KASUS I

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

I. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari buku ini, pembaca diharapkan dapat:
1. Membuat bukti pemotongan pajak pada setiap masa pajak
2. Membuat dan mengisi SPT Masa PPh Pasal 21/26
3. Membuat bukti pemotongan (1721 A1) bagi pegawai tetap pada akhir tahun

II. RANGKUMAN MATERI

A. Pengertian
Pajak penghasilan Pasal 21 (PPH 21) merupakan pajak yang dibebankan
terhadap wajib pajak orang pribadi dalam negeri atas penghasilan yang terkait
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Penghasilan yang dimaksud meliputi upah,
gaji, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Apabila penghasilan tersebut diterimakan terhadap wajib pajak
luar negeri, maka diatur dalam pasal 26 sehingga disebut PPH pasal 26.

B. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

Perhitungan PPH 21 dirumuskan dengan:

PPH Pasal 21= Tarif X Dasar Pengenaan

Tarif PPH pasal 21 berdasar Tarif pasal 17 ayat 1 Undang-Undang no 36 tahun

2008:
Rp 0 s/d Rp 50.000.000 5%
Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 15 %
Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 25 %
Diatas Rp 500.000.000 30 %

Dasar pengenaan dan pemotongan PPH 21/26:

1. Penghasilan Kena Pajak
2. Penghasilan bruto
3. Sebesar 50 % dari penghasilan bruto
 4. Sebesar 505% dari kumulatif penghasilan bruto

C. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2008, PTKP (Penghasilan Tidak Kena
Pajak) adalah kompenen pengurang dalam menghitung besarnya pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi.
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per tahun adalah sebagai berikut:
1. WP Pribadi : Rp 54.000.000
2. Tambahan WP Kawin : Rp 4.500.000
3. Tambahan setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda pada garis
keturunan lurus maksimal 3 orang untuk setiapp keluarga Rp 4.500.000

D. Cara Perhitungan PPH pasal 21

Perhitungan PPH pasal 21 dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Penghasilan Bruto
1. Gaji sebulan Rp xxx
2 Tunjangan PPH Rp xxx
3 Tunjangan dan Honorarium lainnya Rp xxx
4 Premi JKK, JK, JPK, dibayar pemberi kerja Rp xxx
5 Penerimaan dalam bentuk natura yang dikenakan pemotongan PPH 21 Rp xxx
6 Jumlah Penghasilan Bruto (1s.d 5) Rp xxx
Pengurangan
7. Biaya jabatan( 5% dari penghasilan bruto max Rp 500.000/bulan) Rp xxx
8. Iuran pensiun, JHT/THT (yang dibayar oleh penerima penghasilan) Rp xxx
9 Jumlah Pengurangan (7 s.d 8) Rp xxx
Perhitungan PPH 21
1 Penghasilan netto sebulan (6 – 9) Rp xxx
0
1 Penghasilan netto setahun/ disetahunkan (10 X 12 bulan) Rp xxx
1
 1 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Rp xxx
2
1 Penghasilan Kena Pajak (11 – 12) Rp xxx
3
1 PPH pasal 21 yang terhutang ( 13 X tarif pasal 17(1) ) Rp xxx
4
1 PPH pasal 21 sebulan (14÷12 bulan) Rp xxx
5

III. PROSEDUR PRAKTIKUM

Untuk dapat menyelesaikan praktikum kasus 1, prosedur/langkah kerja yang
harus dilakukan yaitu:
1. Baca dan pahami soal kasus serta informasi tambahan mengenai BPJS ketenaga
kerjaan
2. Berdasarkan data dasar perhitungan BPJS maka data yang harus dikumpulkan
sebelum melakukan perhitungan iuran bulanan bpjs ketenagakerjaan adalah
sebagai berikut:
a. Anda harus mengetahui data gaji pokok dan tunjangan tetap setiap
karyawan/pegawai
b. Mengetahui nilai UMR/UMP/UMK wilayah setempat yang berlaku
c. Sudah menentukan tingkat resiko lingkungan kerja, ini untuk menentukan nilai
persentase untuk perhitungan iuran jaminan keselematan kerja. besarannya
biasanya akan selalu dievaluasi paling lama  setiap 2 (tahun) sekali.
3. Hitunglah PPH 21 pengawai tetap setiap bulan
4. Hitunglah PPH 21 untuk pegawai lepas dan borongan
5. Hitunglah pph 21 atas bonus (THR) yang diterima karyawan tetap
6. Buatlah bukti pemotongan pajak pada setiap masa pajak bulan Januari sampai
Desember 2022
7. Buatlah/Isi ke dalam SPT Masa PPh Pasal 21/26 bulan Januari sampai Desember
2022
8. Buatlah bukti pemotongan (1721 A1) bagi pegawai tetap pada akhir bulan
Desember 2022
 DAFTAR BIAYA PAJAK PENGHASILAN
BUKTI PEMOTONGAN
PASAL 21 BAGI PEGAWAI TETAP ATAU FORMULIR 1721 - A1
PENERIMA PENSIUN ATAU TUNJANGAN HARI Lemb ar 1 : Unt uk Penerima Peng has ilan

TUA/JAMINAN HARI TUA BERKALA Lemb ar 2 : Unt ung Pemo to ng

KEMENTERIAN KEUANGAN RI M A S A P ER O LEHA N

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK P EN G HA S ILA N [ mm - mm]

NOMOR : H. 0
1 . 1 - - - H. 0 2 -

NPWP
- -
PEMOTONG : H.0 3
NAMA
PEMOTONG : H.0 4

A. IDENTITAS PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG

1. NPWP :A . 0 1 - - 6. STATUS / JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA UNTUK PTKP
2. NIK/NO : K/ TK/ A.0 8 HB/ A.0 9
A .0 7
PASPOR A . 0 2
3. NAMA :A . 0 3 7. NAMA JABATAN :
A . 10
4. ALAMAT : 8. KARYAWAN ASING : YA
A.0 4 A . 11

9. KODE NEGARA DOMISILI :

A . 12
5. JENIS KELAMIN :A . 0 5 LAKI-LAKI A .0 6 PEREMPUAN

B. RINCIAN PENGHASILAN DAN PENGHITUNGAN PPh PASAL 21

URAIAN JUMLAH (Rp)
KOD E O B J E K P A J A K : 2 1-10 0 -0 1 2 1- 10 0 - 0 2

P E N GH A S ILA N B R UT O :

1. GAJ I/P ENS IUN ATAU THT/J HT

2. TUNJ ANGAN P P h

3. TUNJ ANGAN LAINNYA. UANG LEM B UR DAN S EB AGAINYA

4. HONOR AR IUM DAN IMB ALAN LAIN SEJ ENIS NYA

5. P R EMI AS UR ANS I YANG DIB AYAR P EMB ER I KER J A

6. P ENERIMAAN DALAM B ENTUK NATUR A DAN KENIKMATAN LAINNYA YANG DIKENAKAN P EM OTONGAN P P h P AS AL 21

7. TANTIEM, B ONUS, GR ATIFIKAS I, J AS A P R ODUKS I DAN THR

8. J UM LAH P ENGHAS ILAN B R UTO (1 S .D. 7)

P E N GUR A N GA N :

9. B IAYA J AB ATAN/B IAYA P ENS IUN

10. IUR AN P ENS IUN ATAU IUR AN THT/J HT

11. J UM LAH P ENGUR ANGAN ( 9 S .D. 10)

P E N GH IT UN GA N P P h P A S A L 2 1 :

12. J UM LAH P ENGHAS ILAN NETTO (8 - 11)

13. P ENGHAS ILAN NETO MAS A P AJ AK S EB ELUMNYA

14. J UM LAH P ENGHAS ILAN NETO UNTUK P ENGHITUNGAN P P h P AS AL 21 (S ETAHUN/DIS ETAHUNKAN)

15. P ENGHAS ILAN TIDAK KENA P AJ AK (P TKP )

16. P ENGHAS ILAN KENA P AJ AK S ETAHUN/DISETAHUNKAN (14 - 15)

17. P P h P AS AL 21 ATAS P ENGHAS ILAN KENA P AJ AK S ETAHUN/DIS ETAHUNKAN

18. P P h P AS AL 21 YANG TELAH DIP OTONG MAS A S EB ELUMNYA

19. P P h P AS AL 21 TER UTANG

20. P P h P AS AL 21 DAN P P h P AS AL 26 YANG TELAH DIP OTONG DAN DILUNAS

C. IDENTITAS PEMOTONG

1. NPWP : C .0 1
- - 3. TANGGAL & TANDA TANGAN

2. NAMA : C .0 2 C.0 3 - -
[ d d - m m - yyyy]