Anda di halaman 1dari 25

BAB 2. ISI B.

Sistem Respirasi Pada Vertebrata Di dalam tubuh hewan, molekul makanan akan terlibat dalam suatu respirasi kimia yang berlangsung secara terus-menerus, yang telah kita kenal sebagai proses metabolisme. Semua jenis hewan untuk kelangsungan metabolism di dalam sel-sel tubuhnya memerlukan oksigen dan memerlukan pula suatu mekanisme pembuangan hasil akhir metabolisme yang berupa karbondioksida. Pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida inilah yang disebut sebagai respirasi, berlangsung atas peranan organ-organ yang tergabung dalam sistem pernapasan. a. Respirasi Pada Pisces Organ respirasi pada ikan adalah insang. Pada ikan bertulang belakang (Osteichthyes) insang terdapat pada ruang insang yang tetutup oleh tutup insang (operculum). Tapi beberapa ikan dapat bernapas dengan kulit. Insang bukan hanya sebagai organ respirasi tapi berfungsi juga untuk ekskresi dan ekskresi garamgaram, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Dengan adanya insang memungkinkan semakin banyak jumlah oksigen yang diperlukan karena air yang dapat masuk ketubuh hewan juga semakin banyak. Dengan kata lain insang memberikan permukaan luas yang dapat dibasahi oleh air. Oksigen yang terdapat dalam air berdifusi kedalam sel-sel insang. Insanginsang tersebut mengandung darah yang mengangkut oksigen dari insang ke jaringan sebelah dalam dari badan. Darah mengambil karbondioksida masuk ke air secara difusi. Oksigen yang larut dalam air sangat rendah, karena itu diperlukan banyak air melalui insang. Proses gerakan masuknya air yang mengandung oksigen dan aliran darah terjadi secara berlawanan yang disebut countercurrent. Darah mengalir masuk melalui dasar filament insang melalui sebuah arteri dan mengalir melalui lamella sekunder dalam pembuluh kapiler. Keadaa ini sangat bermanfaat karena darah dapat mengabsorbsi oksigen semaksimal mungkin.

Arus air melalui insang hampir kontinu. Hal ini disebabkan karena tekanan dari rongga mulut (Buccal Pressure Pump) yang mengalirkan air melalui insang, sementara rongga insang menarik air (Opercular suction pump). Arus air hanya ke satu arah karena adanya katup katup yang mengatur mulut dan opercular. Pada ikan bertulang rawan misalnya pada Yu dan Pari ventilasi disebabkan karena tekanan dua muka insang dan tarikan (isapan) dari belakang insang. Mekanisme ventilasi pada ikan yang selalu berenang disebabkan arus air masuk ke mulut yang disalurkan kebelakang. Cara ini terlihat pula pada ikan Yu dan ikan Tuna. Adapula mekanisme lain pada ikan Yu yang mempunyai spirakel. Air masuk melalui mulut dan spirakel ke rongga orobranchial. Insang, bagian-bagiannya : Tulang lengkung insang sebagai tempat melekatnya tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang
Daun insang, berfungsi sebagai dalam sistem pernafasan dan

peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2.

Insang pada umumnya tidak cocok untuk hewan yang hidup di darat. Permukaan insang yang luas akan menyebabkan banyaknya air yang menguap melalui proses evaporasi, selanjutnya apabila penguapan terjadi secara terus menerus maka insang akan tidak berfungsi begitu juga filamennya, tidak lama kemudian karena tidak mendapat air maka filament akan saling berlekatan. Beberapa larva ikan dan Amphibi mempunyai insang luar yaitu penjuluranpenjuluran seperti benang yang kaluar dari sisi kepala dekat lubang celah-celah insang. Ikan dewasa mempunyai insang dalam yang terletak dalam ruang insang. Dari uraian di atas jelaslah bahwa salah satu ciri khusus yang dimiliki ikan adalah organ respirasi berupa insang tapi ada pengecualian yang terdapat pada ikan paru. Ikan ini walaupun pada air yang mengandung zat asam akan menggunakan insangnya untuk bernapas, ia mempunyai satu paru-paru yang terletak di atas esophagus (kerongkongan) dan bersambung dengan insang melalui suatu pembuluh. Dalam kedudukan maupun bentuknya paru-paru itu lebih menyerupai gelembung renang daripada suatu paru-paru, akan tetapi dinding dalam paru paru itu terdiri atas jaringan yang dapat mengabsorbsi oksigen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2: ukuran dan umur (stadia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan O2 lebih banyak. aktivitas ikan : yang aktif berenang perlu O2 lebih banyak. Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan O2 lebih banyak. Stadia reproduksi

b. Respirasi Pada Amphibi Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paruparu. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan ingsang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk malalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kamudian dibawa kejantung untuk diedarkan keseluruh tubuh. Sebaliknya karbondioksida dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung akan dipompa ke kulit dan paru paru lewat arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paru paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Selai ikan paru paru, Amphibi merupakan vertebrata pertama yang bernapas dengan paru paru. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru deperbesar oleh adanya bentukbentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek.

Gambar Alat Pernafasan katak

Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru.

Gambar Mekanisme pernafasan katak Mekanisme inspirasi katak adalah sebagai berikut : Otot sternohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigenmasuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecinya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbondioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi katak adalah sebagai berikut : Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masukkedalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi dan juga di ikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya dengan karbondioksida keluar.

c. Respirasi Pada Reptil Reptil bernapas dengan paru-paru. Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Pada reptil yang hidup di air ada belahan kulit punutup hubungan mulut dengan tekak dan bertindak sebagai katup. Dengan demikian ketika mulut terbuka dalam air, air tidak dapat masuk ke paru-paru. Kebanyakan reptil mempunyai paru-paru yang masih sederhana. Pembuluh trakea mempunyai penebalan sirkulasi dari tulang rawan. Pada sejenis bunglon terdapat kantung udara pada rongga tubuhnya yang berhubungan dengan paruparu seperti pada burung sehingga tubuh bunglon dapat membesar. Ular hanya mempunyai paru-paru kanan. Hal ini disebabkan karena bentuk ramping dari ular yang tidak memungkinkan cukup ruangan untuk dua paru-paru. Reptil yang hidup di air seperti penyu paru-parunya tereduksi, misalnya paru-paru kura-kura air. Seperti amphibi, reptil juga mempunyai tipe respirasi : 1) Pernapasan bucco-pharinx (rongga mulut faring) 2) Pernapasan paru-paru
3)

Pernapasan kulit (untuk hidup di air) Ventilasi paru-paru pada reptil sangat penting dalam proses pertukaran

gas. Udara masuk paru-apru karena rongga dada bertambah besar dengan bantuan tulang rusuk. Jadi inspirasi dilakukan secara aktif sedang ekspirasi dilakukan secara pasif karena paru-paru sifatnya elastic. Kontraksi otot perut transversal membantu proses ekspirasi. Pada jenis londok (bunglon) bernapas mulai dari ekspirasi, jika udara di dorong keluar paru-paru, kemudian di ikuti oleh inspirasi yang cepat. Paru-paru mengembang, dan dibiarkan sementara, kemudian terjadi proses pernapasan berikutnya. Pada waktu suhu rendah udara ditahan di paru-paru dalam waktu yang lama. Misalnya di musim dingin, tapi di musim panas frekuensinya cepat.

Gambar Organ Pernafasan Reptil d. Respirasi Pada Aves Burung merupakan hewan homoiothermis yang metabolismenya sangat tinggi, karena itu konsumsi oksigennya juga sangat tinggi. Untuk mengimbangi hal itu burung mempunyai cara ventilasi yang sangat efisien karena mempunyai struktur paru-paru yang berkembang. Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.

Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar

faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih). Parabronkus berupa tabung tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundipundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal). Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai cadangan udara. Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid

terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.

Inspirasi Gambar Mekanisme pernafasan pada aves e. Respirasi Pada Mamalia

Ekspirasi

Mamalia bernafas dengan mempergunakan paru-paru. Urut-urutan jalan yang dilalui oleh udara adalah sebagai berikut : Nares exsternal (lubang hidung luar) Cavum nasalis (rongga hidung)

Pharynx (tekak) Larynx (kotak suara) Trachea (tenggorokan) Bronchus (cabang dari trachea) Bronchiolus (cabang dari bronchus) Alveolus (gelembung atau kantung udara) Pada bagian atas larynx panjang terdiri atas segmen-segmen berupa cincin tulang rawan yang saling berhubungan. Begitu banyaknya cabang-cabang dari bronchus dan bronchioles menyebabkan struktur paru berongga (porous). Pada ujung cabang bronchioles terakhir membentuk kantung yang disebut alveolus (jamak alveoli). Dinding alveolus tipis, terdiri atas satu lapis sel yang berhimpitan dengan dinding kapiler darah yang juga terdiri atas satu sel lapis sel. Melalui kedua dinding tersebut terjadi difusi gas oksigen dan karbondioksida.

Gambar Saluran Pernafasan Mamalia Mekanisme pernafasan ada 2 yaitu : Pernafasan dada : terjadi karena kontraksi dari otot antar rusuk

(musculus intercostalis internal dan external). Bila otot-otot tersebut berkontraksi tulang-tulang rusuk dan tulang dada terangkat keatas dan kedepan, sehingga mengakibatkan rongga dada bertambah besar. Pada saat

itu paru-paru mengembang dan terjadilah inspirasi (udara masuk ke dalam paru-paru). Sebaliknya pada saat rusuk relaksasi, tulang rusuk dan tulang dada mengecil. Pada saat itu paru-paru mengempis dan terjadilah ekspirasi (udara keluar paru-paru) Pernafasan perut : terjadinya mekanisme pernafasan perut karena kontraksi diafragma. Bila diafragma berkontraksi posisi diafragma turun, sehingga rongga dada membesar. Paru-paru ikut mengembang dan terjadilah inspirasi. Kontraksi diafragma menyebabakan adanya dorongan ke bagian usus sehingga menyebabakan dinding perut terdesak ke depan. Sebaliknya pada waktu diafragma mengendur dinding perut tertarik ke belakang dan rongga dada menyempit. Hal ini menyebabkan paru-paru mengempis dan terjadilah ekspirasi. Sistem Respirasi Pada Manusia Secara fungsional saluran pernapasan dapat dibagi dalam bagian penghantar yang terdiri dari rongga-rongga dan pipa-pipa yang membawa udara dari luar tubuh ke semua bagian paru-paru dan suatu bagian pernapasan yang terdiri dari bagian-bagian di dalam paru-paru dimana terjadi pertukaran gas antara udara dan darah. Secara anatomis jalan lalu lintasnya terdiri dari bangunanbangunan di luar paru-paru (hidung, nasofaring, laring, trakea, dan bronki utama) dan di dalam paru-paru (bronki kecil, bronkioli, bronkioli terminal). Setiap bronkiolus terminal berakhir dalam beberapa bronkiolus pernapasan yang menjadi tanda tempat masuk ke dalam bagian pernapasan dari paru-paru. Tiap bronkiolus pernapasan bercabang menjadi suatu system saluran-saluran alveoler dan alveolus-alveolus dimana terjadi pertukaran gas.

Gambar Skema Sistem Respirasi Pada Manusia Bagian atas saluran pernapasan
1. Rongga Hidung

Hidung terdiri dari dua jalan lalu lintas yang terpisah oleh sekat hidung yang mengandung tulang rawan. Tiap jalan lalu lintas dimulai dari lubang hidung luar sebagai suatu infleksi (pembengkokan) epitel berlapis gepeng yang berkeratin dari sayap hidung. Bagian yang terinfleksi membentuk vestibule (serambi muka) yang tertutup oleh banyak rambut. Di daerah ini juga terdapat kelenjar sebakeosa dan sejumlah besar kelenjar keringat. Bagian pernapasan dari tiap jalan hidung meliputi sinus-sinus organ pencium, ketiga konka, termasuk meatus-meatus, dan permukaan atas dari langit-langit keras. Pada umumnya epitel darah ini toraks berlapis semu dan bersilia dan biasanya menampakkan 4 atau 5 garis nucleus dan mengandung sel-sel piala. Lamina propria yang ada di bawahnya yang tersusun dari serat-serat elasatis dan kolagen menempel pada periosteum atau perikondrium pada tetangga. Suatu membran dasar yang mengandung serat elastis terdapat secara tidak teratur.

Selaput sinus menampakkan dua atau tiga deretan nucleus dan beberapa sel piala (goblet). Membrane dasarnya tipis dan jarang terlihat. Lamina proprianya yang juga tipis terutama dari kolagen dan menempel erat pada periosteum. Ia mempunyai sedikit kelenjar tetapi sering mendapat supply dengan agregasiagregasi limfoid dan lain-lain bentuk leukositis. Konka atas, tengah dan bawah biasanya tampak pada irisan-irisan frontal melalui kepala janin manusia sebagai penonjolan-penonjolan yang tergulung dan membengkok ke belakang yang tumbuh dari dinding berhadapan dengan septa (paraseptal). Ruang sebelah bawah konka adalah berturut-turut meatus atas, tengah, dan bawah. Konka tengah dan bawah mempunyai epitel toraks berlapis semu dari jenis tebal biasa yang mengandung banyak sel piala. Lamina proprianya menunjukkan alveolus-alveolus serosa maupun mukosa serta sejumlah besar jalan vena yang menyolok. Tiap meatus mempunyai epitel tipis yang mengandung beberapa sel piala yang terletak pada membrane dasar yang tipis. Konka atas bagian atap jalan hidung dan septum yang berbatasan merupakan bagian dari organ pencium. Selsel permukaannya mengandung butiran-butiran pigmen jika diawetkan secara baik dan silia-silia yang ada tertutup oleh sekresi yang membeku yang member kesan seakan-akan jaringannya tertutup dengan suatu kutikula.

Sinus frontal Conca tengah

conca

Sinus spenoid

Lubang hidung

Conca inferior

Nasofaring

Lubang hidung luar

Gambar 12. Struktur hidung


2. Nasofaring

Pada bagian-bagian nasofaring yang tidak mempunyai kontak dengan permukaan lainnya. Epitelnya berupa berlapis toraks semu bersilia dan lamina proprianya mengandung kelenjar-kelenjar campuran atau seromukosa. Pada bagian atas dan belakang dari nasofarings terdapat banyak agregasi atau kumpulan sel-sel limfoid yang mungkin merupakan perluasan dari tonsila-tonsila faring atau adenoid. Agragasi serupa yang membentuk tonsila tuba dijumpai di sekeliling tempat masuknya tuba eustachius ke dalam nasofaring. Kira-kira di bawah tempat terdapatnya tonsila dinding belakang nasofaring tertutup dengan epitel berlapis gepeng tanpa keratinisasi dengan sejumlah besar papilla rendah. Permukaan atas langit-langit lunak dan uvula juga mempunyai epitel berlapis gepeng tanpa kratinisasi.

Gambar Faring 3. Laring Bagian paling atas dari larings dikenal sebagai epiglottis. Permukaan lingual atau permukaan depan dari epiglottis ini tertutup dengan epitel berlapis gepeng tanpa keratinisasi dan mempunyai banyak kelenjar seromukosa dalam lamina proprianya, khususnya dekat sambungan dengan dasar lidah. Bagian atas permukaan belakang epiglottis tertutup dengan epitel berlapis gepeng tanpa keratinisasi yang berbaur ke dalam zona peralihan dan tampak sebagai epitel toraks berlapis bersilia. Bagian bawah permukaan belakang mempunyai epitel

toraks berlapis semu yang bersilia yang menampakkan sel-sel piala dan dekat dasar terlihat tunas-tunas gepeng yang terpencar. Lamina proprianya meliputi beberapa unit mukosa dan serosa. Daerah antara kedua permukaan itu diduduki oleh tulang rawan yang luas sekali dan mengandung beberapa serat elastic tebal yang disebut tulang rawan elastis. Epitel dari tali vocal yang sebenarnya adalah dari jenis berlapis gepeng tanpa keratinisasi dan tidak mempunyai kelenjar lender dalam lamina proprianya. Di sebelah atas dan bawah tali-tali vocal, epitelnya merupakan jenis toraks berlapis semu bersilia dengan sel-sel piala dan banyak kelenjar lender terdapat dalam lamina proprianya.

Gambar Struktur Laring Bagian Bawah Saluran Pernafasan


1. Trakea

Trakea terdiri dari mukosa, submukosa, dan suatu lapisan tulang rawan dan otot yang bersesuaian dengan muskularis dari saluran pencernaan. Pada sebelah luar perikondrium tulang rawan terdapat suatu lapisan fibrosa atau adventisia dari jaringan penyambung, yang berfusi dengan jaringan dari mediastinum dan lapisan

serupa yang membungkus esofagus. Lapisan ini biasanya rusak ketika trakeanya diiris-iris.

Gambar Struktur Trakea 1. Mukosanya terdiri dari suatu epitel berlapis toraks semu bersilia dengan sejumlah besar sel-sel piala yang dibatasi oleh membrane dasar yang mencolok, yang merupakan bagian dari lamina propria yang terutama terdiri dari jaringan retikuler atau areoler yang mengandung banyak serat elastis. Di pinggiran luar lamina propria, serat-serat elastic kasar tersusun secara membujur untuk membentuk suatu membrane atau lamina alastik yang relatif kompak atau padat. 2. Submukosa merupakan jaringan areoler yang mengandung sel-sel lemak, pembuluh darah dan bagian-bagian sekresi dari kelenjar-kelenjar campuran, dengan beberapa unit memperlihatkan bulan sabit seosa yang mencolok. Pada irisan-irisan membujur kumpulan-kumpulan padat kelenjar ini terletak di daerah berbentu segitiga antara cincin-cincin tulang rawan yang berbatasan yang akan yang akan diuraikan kelak. 3. Pada irisan-irisan melintang, trakea tulang rawan tampak sebagai suatu bulan sabit tungal berbentuk C atau U dengan ujung atau canggahnya yang

terbuka kea rah belakang esofagus. Canggah-canggah itu dapat bercabang sedemikian rupa sehingga lebih dari satu potong tulang rawan dapat terlihat dekat sisi yang terbuka dari bulan sabitnya. Kelenjar trakea seringkali menembus lapisan-lapisan otot. Kadang-kadang dua tulang rawan yang berbatasan dapat berfusi atau tersambung oleh suatu batang tulang rawan membujur yang kecil. Di daerah antara tulang rawan itu terdapat pita membujur dari jaringan penyambung padat yang ulet yang berbaur dengan perikondria dari tulang rawan itu.

2. Bronkus Bronkus-bronkus ekstrapulmoner (di luar-paru-paru) atau bronkus-bronkus primer, secara histologist adalah identik dengan trakea dalam semua rincian praktis kecuali besarnya. Dalam paru-paru, tulang rawan bronkus itu tersusun dalam suatu rangkaian plat berbentuk bulan sabit yang saling bertumpang tindih yang sepenuhnya melingkari struktur itu. Bronkus-bronkus intrapulmoner (di dalam paru-paru) berbeda dari trakea sebagai berikut : 1) Membran elastis dari lamina propria trakea diganti dengan suatu lapisan otot polos, yang sepenuhnya melingkari baik epitel maupun lamina propria yang elastis dan mengandung serat. 2) Kelenjar mukosa dan seromukosa lebih banyak terdapat dan lebih luas penyebarannya di dalam bronkus-bronkus daripada di trakea dan seringkali meluas menembus otot dan diantara plat-plat tulang rawan yang berbatasan 3) Tulang rawan tunggal yang berbentuk bulan-sabit diganti oleh gelangan konsentris dari bulan sabit yang saling bertumpang-tindih. Dalam bronkus-bronkus yang terkecil hanya terlihat kelenjar-kelenjar, sedangkan tulang rawan sepenuhnya tidak terdapat.

Gambar Percabangan Bronkus

3. Bronkiolus Bronkiolus tidak mengandung kelenjar atau tulang rawan. Lumennya dilapisi oleh epitel selapis torak bersilia, yang tidak mempunyai sel-sel piala. Lamina proprianya elastic dan tipis dikelilingi oleh pita-pita otot polos yang terpilin longgar dari jenis yang sama dengan yang terdapat dalam bronkus. Bronkiolus Pernapasan Dalam bagian pertama dari bronkiolus pernapasan, epitelnya dari jenis torak rendah bersilia atau jenis kubis. Pada sebelah distal, epitelnya menjadi kubis tidak bersilia. Lamina proprianya merupakan suatu lapisan tipis dari serat-serat retikuler, kolagen dan elastic yang difus atau berhamburan.

4. Alveolus Dalam alveolus paru-paru terdapat epitel pernapasan dan jaringan elastis. Bentuk semula dari masing-masing alveolus atau kantong udara adalah bulat.

Tetapi tekanan timbal balik antara kantong-kantong itu mengubah bentuknya dan mereka tampak sebagai ruang-ruang polygon tak beraturan yang terbuka pada satu sisi. Pada mikroskop cahaya dapat diamati adanya kapiler-kapiler dan jaringan penyambung antara ruang udara dari alveolus-alveolus yang berbatasan. Struktur halus dari dinding alveoler sekarang telah dipecahkan dan telah ditunjukkan terdiri dari tiga jenis sel dasar : 1. Sel yang paling besar jumlahnya dari dinding alveoler adalah sel endotel dan kapiler. Nucleus dari sel-sel ini biasanya lebih kecil dan lebih memanjang daripada nucleus sel-sel epitel. 2. Sel epitel yang memanjang berpautan tepat satu sama lain dan membentuk suatu lapisan kontinu dari ruang-ruang alveoler. Lapisan ini begitu tipis sehingga tidak terlihat pada tingkat mikroskop cahaya. Sitoplasmanya tidak mempunyai reticulum endoplasma tetapi mengandung berbagai organel lainnya. 3. Sel alveoler besar ternyata epitel. Mereka kubis atau bulat dan lebih sedikit daripada sel alveoler gepeng. Mereka biasanya terdapat pada sambungan dinding-dinding beberapa alveolus, tetapi dapat juga merupakan bagian dari kantung udara. Mereka jauh lebih besar daripada sel epitel gepeng, rata-rata 15 sampai 20 m dalam diameter dalam bandingan dengan 0,5 m lebar untuk sel tipe I.

Gambar Alveolus

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan. a. Pernapasan Dada Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. 2) Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar. b. Pernapasan Perut Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut: 1) Fase Inspirasi.

Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk. 2) Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

Gambar Pernafasan Dada dan Perut Volume Udara Pernafasan Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia. Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3500 cc, yang 1000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara maksimum. Dalam keadaaan normal, kegiatan inspirasi dan ekpirasi atau menghirup dan menghembuskan udara dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal = 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk pare-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi dalam menggunakan sekitar 1500

cc udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1500 cc). Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3500 cc. Dari 500 cc udara inspirasi/ekspirasi biasa, hanya sekitar 350 cc udara yang mencapai alveolus, sedangkan sisanya mengisi saluran pernapasan. Volume udara pernapasan dapat diukur dengan suatu alat yang disebut spirometer. Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.

Pertukaran O2 dan CO2 Dalam Pernafasan Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada

kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan. Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian. Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang. Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.

Gambar Pertukaran O2 dan CO2 antara alveolus dan Pembuluh darah yang menyelubungi Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi. Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O 2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas. Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah. Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut. 1) Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2).

2) Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2). 3) Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis. Energi Dalam Pernafasan Energi yang digunakan dalam kegiatan respirasi bersumber dari ATP (Adenosin Tri Fosfat) yang ada pada masing-masing sel. ATP berasal dari bahanbahan karbohidrat yang diubah menjadi fosfat melalui tiga tahapan. Mula-mula proses glikolisis oleh enzim glukokinase membentuk piruvat pada siklus Glukosa (Tahap I) kemudian tahap II, yakni siklus krebs (TCA = Tri Caboxylic Acid Cycle) kemudian tahap III, yakni tahap transfer elektron. Glikolisis terjadi di sitoplasma, siklus krebs terjadi di mitokondria. Gangguan Pada Respirasi Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2 ke sel-sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi. Asfiksi ada bermacam-macam misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia. Pada orang yang tenggelam, alveolusnya terisi air sehingga difusi oksigen sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali sehingga mengakibatkan orang tersebut shock dan pernapasannya dapat terhenti. Orang seperti itu dapat ditolong dengan mengeluarkan air dari saluran pernapasannya dan melakukan pernapasan buatan tanpa alat dengan cara dari mulut ke mulut dengan irama tertentu dan menggunakan metode Silvester dan Hilger Neelsen.

Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid. Peradangan dapat terjadi pada rongga hidung bagian atas dan disebut sinusitis, peradangan pada bronkus disebut bronkitis, serta radang pada pleura disebut pleuritis. Paru-paru juga dapat mengalami kerusakan karena terinfeksi Mycobacterium tuber culosis penyebab penyakit TBC. Pengangkutan O2 dapat pula terhambat karena tingginya kadar karbon monoksida dalam alveolus sedangkan daya ikat (afinitas) hemoglobin jauh lebih besar terhadap CO daripada O2 dan CO2. Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan terganggunya pengikatan O2 oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena daya afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap racun dibanding terhadap O2. Gejala alergi terutama asma dapat pula menghinggapi sistem pernapasan begitu juga kanker dapat menyerang paru-paru terutama para perokok berat. Penyakit pernapasan yang sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit yang terjadi karena susunan dan fungsi alveolus yang abnormal.

Anda mungkin juga menyukai