Anda di halaman 1dari 2

“Suatu Tinjauan: Rendahnya tingkat pendidikan dalam masyarakat “

Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan merupakan sektor yang sangat
penting dan harus diutamakan demi tercapainya tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang tentunya akan diikuti oleh peningkatan sumberdaya manusia yang berkualitas
menuju pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Namun, tidak bisa dipungkiri, saat ini tingkat pendidikan di Indonesia masih sangatlah rendah,
menurut laporan HDI UNDP pada tahun 2015, Indonesia berada di peringkat 110 dari 188
negara. Pada posisi ini terdapat nilai kualitas pendidikan yang rendah bagi Indonesia. Menurut
PISA (Programme for International Student Assesment) Indonesia menempati posiis ke 62 dari
72 negara dalam bidang pendidikan. Menurut Pritana (2015) keterbatasan untuk mengeyam
pendidikan yang lebih tinggi mengakibatkan sempitnya lapangan pekerjaan yang dimiliki.
Sehingga sulit bagi mereka yang berpendidikan rendah untuk memenuhi kebutuhan yang layak.
Dengan alasan itu maka seseorang akan bertindak dengan segala cara untuk mendapatkan
pemuas kebutuhan. Di tengah globalisasi yang dipenuhi oleh gaya hidup matrealistis maka bukan
tidak mungkin seseorang akan melakukan tindakan ilegal atau tidak wajar untuk mendapatkan
uang Jika penduduk tidak dapat memperoleh pekerjaan maka akan berdampak pada
meningkatnya tingkat pengangguran. Menurut Priatna (2015), pengangguran menyebabkan
tingkat pendapatan seseorang yang rendah. Pendapatan rendah akan secara berkelanjutan
meyebabkan kemiskinan. Miskin berarti memiliki pendapatan yang lebih kecil dari pendapatan
yang dibutuhkan untuk hidup secara layak. Kesulitan ekonomi dapat menyebabkan orang untuk
mengadopsi perilaku kriminal untuk memenuhi kebutuhan dasar. Depresi ekonomi menyebabkan
meningkatnya kejahatan sedangkan kemamkmuran ekonomi menurunkan aktivitas kriminal
(Khan, 2015).

Saat ini Kemendikbud terus berbenah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,
berbagai upaya dan kebijakan terus dilakukan untuk mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia. Dalam hal ini Kemendikbud telah menetapkan empat program pokok kebijakan yang
lebih dikenal dengan “Merdeka Belajar”. Program tersebut meliputi Ujian Sekolah Berstandar
Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi. Empat program pokok kebijakan
pendidikan tersebut akan menjadi arah pembelajaran kedepan yang fokus pada arahan Bapak
Presiden dan Wakil Presiden dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Ujian UN pada tahun 2020 merupakan pelaksanaan UN untuk terakhir kalinya.


“Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi),
kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter.
Pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan oleh siswa yang berada di tengah jenjang sekolah
(misalnya kelas 4, 8, 11), sehingga dapat mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu
pembelajaran. Hasil ujian ini tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya.
“Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik baik pada level internasional seperti PISA dan
TIMSS.

Sedangkan untuk penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kemendikbud akan


menyederhanakannya dengan memangkas beberapa komponen. Dalam kebijakan baru tersebut,
guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP.
Tiga komponen inti RPP terdiri dari tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen.
Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi
dengan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di
berbagai daerah. Mendikbud berharap pemerintah daerah dan pusat dapat bergerak bersama
dalam memeratakan akses dan kualitas pendidikan “Pemerataan akses dan kualitas pendidikan
perlu diiringi dengan inisiatif lainnya oleh pemerintah daerah, seperti redistribusi guru ke
sekolah yang kekurangan guru.

Hal ini tentu menjadi cahaya terang dan tentunya harapan baru bagi bangsa Indonesia untuk terus
mengejar ketertinggalan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indoensia.

Anda mungkin juga menyukai