oleh lapangan di
sektor pertanian yang sudah jenuh.
Rencana pembangunan dan pengembangan industri, tidak hanya
menyangkut ruang sebagai wadahnya, melainkan menyangkut pula jenis dengan
segala komponen yang mengisi wadah yang. bersangkutan. Oleh karena itu,
pengkajian geografi tentang diferensiasi areal industri harus diarahkan kepada
pemilihan kawasan yang tepat dan sesuai dengan jenis industri yang akan
dikembangkan pada kawasan tersebut berdasarkan potensi yang ada di
dalamnya.
Pemilihan dan penentuan wilayah yang akan dijadikan kawasan industri
dapat dikaji dengan menerapkan analisa varian. Sedangkan item atau individu
yang diperbandingkan pada calon kawasan pembangunan industri itu terdiri dari,
subsistem-subsistem dan komponen-komponen yang mendukung pembangunan
industri tersebut. Komponen-komponen itu meliputi potensi sumber daya yang
dapat dijadikan bahan dasar industri, sumber-daya energi, keadaan lahan dengan
kondisi morfologinya, kemungkinan pengembangan transportasi & komunikasi,
kemungkinan daya tarik tenaga kerja, kemungkinan pengembangan teknologi
lebih lanjut, kemungkinan. usaha menjaga kelestarian lingkungan, kemungkinan
pemasaran lokal, nasional dan ke luar negeri. Perlu dicatat di sini, terutama

7
pembangunan industri untuk daerah yang renggang penduduknya, sumber tenaga
kerja tidak dikhususkan untuk, penyediaan lapangan. kerja setempat, melainkan
terutama untuk menarik kelebihan tenaga, kerja di daerah yang padat
penduduknya.
Pembangunan industri dalam rangka mengatasi masalah penduduk yang
tidak merata, lokasinya harus diarahkan ke daerah yang masih renggang
penduduknya. Untuk dapat menarik kelebihan tenaga kerja di daerah yang padat
penduduknya, harus ada pengkajian khusus tentang daya tarik ke kawasan
industri yang bersangkutan. Daya tarik ini meliputi fasilitas dan pelayanan sosial
yang memadai. Fasilitas dan pelayanan tadi meliputi balai pengobatan
(PUSKESMAS, rumah sakit), pasar dan tempat perbelanjaan, lembaga
pendidikan, tempat rekreasi - Olah raga - hiburan, tempat beribadat, dan lain-lain
sebagainya. Ini semua merupakan kebutuhn primer penduduk yang secara wajar
harus tersedia, demi terikatnya mereka oleh ruang tempat mencari nafkah. Untuk
mengikat penduduk kerasan pada tempatnya, kesejahteraan mental-spiritual dan
fisik-biologis harus mendapat jaminan.
Pembangunan industri (industrialisasi) yang dimaksudkan untuk
meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan penduduk, juga harus
sejalan dengan pemecahan masalah-masalah lainnya dan sedapat mungkin tidak
menimbulkan masalah baru yang lebih gawat. Oleh karena itu, baik potensi
pengembangan industri maupun masalah yang sedang dialami masyarakat dan
negara, harus diteliti secara sungguh-sungguh. Potensi berbagai daerah dengan
segala masalah yang ada pada daerah yang bersangkutan, harus diintegrasikan
sebagai suatu upaya untuk mensejahterakan masyarakat dan daerah yang
bersangkutan.
Demikianlah berbagai analisa yang dapat diterapkan pada pengkajian aspek
industri melalui studi geografi pada ruang atau region tertentu.

PENUTUP

8
Kehadiran kawasan industri di Indonesia memang sangat diharapkan
walaupun ada dampak positif dan negatifnya. Dampak positif yang ditimbulkan
adalah banyaknya penyerapan tenaga kerja, terbukanya peluang diversifikasi mata
pencaharian, keduanya akan membawa dampak mengurangi jumlah pengangguran
dan meningkatkan taraf hidup masyarakat disekitar kawasan industri. Perubahan
pola hidup, perilaku, dan cara berpikir terjadi seiring dengan perubahan struktur
masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Pola hidup masyarakat agraris
lebih berorientasi pada alam dengan irama kehidupan yang relatif tetap.
Sedangkan kehadiran industri pola hidup tidak lagi tergantung pada alam, irama
kerja berlangsung terus menerus sepanjang tahun. Menyebabkan denyut
kehidupan industri tidak pernah berhenti. Dipihak lain kehadiran industri
membawa dampak negatif berupa tingginya arus pendatang / urban menyebabkan
pertambahan penduduk tidak terkendali. Hal ini dapat menimbulkan berbagai
masalah sosisal atau konflik-konflik sosial.
Melihat sumbangan sektor industri yang sangat besar terutama dalam
menunjang proyek-proyek pembangunan, seyogyanya sektor industri harus tetap
dikembangkan dan disesuaikan dengan pemilihan lokasi industri yang tepat agar
tidak menimbulkan masalah baik sosial maupun lingkungan.

Daftar Pustaka

 Bintarto, 1998, Geografi, Ilmu dan Aplikasi, Sebuah Informasi, Surakarta,


UMS.
 Bintarto dan Surostopo, 1979, Metode Analisa Geografi, Jakarta, LP3ES.
 Indraswari, 1992, Tumbuhnya Kawasan Industri Melalui Pendekatan
Sosiologi
 Nursid Sumaatmadja, 1979, Geografi Pendekatan Keruangan, Bandung,
Alumni.
 Nasikun,2009, Sistem Sosial Indonesia,Jakarta, PT RajaGrafindo,

9
 Soetrisno, Loekman, 1996, Pengembangan Kelembagaan dan Partisipasi
Masyarakat, Bogor, Depdikbud.
 Soekanto Soerjono, 1988, Sosiologi Suatu Pengantar, CV Rajawali, Jakarta
 Suhandi, A, et al, 1990, Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Akibat
Pertumbuhan Industri, Jakarta, Debdikbud.
 Tadjudin, 1996, Pengembangan Wilayah Dan Kualitas Sumber Daya Manusia,
Yogjakarta, UGM.

10

Anda mungkin juga menyukai