Anda di halaman 1dari 3

Apa Itu Imaginer Line atau Garis Imajiner

Di dunia videografi, kata imaginer line atau garis imajiner sudah tidak asing lagi. Garis imajiner
adalah garis khayal yang menjadi acuan bagi cameraman dalam mengambil gambar. Tanpa
panduan garis imajiner maka gambar yang diambil akan memberikan informasi yang salah.

Jika cameraman menyeberangi garis imajiner maka gambar akan memberikan informasi yang
salah. Untuk menentukan garis imajiner cameraman harus menentukan dahulu shot utama yang
akan diambil.

Pada gambar di atas ditunjukkan posisi kamera B sebagai shot utama. Garis khayal di antara dua
subyek yang berhadapan menjadi garis imajiner sehingga jika cameraman mengambil gambar
pada posisi kamera A dan C, maka shot yang diambil dari posisi camera B, A dan C merupakan
rangkaian shot yang dapat disambung menjadi sekuen.

Dengan demikian karena pengambilan gambar yang menyeberangi garis imajiner dapat
membingungkan penonton maka perlu diperhatikan posisi garis imajiner ini.
Garis imajiner adalah garis khayal yang menjadi acuan bagi cameraman  dalam mengambil
gambar. Jika cameraman menyeberangi garis imajiner maka gambar akan memberikan informasi
yang salah. Untuk menentukan garis imajiner cameraman harus menentukan dahulu shot utama
yang akan diambil. Pada gambar di bawah menunjukkan posisi kamera kesatu sebagai shot
utama. Garis khayal di antara dua subyek yang berhadapan menjadi garis imajiner sehingga jika
cameraman mengambil gambar pada posisi kamera dua dan tiga, maka shot yang diambil dari
posisi camera satu, dua dan tiga merupakan rangkaian shot yang dapat disambung menjadi
sekuen. Sedangkan shot yang diambil dari posisi empat dan lima tidak dapat disambung karena
melanggar atau menyeberangi garis imajiner.
                        Ketika cameraman mengambil gambar dari obyek yang sedang bergerak maka
pada dasarnya obyek itu memiliki arah gerakan atau ke arah mana obyek itu bergerak dan
gerakan tersebut bisa menjadi acuan sebagai garis arah gerakan (garis imajiner untuk obyek
bergerak). Misalnya cameraman mengambil gambar  mobil yang sedang berjalan, maka yang
menjadi acuan garis arah gerakan adalah ke mana arah mobil tersebut bergerak. Pada shot yang
diambil dari posisi A, mobil bergerak dari kanan ke kiri, namun pada posisi B mobil akan
nampak berubah arah yaitu bergerak dari kiri ke kanan. Shot yang dihasilkan dari posisi B
memberikan kontradiksi dan kejanggalan karena cameraman menyeberangi garis arah gerakan.
Jika kedua shot disambung maka akan memberi kesan kedua mobil tersebut akan bertabrakan.

                     Pengambilan gambar yang menyeberangi garis imajiner dapat membingungkan


penonton, namun cameraman dapat menghindarinya dengan menyisipkan sebuah gambar  netral 
yang dapat diambil dari garis imajiner.
  Shot A tidak dapat disambung dengan shot B karena perbedaan arah lompatan kuda. Agar
kedua gambar tersebut dapat disambung maka perlu gambar perantara (bridging) yaitu gambar C
yang menunjukan terjadinya perubahan arah.

Sumbu percakapan (convertion axis, axis of action)


Apabila dua buah kamera mengambil gambar dua orang yang sedang berbincang-bincang, posisi
kamera harus diletakkan pada satu bagian sumbu percakapan yang menghubungkan kedua orang
tersebut. Sehingga garis kamera pertama dengan orang pertama dan garis kamera kedua dengan
orang kedua akan membentuk garis potong, selanjutnya kedua garis potong tersebut akan
membentuk segitiga dengan sumbu percakapan.
Aturan 180 derajat

Aturan 180 derajat merupakan rumusan yang bisa digunakan oleh cameraman ketika akan
membuat kesinambungan antar shot dalam suatu adegan. Yang dinamakan “line” adalah garis
imajiner atau garis khayal atau imaginary line. Garis imajiner merupakan garis pembatas kanan
dan kiri 180 derajat. Metode ini berlaku untuk penggunaan pada produksi single kamera atau
multi kamera. Jika garis ini dilanggar atau crossing the line maka :

1. Bisa mengakibatkan terpecahnya perhatian penonton.


2. Bisa merusak continuitas yang telah terbentuk.

Anda mungkin juga menyukai